Malam ini aku memakai baju serapi mungkin. Jamal akan mengajakku dinner di Go Fish Poke Bar. Halwa tersenyum melihatku berdandan.
"Wah, cantik sekali tuan putri" ujar Halwa menggoda ku.
"Aduh, kau jadi membuatku malu" balasku.
"Aku harus pakai lipstik merah atau merah jambu?" Tanyaku pada Halwa.
"Merah jambu sebagai base lalu kau ombre dengan merah ditengahnya sedikit. Itu akan membuatmu kelihatan semakin cantik" jawab Halwa. Aku mengangguk.
Setelah selesai berhias aku kemudian mendapatkan sebuah pesan baru dari Jamal.
"Hey aku akan menjemputmu. Aku tahu dimana alamat apartemen mu. Sebentar lagi aku akan datang." Kata pesan itu. Aku menunggu.
Tak lama kemudian aku di telepon oleh sang pemilik nomor.
"Assalamu'alaikum, Shafiya. Aku sudah sampai. Sekarang aku berada di bawah. Kau boleh turun."
"Ok" jawabku singkat. Aku menutup teleponnya.
"Semoga sukses." Ujar Halwa. Aku memeluknya, kemudian pamit.
Aku turun ke bawah. Sudah terparkir sebuah mobil Porsche biru muda. Lalu Jamal keluar dari mobilnya dan membuka kan pintu untukku. Mempersilakan ku untuk masuk.
'Pria ini kelihatannya sangat berkelas' batinku.
****Kami berbincang selama perjalanan ke restoran.
"Sudah berapa lama kau berada di Cambridge? Tanya ku.
"Sudah 4 tahun. Ini tahun terakhir ku berkuliah." Jawabnya.
"Oooh" jawabku seadanya.
Suasana sangatlah canggung. Maklum, ini pertama kalinya aku pergi bersama seorang pria yang belum terlalu kukenal. Tapi sepertinya pria ini baik.
"Kudengar kau tidak pernah jatuh cinta. Apa hal itu benar?" Tanya Jamal.
Aku menelan ludahku dan terdiam. Aku sedang berpikir untuk mengeluarkan kalimat selanjutnya agar pria ini tidak salah paham.
"Ya" jawabku singkat.
"Well, aku bukan tipe yang percaya pada hal seperti itu. Semua wanita itu punya hati. Mereka pasti bisa jatuh cinta. Tapi setelah aku mendengar kabarmu, bahwa kau menghabiskan 3 tahun mu di Cambridge tanpa jatuh cinta atau bahkan menyukai orang lain, hal itu membuatku heran. Bagaimana bisa kau tidak bisa mencintai seorang pria, ya kan. Ya jadi hal itu awalnya membuatku penasaran. Aku terus mengikuti setiap perkembangan mu. Kau tidak perlu takut. Aku bukan stalker. Aku hanya suka mengamatimu dari kejauhan. Dari mengikuti perkembangan itu, aku tidak sadar bahwa aku telah jatuh pada lubang cinta itu sendiri. Dan di sinilah aku, berakhir dengan mengajakmu kencan. Aku hanya ingin membuatmu jatuh cinta padaku" jawabnya santai. Aku kembali menelan ludahku.
'Richard memiliki hatiku, tapi masa bodoh lah, dia kan akan menikahi Caroline. Dan Finn, entahlah. Aku sudah diambang menyerah.' Batinku sambil tertunduk.
****Dinner berjalan dengan mulus. Jamal membuatku tertawa dengan leluconnya. Dibalik sosoknya yang maskulin, pria itu juga humoris. Aku senang berkencan dengannya. Seperti kata pesannya, dia yang membayar minuman dan makanan yang kami pesan. Dia juga mengajakku jalan-jalan mengelilingi Cambridge dan melihat indahnya kota ini pada malam hari. Dan lebih spesialnya lagi, dia tahu aku adalah seorang Directioner. Sepanjang perjalanan dia menyetel lagu One Direction. Membuatku senang.
Setelah selesai, Jamal mengantarku kembali ke apartement ku.
"Hey, terima kasih untuk malam ini, Jamal. Jamuannya enak sekali." Ujarku.
"Aku yang harusnya berterima kasih padamu. Kau kan biasanya selalu menolak orang lain untuk mengajakmu sekedar jalan. Terimakasih sudah mau dinner dengan ku." Balasnya. Dia tersenyun kearahku.
"Ya sudah, aku pamit dulu. See you tomorrow"
Kalimat itu meluncur lancar dari mulutku. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku mengatakannya. Kulihat sebuah senyuman menghiasi wajahnya.
"See you tomorrow too, Shafiya"
****"Menurutmu apakah Jamal itu secret admirer ku?" Tanyaku pada Halwa yang sibuk mengunyah permen gummy.
"Tidak ada bukti. Jadi aku tidak tahu" jawabnya.
"Tadi dia berkata padaku bahwa dia penasaran denganku dan sudah lama mengikuti kabar tentangku. Hingga tanpa ia sadari ia jatuh dalam lubang cinta itu sendiri. Apa hal itu tidak terdengar aneh bagimu? I mean look at this guy. Jamal hampir mengetahui semua hal tentangku karena ia rajin mengamati dari kejauhan. Tidakkah kau pikir Jamal adalah orang dibalik pengirim surat itu?" Tanyaku.
"Tanya Katya saja" jawabnya.
"Kau tidak seru. Ayolaaah. Aku sudah berkali kali bertanya pada Katya tapi ia selalu berkata bahwa identitas secret admirer ku adalah satu hal yang tak akan ia katakan padaku. Lalu kemana lagi aku harus bertanya, Halwa? Aku penasaran perihal secret admirer ini. Apa kau tidak penasaran? Seingat ku kau pernah bilang bahwa kau ingin sekali mengetahui orang dibalik surat surat cinta yang ia kirimkan padaku"
"Kau benar. Tapi aku belum menemukan suatu hal menarik tentang Jamal yang bisa membuatku berkata bahwa ia berkemungkinan besar menjadi secret admirer mu" timpalnya.
"Kau ada benarnya juga." Balasku.
"Tapi apa kau ingat? Bahwa secret admirer mu berkata bahwa ia tertarik mendalami Islam setelah melihat perilaku dan akhlak mu? Well, kau bilang Jamal adalah seorang muslim. Berarti Jamal bukan pria yang menulis surat untukmu. Dia bisa jadi siapa saja. Tapi satu hal yang pasti dia bukanlah umat Islam."
"Wow, kenapa kau bisa menjadi sangat pintar dalam satu waktu dan bodoh dalam satu waktu juga?" Tanyaku.
Halwa melempar ku dengan permen gummy nya. Dan aku menangkapnya tepat memasuki mulutku. Membuatnya semakin geram dan pada akhirnya berujung dengan menjitak kepalaku.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajari Aku Islam [Completed]
RomanceShafiya, wanita cerdas yang lahir dari keluarga yang religius menjadikan dia gadis yang taat. Ia adalah orang yang berpegang teguh terhadap agama nya. Dia tidak lagi pernah merasakan cinta setelah sahabat sekaligus cinta pertama masa kecilnya mening...