Jimin melempar kembali raga Jungkook menjauhi Jieun, tenaganya sudah terkuras lebih dari setengahnya. Mahluk yang ada di depan mereka lebih sulit daripada yang sebelumnya. Jieun yang nelihat itu hanya bisa duduk dan berpikir cara untuk menyingkirkan mahluk itu dari tubuh Jungkook.
"Lee Jieun! Jangan diam saja, bantu aku!" Teriak Jimin yang kelelahan menghadapinya seorang diri. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk memasuki tubuh Jungkook untuk menemui jiwa aslinya. Ia menjernihkan pikirannya sebelum mengucapkan mantra untuk merasukinya.
"Jim, lindungi aku!" Jimin yang mengetahui apa yang akan dilakukannya hanya tersenyum dan kembali bangkit untuk melindungi gadis itu. Hatinya mungkin memang milik Jieun, tapi hati wanita itu bukan untuknya namun untuk jiwa di dalam monster itu.
Jieun kini sudah berhasil masuk ke dalam tubuh Jungkook, keadaan di dalam sana sangat gelap, lembab, dan menyeramkan. "Kenapa ia menyukai tempat seperti ini?" Gumamnya sambil terus mencari Jungkook. Di ujung lorong gelap itu ia mendengar suara rintihan seorang pria yang ia yakini sebagai wujud Jungkook yang asli.
Jieun berlari menghampirinya hingga berdiri tepat di depan pria itu. "Jeon Jungkook, bangunlah." Mata pria itu perlahan terbuka menampilkan bekas air mata yang sedaritadi keluar tanpa henti. Jungkook mengangkat kepalanya untuk melihat bahwa yang tadi itu memang Jieun.
"Jieun, kau disini?" Tanyanya, wajah wanita itu akhirnya terlihat setelah Jieun menyalakan api di ujung ruangan itu. Ia melihat bahwa pria itu sedang dalam keadaan yang tidak baik, tangannya di rantai, tubuhnya terlihat lebih kurus dari biasanya. "Tenagamu hampir habis, apa yang kau lakukan hingga bisa seperti ini?! Berdirilah Jeon, aku tahu kau kuat. Aku tidak bisa mengeluarkanmu karena ini adalah pikiranmu. Semua dikendalikan oleh dirimu sendiri."
Jieun mendekatinya dan menangkup wajah Jungkook dengan tangannya. "Kookie, kau tidak perlu takut. Sekarang percaya padaku, kita akan keluar dari sini." Tapi Jungkook menggelengkan kepalanya "Dia ada disini, dia mengurungku, jika halmeoni melihatmu kau juga akan mati." Tapi hal itu justru membuat kekehan keluar dari mulut Jieun. "Kau bodoh. Aku sudah mati jungkook, aku tidak akan mati untuk kedua kalinya."
Jungkook baru mengingatnya, hal bahwa wanita di depannya sudah tidak memiliki raga yang sama dengannya. "Bantu aku." Minta Jungkook dengan keyakinan yang besar untuk tetap hidup. "Aku selalu menepati janjiku." Jungkook menutup matanya hanya untuk menenangkan diri dan mengingat kehidupan yang pernah ia jalani. Teman, sahabat, orangtua, bahkan wanita yang menunggunya di dunia itu membuatnya kembali berdiri.
"JEON JUNGKOOK!" Teriak seorang wanita tua yang datang dari lorong gelap itu. Jungkook sudah muak dengan ini semua, wanita yang selama ini adalah neneknya ternyata mengambil alih semua nyawa yang ia sayangi. Pengkhianat, adalah satu satunya kata yang ingin dilontarkan padanya. Dengan sekuat tenaga ia melepaskan tangannya dari rantai itu, Jieun yang melihat itu semua merasa tenang bahwa pria itu bisa menyelamatkan dirinya sendiri.
Jieun menyalakan semua cahaya di seluruh ruangan hingga kegelapan di dalamnya musnah. Tapi musuhnya kini adalah wanita tua itu, iblis yang selama ini berlindung di bayangan Jeon Jungkook. "Lihatlah siapa yang datang, Lee Jieun sang malaikat yang akan menghunuskan pedangnya padaku?" Ucapnya meremehkan Jieun yang kini berdiri menatapnya datar.
"Soekha, kau Kim Soekha. Saudari Nyonya Kim, kau begitu benci saudarimu padahal dia meminta agar kau kembali dengan selamat. Saudari macam apa kau ini? Iri? Sudah pasti, tapi tidak dengan cara itu kau harus mengambil hidup orang lain." Kedua mata merah itu menyelimuti Jungkook yang berdiri diam membeku.
"Kau mirip ibumu, selalu membela yang lemah. Aku tidak menyukainya." Itu memang sudah jelas, dari awal memang begitu, Jieun juga mengetahuinya. Sebelum ia melanjutkan perkataannya, tangan Jungkook menggenggam kedua lengannya. "Noona, dadaku sesak. Aku tidak bisa bernapas."
Jieun memeluk kembali pria itu dan menatap mahluj di depannya. "Jimin..." sebuah rasa di dadanya yang sakit, ada yang hilang dari dirinya, kosong. Satu dua air mata keluar dari matanya, ia benar-benar marah kali ini. Iris mata Jieun berubah putih, ia sangat ingin mengembalikan mahluk itu ke alamnya dengan tangannya sendiri.
"Jungkook, buka matamu dan keluarlah. Aku akan menantimu di luar." Bisiknya sebelum dirinya ditarik mahluk itu keluar dari tubuh Jungkook. Jieun menatap sekelilingnya, hancur dan merasakan ada yang memeluknya dari belakang. "Jim, kenapa kau memelukku?" Namun tidak ada jawaban sama sekali, jarinya kembali mengelus pucuk kepala pria itu. Dia adakah malaikat yang paling baik yang pernah ditemuinya.
