winter wind

1.9K 319 38
                                    

Jimin memainkan ponselnya, mengetik beberapa pesan dalam grup percakapan kantor seraya menunggu di dalam sebuah restoran Prancis.

Ia memang terlalu cepat datang, 15 menit sebelum jam 7. Bukannya Jimin bersemangat untuk kencan buta. Hanya saja menurutnya, jika ia datang lebih cepat, maka akan lebih cepat juga kencan ini berakhir.

Hoseok sudah mengirimkan pesan pada Jimin, memberitahunya akan identitas pasangannya malam ini. Jimin sedikit tidak menyangka ia akan bertemu dengan salah satu direktur perusahan Param, perusahan ternama di Korea.

Menurutnya, pria bernama Min Yoongi itu terlalu muda untuk menjabat sebagai Direktur Keuangan. Umurnya baru 30 tahun, selisih dua tahun dari Jimin.

Mungkin dia memang sepintar itu, ujar Jimin dari hati.

Tepat setelah ia selesai berbicara, manik matanya melihat pintu restoran terbuka dan seorang yang mengenakan kemeja putih melangkah masuk. Pria yang berdiri di depan pintu itu terlihat sedikit kebingungan, sehingga Jimin tau bahwa dialah Min Yoongi.

"Min Yoongi-ssi," panggil Jimin seraya mengangkat sebelah tangannya.

Yoongi menatap sebentar sebelum menghampiri Jimin. Senyum tipisnya hadir disana. "Park Jimin-ssi?"

Jimin menyambut uluran tangan Yoongi. Kesan pertama, pria itu sopan. Well, setidaknya malam ini ia bisa menjamin bahwa dirinya tidak akan kesal karena tingkah laku pria di depannya ini.

Lain Jimin, lain pula Yoongi. Ia menarik keluar kursi di depan Jimin dan duduk disana. Sejenak ia memperhatikan Jimin lamat-lamat, seolah matanya sedang memindai Jimin.

Dia manis. Itulah kesan pertama Yoongi.

Oh?

Tunggu.

Salah satu sudut bibir Yoongi terangkat. "Kita bertemu lagi."

Jimin mengernyit heran. "Bertemu... lagi?"

"Dompet."

Mata Jimin mengerjap beberapa kali, berusaha untuk mengingat meskipun akhirnya ia menyerah dan bertanya, "Ah, maaf. Aku tidak ingat."

"Aku yang membawa dompetmu ke meja informasi waktu itu," jelas Yoongi sambil tersenyum kecil.

Mata Jimin yang melebar langsung membuat Yoongi paham bahwa laki-laki itu mengingatnya. Mata yang membesar itu perlahan membentuk setengah lingkaran layaknya bulan sabit, membuat Yoongi sedikit terkesiap.

"Ah, Anda rupanya. Maaf aku tidak mengenali Tuan, karena saat di bandara aku tidak melihat wajahmu dengan jelas," jelas Jimin sedikit membungkuk.

Yoongi tersenyum lagi. "Yah, aku memang memakai masker dan topi saat itu, wajar jika kau tidak mengenaliku. Omong-omong, tidak usah memanggilku dengan formal seperti itu."

Jimin mengelus tengkuknya. "Ah, begitukah? Aku sedikit segan."

"Bukankah seharusnya memang begitu? Kita sedang kencan buta, kalau kau lupa. Memanggil satu sama lain dengan formal seperti itu rasanya aneh," ucap Yoongi.

Semburat merah yang terlihat samar di kedua pipi tembam Jimin membuat Yoongi merasa gemas. Ingin rasanya ia mencubit kedua pipi itu.

Yoongi sedikit terlonjak kaget saat Jimin mengangkat wajah dan menatap tepat di matanya.

"Aku tidak menyangka kau mengingatku, Yoongi-ssi," ujar Jimin.

Yoongi tidak menjawab dan hanya membalas dengan senyum tipis. Entah kenapa, ia tidak bisa menghentikan dirinya untuk terus tersenyum.

warm winter ▪️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang