Irene memasuki kamar nya, dan Rio baru keluar dari kamar mandi, setelah membersihkan diri dan langsung menuju ke lemari pakaian nya, sang istri sendiri duduk di tepi ranjang menghadap Rio yang membelakangi nya.
"Oppa mianhae" lirih nya takut sambil menunduk, Rio yang hendak mengambil baju ganti pun urung melakukan nya, dia memilih menyandarkan pantatnya diatas meja rias sang istri dan menunggu Irene memberi nya penjelasan.
"Aku melakukan nya, karena aku tak ingin melihat ayah dari orang yang ku cintai hidup menderita di masa tua nya, daddy sudah sakit-sakitan, dia memiliki tanggungan membayar hutang-hutang milik Amber, tapi daddy masih memiliki semangat untuk membangun perusahaan nya sendiri lagi, apa aku tega untuk menghancurkan impian nya? Yang ku lakukan hanya mengoreksi sketsa milik daddy, aku mengakui nya oppa, jika aku salah karena tak melibatkan oppa, harusnya aku meminta ijin oppa terlebih dahulu, mianhae oppa, mianhae" Irene kembali sesenggukan setelah memberikan penjelasan panjang lebar.
"Aku terlalu tergesa mengambil keputusan, mengingat betapa besar semangat daddy, aku jadi terbawa suasana dan menjadi lebih antusias" lanjut Irene
"Dan kamu tahu kenapa aku marah?" Tanya Rio, Irene menggeleng takut, masih belum berani menatap suami nya.
"Karena aku takut Amber akan merebutmu kembali saat tanpa sengaja kalian bertemu di kantor daddy, aku tak ingin kehilangan orang yang ku cintai dua kali, cukup sekali aku tersiksa tanpa mu waktu itu" Rio mengutarakan alasan nya.
"Aku emosi karena rasa ketakutan terlalu mendominasi dalam hati dan pikiranku, Mianhae Irene-ahh, karena aku juga tak bisa meredam amarahku sendiri" sesal Rio, Irene mendongak menatap wajah Rio, mata mereka saling bertemu pada pemilik rindu, tanpa basa-basi, Rio segera berjalan mendekati sang istri sambil menarik handuk yang melingkar di pinggang nya tadi
Set
Bruk
Rio langsung menindih tubuh Irene diatas ranjang dan mulai mencumbu nya, untuk melampiaskan rasa rindu karena pertengkaran mereka, yang ternyata memiliki alasan yang sama, Irene nekat karena mencintai Rio, dan Rio marah karena mencintai Irene dan takut kehilangan.
"Oppa. . .aaakkhh. . . " rintih Irene nikmat dibawah genjotan suami nya.
"Irene-ahh, aku mencintaimu"
"Aaaakkhh. . . " desah keduanya saat mendapatkan orgasme nya secara bersamaan, cinta juga lah yang mendamaikan mereka kembali.
Pagi nya, suasana rumah Rio kembali seperti semula, hanya, tidak ada Tiffany disana, Seo dan Seulgi tiba-tiba datang.
"Irene-ahh, aku mau mengambilkan baju unnie ne" ijin nya.
"Mommy kemana hyung?" Tanya Rio pada Seulgi yang saling bertatapan ragu dengan Seo.
"Eemm. . . " Seulgi bergumam tak bisa menjawab.
"Unnie di rumah sakit, tuan Kim dirawat" Seo yang akhir nya menjawab, Rio tak bereaksi, Irene menunduk, dia tak berani bertanya lagi, karena takut akan memancing amarah suami nya kembali, dia melanjutkan melayani Rio dan Leo yang duduk tenang menikmati sarapan nya.
Dirumah sakit, Taeyeon berada di ruang ICU karena tak sadarkan diri.
Diluar Tiffany, Seo, Seulgi, Yuri dan Amber menunggu, istri Kim Taeyeon itu tampak sedang menasehati putra pertama Kim.
"Bukan maksud mommy membandingkan mu dengan Rio, tapi sebagai anak sulung, tunjukan tanggung jawab mu Amb, harus nya kamu bisa menjadi contoh untuk kedua dongsaeng mu" omel Tiffany.
"Dongsaeng yang mana? Aku tidak melihat punya dongsaeng sekarang, karena mereka juga tak peduli dengan daddy, yang sudah dua hari tak sadar, mereka malah enak-enakan dengan istri masing-masing di rumahnya" cibir Amber kesal karena Tiffany seperti menekan nya dan lebih membanggakan Rio, dan Jisoo tanpa menjaga perasaan nya.
"Jaga mulutmu, mereka punya alasan kenapa belum kemari, pertama mereka sibuk bekerja, kedua mereka belum tahu kondisi daddy mu, dan ketiga, mommy akan pastikan mereka datang kesini nanti" ketus Tiffany, dia kesal dengan kebebalan Amber yang membuat kesehatan ayah nya jadi semakin menurun.
"Ck, mereka tak akan kesini, dengan alasan, satu, mereka takut dengan ku, kedua mereka balas dendam pada daddy, anak macam apa yang seperti itu" cibir Amber remeh.
"Oh ya, kamu pikir alasan apa yang membawa daddy mu sampai di rawat disini?" Geram Tiffany pada putra nya yang tak tahu diri itu.
"Rio" dingin Amber
"Mommy pikir aku tak tahu Rio datang ke kantor daddy dan mengamuk" skak matt, Tiffany tak bisa membalas sekarang, dia terdiam dengan perkataan Amber.
"Aku akan bersimpuh di kaki nya jika dia sampai berani menjukan batang hidung di sini" ejek Amber, Yuri panas mendengar ucapan Amber, dia terlihat beberapa kali pura-pura mengorek kuping nya yang tak gatal karena jengah, Seulgi hanya senyum-senyum dengan tingkah Yuri.
Saat makan siang tiba, Tiffany mengajak Seo dan Seulgi keluar, karena dia telah membuat janji dengan Sandara.
"Mommy" sambut Jisoo heran dengan kedatangan Tiffany dan yang lain, menyusulnya ke restaurant.
"Ne, kita sudah buat janji tadi" balas Tiffany mencium pipi Jisoo dan memeluknya beberapa saat, Rio yang tadi datang bersama Jisoo dan Sandara pun hanya diam tanpa menyapa ibu kandung nya, Tiffany menatap bersalah pada si bungsu, dia belum pernah menghadapi Rio yang marah dengan nya.
"Mianhae" ucap Tiffany menghampiri Rio, memeluk kepala sang putra sambil mencium nya, Rio hanya mengangguk dalam dekapan wanita yang menjadi kelemahan nya itu.
"Kita makan saja dulu ne" Dara berusaha mencairkan suasana, Tiffany lalu duduk dihadapan Rio, Dara di hadapan Jisoo, Seo dan Seulgi duduk berdua di meja lain karena tak enak menyangkut urusan keluarga, meski mereka tahu semua cerita yang terjadi di keluarga Kim.
Mereka sibuk dengan makanan masing-masing dalam suasana hening, dan tak ada pembicaraan, sampai mereka selesai dengan dessert nya, Tiffany dan Dara saling melirik, seolah berkata 'sekarang waktunya'.
"Jisoo-yaa"
"Rio-yaa"
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Cinta Season 2
Fanfictionkelanjutan dari Bukan Salah Cinta yang pertama, buat yang mau ngikutin cerita ini, silakan baca yang season pertama dulu biar nyambung.