Minggu pagi,waktunya Laras bersih-bersih rumah karena sebentar lagi akan ditinggal pulang ke kampung.
"Untung aja ngga terlalu berantakan."
"Main ke rumah Bu Sri deh.."niat Laras.
Niatnya ke rumah Bu Sri, terlebih dahulu ia harus minta izin ke Wahyu.
Laras pun memutuskan untuk mengirim pesan kepada Wahyu.
Pesan belum terkirim, malah Wahyu sudah menelfon duluan.
"Selamat pagi..."
"Pagii..lagi apa bang?"
"Habis olahraga,kamu olahraga gih,
jangan tidur mulu.."canda Wahyu."Ini juga lagi olahraga nih.."
"Olahraga apa kamu? paling masih di atas kasur."
"Udah beberes nii,kan rumahnya mau ditinggal."
"Kan masih lama pulangnya?"
"Ngga dong,pulang ku dipercepat."
ucap Laras bangga."Gaya banget sumpah ih.."
"Biarinnnn sirik aja.."
"Siapa yang sirik ih.."
"Kamu hahhaa.."
"Eh bang,aku mau ke rumah boleh?"
tanya Laras."Kan kamu udah dirumah,mau ke rumah mana?"sahut Wahyu.
"Ke rumahmu,main."
"Ya boleh banget dong,masa ngga boleh."
"Ya udah aku mau siap-siap."
"Yah,situ yang cantik."
"Jangan bilang ibu,aku mau surprise."
"Iya,tenang aja."
"Aku mau mandi dulu."
"Ngga boleh."sahut Wahyu.
"Ih emang kenapa ngga boleh."
"Ada satu syarat."
"Apa?"
"Beri pujian ke aku,di minggu pagi."
"Apa ya?"
"Ya terserah."
"Udah lah, bay..."
"Ih ngga boleh."
"La terus apa? ha?"
"Biar aku tambah semangat gitu."rayu Wahyu.
"Bay abang ganteng aku mau mandi.."
seru Laras.Dan langsung mematikan telfon."Takdir Allah memang yang terbaik."
ucap Wahyu."Apa pak?"tanya seorang teman.
"Oh,ngga papa kok."jawab Wahyu kebingungan.
"Kirain ngomong sama saya."
"Ngga,apa kabar anakmu Ga."
"Puji Tuhan sehat pak."
"Alhamdulilah..."
"Bapak,cepatlah menyusul.."
"Punya anak?"
"Nikah pak.."
"Lagi proses Ga, tenang aja nanti saya undang."
"Ya ngga di undang lagi,kan Bapak mau sangkur pora."
"Hahaa...kita pikirkan nanti saja."
Dirga, seorang Lettu teman baik Wahyu,dan seorang yang selalu setia di tugas tugas Wahyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny of Allah [END]
RomansDari seutas doa yang dulu dipanjatkan, dengan kekuatan doa dan sekarang adalah kenyataan.