"Jangan lupa makan siang."
Jimin mengacungkan sebelah tangan, mengarahkan beberapa pria yang berlalu lalang di hadapannya seraya membawa berbagai macam barang.
"Ya. Kau juga, hyung."
"Makan malam denganku hari ini?"
Jimin terkekeh pelan. "Kau sepertinya punya banyak rekomendasi restoran?"
"Tidak juga," jawab Yoongi. "Hanya saja makan malam denganmu rasanya lebih menyenangkan."
Sapuan rona merah perlahan menghias kedua sisi wajah Jimin. Meskipun ia sudah cukup sering mendengar ucapan-ucapan penuh rayu dari Yoongi, tapi tetap saja wajahnya memanas.
"Terima kasih, tapi aku harus menolak ajakanmu lagi kali ini," balas Jimin.
"Lagi?"
Jimin berhenti dan memfokuskan diri pada pria di seberang sana setelah ia menangkap nada kecewa dalam ucapannya. "Hyung..."
"Aku mengerti," sela Yoongi. "Tapi, setelah peluncuran produkmu selesai, kau harus mau berkencan denganku."
Jimin tertawa ringan. "Kau tidak bosan bertemu denganku?"
"Tidak," jawab Yoongi cepat. "Kenapa? Apakah kau bosan denganku?"
Bibir terkatup rapat. Ingin menjawab, tapi takut jika akan membuat suasana menjadi canggung.
Tidak. Jimin sama sekali tidak bosan. Yoongi selalu tahu bagaimana cara agar Jimin bisa menikmati waktu bersamanya tanpa harus merasa jengah. Percakapan-percakapan menyenangkan nan ringan yang selama ini tercipta berhasil membuat Jimin betah bersamanya.
"Tidak," gumam Jimin pelan.
Yoongi menghela napas. "Syukurlah," katanya. "Jimin, aku harus pergi. Kuharap kita bisa segera bertemu. Aku merindukanmu."
Jimin menutup ponselnya dengan cepat, secepat degup jantung yang berdetak tak karuan. Punggung tersandar pada dinding di belakangnya.
Ujung bibir perlahan bergerak naik, membentuk lengkung indah yang menghias paras manisnya. Yoongi selalu tahu bagaimana cara membuat Jimin tersenyum.
Kata rindu itu terngingang di kepala Jimin. Memang sudah tiga hari belakangan ini mereka tidak bertemu, meskipun sebelumnya mereka rutin bertemu. Yoongi terlampau aktif mendekatinya dan entah mengapa, Jimin sama sekali tidak terganggu.
Pasca makan malam di restoran Jepang milik sahabat, beberapa kali Yoongi membawanya ke restoran lain yang tak kalah mewah. Menikmati makan malam di bawah pemandangan kota yang mulai dihujani salju putih serta alunan musik natal yang semakin sering terdengar
Jangan lupakan juga komunikasi yang mereka lakukan lewat ponsel. Percakapan tengah malam sering terjadi karena keduanya sulit untuk tidur atau karena pekerjaan yang masih harus dikerjakan. Sapaan pagi hari serta ucapan pengingat untuk sarapan dan makan siang mengisi ponsel Jimin yang selama ini sepi tanpa pesan istimewa.
Hari peluncuran produk yang semakin dekat membuat Jimin harus memusatkan waktunya lebih banyak pada pekerjaan. Itulah sebabnya mereka tidak bisa bertemu beberapa hari belakangan ini. Memaksanya menolak ajakan makan malam dari Yoongi untuk kesekian kalian. Namun, bukan berarti mereka perlahan menjadi jauh.
Malah sebaliknya. Yoongi semakin sering menghubunginya, melalui pesan singkat atau langsung meneleponnya. Jimin tidak merasa keberatan, malah ia merasa senang karena seolah-olah ada seseorang yang menemaninya melewati hari yang sibuk, walaupun ia sedikit bertanya-tanya apakah Yoongi sedang tidak ada kerjaan sehingga bisa menghubunginya sesering itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
warm winter ▪️
Fanfiction[Completed] Setelah perpisahan yang pahit, Park Jimin mulai terbiasa menghabiskan malam Natal yang dingin seorang diri. Hingga seseorang mendekat dan mulai menghangatkan Natalnya tahun ini.