"Jieun..." bisiknya, wanita itu tidak bisa kehilangan orang yang disayanginya. Ia menarik tangan Jimin dan menyalurkan sebagian nyawanya untuk menjaga Jimin tetap terjaga. "Apa yang kau lakukan?" Tanya Jimin yang terkejut bahwa wanita itu bisa membagikan nyawanya. "Kau harus ada di sampingku hingga ini beres Jim. Jangan meninggalkanku." Keduanya kembali bangkit untuk melihat Jungkook yang sudah berubah drastis.
Mahluk hitam bertubuh besar itu tersenyum, mengarahkan panah tepat di hadapan mereka berdua. Jieun segera berlari dan membuat dinding pelindung untuk mereka, saat Jungkook melepaskan anak panahnya, dan panah itu hancur. Jieun lega karena pelindung yang dibuatnya kuat.
"Jim, lindungi aku untuk terakhir kalinya. Kita akan membereskan misi ini secepatnya, setelah itu kita akan pulang." Senyuman tercetak jelas di wajah Jieun, namun berbeda dengan Jimin. Mata itu jelas menunjukan kesedihan yang mendalam, seakan akan Jieun akan hilang untuk selamanya.
Jieun terbang menuju Jungkook membawa kotak untuk mahluk jahat itu. Sekali lagi ia menatap Jimin memastika mahluk itu tidak menargetkan pananhnya pada Jimin. "JUNGKOOK! BANGUNLAH!" Teriaknya sebelum mendarat tepat di belakang Jungkook dan menyeretnya hingga ke tepi aula. "Demi semua orang yang kucintai, kau wajib kembali ke alammu, Kim Soekha!" Tepat ia meletakkan jarinya di kening Jungkook, kuku tajam itu menusuk tepat di jantungnya.
Jungkook menjerit-jerit, membuat Jieun kembali memeluknya walaupun hasilnya akan membuat lukanya lebih dalam lagi, diambilnya kotak itu dan mahluk besar itu tedtafik ke dalamnya. Jimin menangis di belakang sana, ia baru sadar jika wanita itu menaruh mantra padanya agar tidak lari menyelamatkan dirinya. Jieun mencium kening Jungkook untuk menyadarkan bahwa yang ada di hadapan Jungkook adalah dirinya.
"Noona..." bisiknya, membuat Jieun tersenyum. Ia bahagia, pria itu selamat. Tubuhnya kembali ke bentuk semula dan berganti alih menjadi penopang tubuh wanita itu. "J-jungkook, kau aman. Kita berhasil, kau lihat cahayanya? Kita berhasil Jungkook-ah." Jungkook melihatnya hingga menangis.
"Apa yang kulakukan padamu?! Kenapa kau tidak bisa berdiri? Kenapa matamu masih berwarna putih?" Jieun yang mendengar hal itu terkekeh sambil membalik ke arah Jimin. Ia membuka kunci pada kaki Jimin, membuat sang empunya nama berlari kencang kearahnya. "Hei Ji, kau mendengarku? Ambil kembali nyawaku, kau tidak boleh tidur disini." Namun hal itu ditolak Jieun.
"Apa maksudmu? Kau mau menyerah begitu saja? Kau bilang ingin pulang, ayo kita pulang tapi ambil dulu sebagian nyawaku. Hanya kau yang bisa melakukannya Ji." Jimin kembali meminta agar Jieun mengambil nyawanya. Tapi Jieun hanya tersenyum dan kembali pada Jungkook.
"Kook, berjanjilah untuk tetap menjalani hidupmu dengan baik. Capai mimpimu, bisakah kau berjanji padaku?" Jungkook tidak ingin, tapi apa yang tidak untuk wanita yang selalu memiliki tempat di hatinya. "Iya, aku berjanji. Kau juga harus bangun, jangan tutup matamu. Jangan tidur di sini, ayo pulang noona."
"Aku tidak tahu jika ternyata aku akan mati untuk kedua kalinya." Jimin memegang tangannya dan meletakkannya di pipinya "Ji, jika kau tidak mengambil nyawaku kau akan benar - benar hilang dari dunia ini." Jieun menatap ke langit langit yang benar benar bersinar. Dia menyukai hari ini, hari sebelumnya, dan hari yang akan datang. Semuanya terasa sempurna hari ini, pagi yg cerah dan burung - burung menyambutnya.
"Jim, bawa aku pergi."
"LEE JIEUN!"
"Aku lelah Jim, bawa aku pergi. Aku mau istirahat dan bertemu ibu, Taehyung, juga Sohyun." Matanya mulai menutup, tubuhnya berubah menjadi cahaya cahaya putih. Jimin menangkapnya dan meniupkannya ke langit bebas. Kali ini Jieun benar-benar pergi.Jimin memeluk Jungkook untuk terakhir kalinya. "Kook, Yeri menunggumu. Hiduplah dengan baik, dan kau akan baik-baik saja." Jungkook hanya mengangguk sebelum melihat kepergian saudara laki-lakinya, salah satu sahabat terbaiknya. Kini, ia duduk dan menutup matanya sebelum kegelapan menyelimuti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Us √
Fiksi Penggemar"Jika kau melihatku, tersenyumlah" "Jika kau mendengar suaraku, berbaliklah" "Jika ada kesempatan kedua, berjanjilah kita akan tetap bersama" Jika kau dilahirkan karena ketidaksengajaan, apa dosamu di masa lalu? Bahkan orang-orang akan menatapmu ren...