Min Yoongi baru saja terbangun dari tidur panjangnya yang nyenyak ketika ponselnya berdering nyaring.
Tangan Yoongi meraba-raba ke samping, mencari-cari ponselnya. "Halo?" ucapnya dengan suara serak.
"Kau baru bangun, hyung?"
Yoongi mengangguk pelan. "Ya. Ada apa, Namjoon?"
"Ah, tidak. Aku hanya memeriksa keadaanmu. Perjalanan dari New York pasti melelahkan," jawab Kim Namjoon.
"Begitulah," balas Yoongi singkat.
"Apa kau akan ke kantor hari ini?"
Yoongi mencoba untuk membangunkan tubuhnya. "Sepertinya tidak. Aku kurang enak badan. Mungkin besok."
Namjoon berdeham. "Hm, baiklah. Nanti siang aku akan ke apartemenmu. Ada beberapa berkas yang membutuhkan tanda tanganmu."
Sebelah tangan Yoongi mulai memijit pelipisnya pelan. "Baiklah."
Yoongi segera mematikan ponselnya. Ia terduduk sejenak, mengumpulkan nyawanya yang masih melayang-layang. Sejenak ia pejamkan mata, merasakan rasa nyeri yang menyerang kepalanya.
Dengan berat, Yoongi mulai melangkah meninggalkan tempat tidurnya. Setengah menyeret langkah menuju kulkas dan mengeluarkan sebotol air. Sambil meneguk air, Yoongi berbalik dan menatap jam.
Matanya membelalak, tak terasa ia sudah tertidur hampir 24 jam lamanya. Ia tiba di apartemennya setelah perjalanan dari New York kemarin pagi dan langsung menenggelamkan dirinya dalam alam mimpi.
Yoongi memilih untuk tidak memikirkan waktu tidurnya yang gila dan mulai membuat kopi.
Langkahnya pelan menuju balkon apartemen dengan segelas kopi yang hitam pekat. Udara musim dingin langsung menyapa kulitnya yang pucat. Tubuhnya sedikit bergetar, tidak menduga udara di Seoul akan terasa begitu dingin dan menusuk.
Yoongi menumpukan sikunya di pagar balkon, menikmati pemandangan pagi yang menyejukkan mata. Senyum kecil menghiasa wajahnya seraya ia menyesap pelan kopi miliknya.
Natal ya?
Otaknya mulai bereaksi saat melihat hiasan-hiasan natal yang bergelantungan di sepanjang jalan dibawahnya. Netranya terpaku, mengingat-ingat bagaimana ia menjalani saat-saat Natal selama ini.
Yoongi menyeringai tipis. Tentu saja ia tau bagaimana ia menghabiskan Natal selama ini. Berkutat dengan pekerjaan akhir tahun yang padat. Menghabiskan hari Natal untuk bercinta dengan berbagai berkas keuangan akhir tahun yang harus diselesaikan.
Sejujurnya, ia pun merasa bosan. Rutinitas membuatnya sedikit iri kepada orang-orang yang bisa menghabiskan waktu Natal bersama orang-orang yang mereka cintai.
Yoongi sebenarnya bisa saja mengajukan cuti dan mengunjungi kedua orangtuanya di Daegu. Namun, ia tau jika ia pulang, orang tuanya akan memaksanya untuk bertemu dengan anak perempuan dari kenalan mereka.
Hela napas panjang terdengar lembut dari sela bibirnya. "Sepertinya Natal tahun ini aku sendirian lagi."
❄❄❄
"Jadi, bagaimana New York?"
Yoongi memakan gulungan mi hitam terakhir lalu menyeka sisi bibirnya yang terkena saus. "Yah, berjalan lancar."
Namjoon tersenyum lebar. "Syukurlah. Setidaknya pekerjaanmu tidak bertambah di akhir tahun seperti ini."
Yoongi menandaskan air putihnya. "Hahahahaha," sarkasnya. "Pekerjaanku tetap banyak, Namjoon."
KAMU SEDANG MEMBACA
warm winter ▪️
Fanfiction[Completed] Setelah perpisahan yang pahit, Park Jimin mulai terbiasa menghabiskan malam Natal yang dingin seorang diri. Hingga seseorang mendekat dan mulai menghangatkan Natalnya tahun ini.