Sandara menggenggam tangan kiri Jisoo diatas meja, sedangkan Tiffany menggenggam tangan kanan Rio.
"Daddy sakit, dia butuh kehadiran kalian disana" ucap Tiffany akhir nya, Rio tak terkejut, karena ia sudah tahu, Jisoo yang terperanjat, dia hendak menarik tangan nya dari genggaman sang mommy tapi Sandara menahan nya.
"Dengarkan Fanny mommy berbicara dulu" tahan Dara, dia mengusap-usap punggung tangan Jisoo.
"Sudah dua hari daddy tidak sadarkan diri, dia di ruang ICU" lanjut Tifdany.
"Ada peradangan di usus besar nya, stress, dan pola makan yang tak sehat, menjadi pemicu utama nya, daddy harus dioperasi, dan dokter membutuhkan persetujuan penuh dari semua keluarganya, daddy butuh kalian" terang Tiffany panjang lebar, Rio mampu menutupi kekagetan nya, karena tak menyangka sang ayah sakit separah itu.
"Dia bukan ayah ku" elak Jisoo
"Soo-yaa" tegur Dara
"Dia hanya butuh tanda tangan kami kan? Bukan butuh kami?" Dingin Rio.
"Rio-yaa, bukan begitu, jika daddy diberi kesempatan, dia pasti akan meminta maaf pada mu, tapi penyakit sudah terlebih dahulu menjatuhkan nya sebelum dia bertemu lagi dengan mu" ungkap Tiffany, Jisoo berdiri dan menarik kasar tangan nya dari sang mommy, dan keluar restauran, Sandara pun mengejar nya.
"Tolong Rio, kasih daddy kesempatan untuk memperbaiki kesalahan nya, sebelum semuanya terlambat, mommy tahu amarah dan dendam masih menguasai mu, tapi mommy percaya, disini, masih tersisa kebaikan dan kepedulian seoarang anak pada orang tua nya" bujuk Tiffany sambil menunjuk dada Rio tepat di hati dengan telunjuk kanan nya.
Bugh
Jisoo menutup pintu mobil nya dengan kasar, di susul Sandara yang datang dengan tergopoh-gopoh ikut memasuki mobil sang putra, Jisoo menatap tajam keluar jendela dengan wajah marah nya.
"Setiap manusia, pasti punya masa lalu entah itu yang baik, atau pun yang buruk, mereka juga pasti pernah melakukan yang namanya kesalahan, begitu juga dengan daddy mu, dibalik semua masalah yang kita hadapi sekarang, pasti ada rencana terbaik yang telah Tuhan siapkan untuk kita, permintaan ini tidak sulit bukan? Kamu hanya datang dan temui daddy mu, itu sudah cukup, mungkin inilah kesempatanmu untuk mengenalnya sebelum penyesalan datang dikemudian hari, karena suka tak suka, mau tak mau, darah nya ada di dalam tubuh mu" pungkas Dara, dia lalu keluar dari mobil untuk kembali ke kantor nya dengan menaiki taksi, dia kecewa dengan Jisoo yang keras kepala.
Rio sendiri masih bertahan di restaurant sambil melamun menatap keluar jendela sendirian.
Sesampai di rumah, Rio terlihat murung, Tiffany telah menjelaskan tentang pertemuan nya dengan Rio pada Irene, Rio masih ragu, untuk datang ke rumah sakit atau tidak, karena dalam hati ia masih marah dan sakit atas perlakuan dan kata-kata Taeyeon pada nya dulu.
Tak beda jauh dengan Jisoo, dia enggan bertemu dengan Taeyeon karena merasa asing dengan pria itu.
"Irene-ahh" panggil Krystal saat berkunjung ke rumah Rio diakhir minggu.
"Ne unnie" jawab Irene yang sedang menggantikan baju baby Lili, Abigail dan Leo bermain sepeda roda tiga dihalaman belakang rumah.
"Ku lihat suami mu seperti sedang banyak pikiran" Tebak Krystal
"Ne unnie, daddy sakit" jawab Irene sendu.
"Apa?" Kaget Krystal, Irene akhirnya menceritakan semua nya.
"Cobalah kamu bantu mommy membujuknya, kasihan daddy" balas Krystal setelah mendengar semua cerita yang Irene ungkapkan.
Malam nya, Rio tidur dengan dipeluk Irene dari belakang, dia mengusap-ngusap dada sang suami.
"Oppa juga sudah menjadi seorang ayah sekarang, coba pikirkan jika Leo membenci oppa" bisik Irene di kuping kanan Rio, dan kata-kata itu, sukses membuat Rio tak bisa tidur berhari-hari.
Jisoo pun sama, dia jadi lebih banyak melamun sekarang, memikirkan keputusan nya, Rose datang membawakan segelas kopi untuk suami nya di ruang kerja nya malam itu.
"Oppa" Rose memeluk manja tubuh suami nya dari belakang, saat Jisoo tengah melamun menatap keluar jendela ruang kerjanya, Jisoo menyandarkan kepala belakang nya ke atas kepala Rose.
"Kita sudah menjadi orang tua sekarang, jadilah panutan dan ayah kebanggan putri mu" bujuk Rose yang tak memaksa, begitu juga dengan Irene, karena mereka tahu, jika semakin dipaksa atau ditekan, maka semakin keras pula hati suami nya.
Tiga hari sudah semenjak pertemuan Tiffany dan Sandara bersama putra mereka di restaurant, yang artinya, lima hari sudah Taeyeon tak sadarkan diri.
Rio melamun menatap Leo, yang sedang belajar menggambar, Jisoo di rumahnya sedang menimang sang putri yang tertidur pulas, dia menatap takjub wajah cantik baby Aliss.
Deg
Jisoo teringat ucapan Rose tempo hari, jika ia harus bisa menjadi contoh yang baik bagi putri nya, begitu juga Rio, menatap Leo membuatnya diserang rasa takut, jika sang putra tiba-tiba marah dan membenci nya.
Kriingg. . .
Ponsel Jisoo berdering, dia pun langsung mengangkat nya.
"Rio-yaa, aku baru mau menghubungimu" jawab Jisoo.
"Ayo hyung" Rio dan Jisoo seperti memiliki telepati, mereka saling tahu maksud dan tujuan keduanya menelpon.
Jisoo menjemput Rio ke rumah nya, dan keberangkatan mereka diantar istri masing-masing dengan perasaan haru.
"Lihat saja, aku akan menghabisi mereka jika sampai terjadi sesuatu pada daddy" geram Amber, Tiffany sendiri menangis sesenggukan dipelukan Sandara karena dokter memberi tahu, jika keadaan Taeyeon semakin memburuk, karena peradangan yang semakin parah mengingat usia Taeyeon yang tak muda lagi.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Cinta Season 2
Fanfictionkelanjutan dari Bukan Salah Cinta yang pertama, buat yang mau ngikutin cerita ini, silakan baca yang season pertama dulu biar nyambung.