Sebuah mobil pengangkut barang memasuki halaman rumah keluarga Kim, Amber berdiri di amabang pintu mengatur barang yang hendak dibawa oleh mobil itu.
"Apalagi yang kau jual Amb? Isi rumah ini bahkan sudah nyaris kosong" tegur Taeyeon dengan suara lemah nya.
"Aku butuh uang dadd, dan jangan banyak bertanya, jika daddy bisa memberiku uang, tentu aku tak perlu menjual barang-barang" jawab Amber ketus, mobil itu mengangkut sofa, lukisan mahal, beberapa guci dan jam hias kuno, Taeyeon duduk lemas di depan tv, dia menangis tersedu sendirian.
"Fanny-ahh, Jisoo-yaa, Rio-yaa" rancau nya pilu, sarat akan penyesalan yang mendalam.
Amber menuju ke sebuah klub malam, untuk menghabiskan uang hasil menjual perabotan rumah nya, dia kembali mabuk-mabukan.
Di rumah Tiffany, suasana rumah itu berbanding terbalik dengan rumah Kim yang sepi, rumah itu ramai karena semua berkumpul untuk menyambut kepulangan baby Lili dari rumah sakit bersama sang mama, Jisoo dan Rose pun datang bersama Dara, dan baby Alissya yang berusia enam bulan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Woah, Leo jadi yang tertampan dikeluarga kita" sorak Jisoo mengangkat tubuh gembul babby Leo, yang terpingkal.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku juga daddy, aku juga" rengek Abigail minta diangkat juga oleh Jisoo ke udara, dan Jisoo pun mengabulkan nya, dia mengangkat tinggi-tinggi tubuh Abigail yang kemudian menjerit takut, baby Aliss hanya bengong di gendongan mommy nya melihat ayah dan saudara nya bercanda.
Tiffany, Dara, Krystal, Seo dan Sicca muncul dari dapur dengan membawa aneka camilan dan minuman.
"Rio-yaa, appa dengar perusahaan Kim sudah bangkrut, apa benar?" Tanya Yoong appa hati-hati.
"Ne appa" jawab Rio.
"Its okey, appa percaya, kalian adalah pria-pria hebat, yang appa yakin akan mampu mendirikan dan mengembangkan perusahaan kalian sendiri nanti" Yoong menepuk punggung Rio dan Jisoo.
Para wanita sedang berkumpul dan bermain bersama baby Lili dan baby Aliss dikamar bayi, sementara Seulgi bermain sepak bola dengan Leo dan Abigail di halaman samping rumah, Rio, Jisoo dan Yoong di ruang tamu.
"Bisnis cake appa sendiri bagaimana?" Tanya Jisoo.
"Yaa tentu saja menurun karena pandemi, tapi appa masih menerima pesanan, itu sudah lebih baik" balas Yoong bijak.
Dua bulan kemudian, Irene keluar untuk membeli popok karena dia kehabisan stock, ketika dia hendak membayar.
"Nona" sapa Yuri yang sedang membayar juga.
"U-uncle" kagetnya gugup, Irene dengan wajah ketakutan nya menatap kesekeliling mencari keberadaan Amber atau Taeyeon.
"Jangan takut, uncle sendirian, tuan Kim tak cukup punya tenaga untuk kemari" ujar Yuri yang seperti tahu jika Irene ketakutan.
"Uncle membeli apa kemari?" Tanya Irene basa basi.
"Membeli pain killer, tuan besar sedang sakit" beritahu nya.
"Apakah dia sudah makan?" Tanya Irene khawatir, Yuri menggeleng lirih.
"Ayo uncle ikut aku" ajak Irene, dia menitipkan baby Lili pada Krystal di rumah, lalu mengajak Yuri kesebuah restauran, membelikan makanan untuk Taeyeon dan anak buah nya.
"Daddy punya pekerjaan apa sekarang uncle?" Tanya Irene selama mereka menunggu pesanan nya siap.
"Tuan besar kembali merintis perusahaan Tae dari bawah, meski kami belum memiliki pegawai, tapi tuan masih mampu menghasilkan satu desain dalam waktu dua minggu" jawab Yuri, Irene ikut merasa sedih mendengar cerita Yuri.
"Uncle, pastikan daddy makan dengan baik, dan jika tak kunjung membaik uncle hubungi aku ne" pesan Irene menyerahkan bungkusan makanan pada Yuri.
"Ne nona, kamsahamnida" balas Yuri.
"Uncle kirim alamat baru kantor daddy ne" pinta nya sebelum pergi, dalam perjalanan pulang nya, Irene terus kepikiran mertua nya, nasib yang menimpa nya sekarang, yang bagaikan singa kehilangan gigi dan cakar nya, hilang sudah wibawa nya.
Taeyeon sekarang makan saja menunggu kiriman dari Tiffany yang meski pernah dikhianati, tapi masih sudi memikirkan kelangsungan hidup suami nya.
Suatu hari, Jisoo dan Rose menikmati kencan mereka, dengan dinner romantis dan jalan-jalan berdua, menitipkan baby Aliss pada Dara mommy, Rose memeluk erat lengan suami nya.
"Oppa, aku ingin kita liburan ke paris, jika baby Aliss sudah berusia dua tahun nanti" pinta Rose.
"Boleh, sekalian kita buatkan dia dongsaeng ne" goda Jisoo.
"Ish itu saja yang oppa pikirkan" Rose memukul ringan lengan Jisoo karena malu, dari arah berlawanan, Amber berjalan dengan langkah sempoyongan nya, dengan mulut terus merancau.
"Rio brengsek, dongsaeng tak tahu diri, dia merebut istri ku" oceh nya.
"Hey apa kamu tahu Rio? Dia anak haram mommy ku dengan selingkuhan nya" rancau nya menepuk bahu orang asing yang ditemui di jalanan, Jisoo menarik tangan Rose dan menyembunyikan sang istri dibalik punggung nya, karena Amber semakin dekat ke arah mereka.
"Ku bunuh kau nanti Rio jika kita bertemu" gumam Amber lalu menegak lagi isi botol ditangan kanan nya, mabuk membuatnya tak sadar, dan tak mengenali wajah pria yang berpapasan dengan nya, Rose bergidik takut dibalik punggung suaminya, dan mencengkeram erat baju Jisoo.
"Oppa, aku takut, ayo kita pulang saja ne" mohon nya lirih.
"Baiklah baiklah" Jisoo pun menuruti kemauan istri nya untuk memilih pulang dari pada melanjutkan kencan nya.
"Aku mengkhawatirkan Rio, oppa" cemas Rose dalam perjalanan pulang mereka.
"Aku percaya Rio mampu menghadapi Amber andai mereka bertemu" yakin Jisoo.
"Pria seperti Amber, kekuatan nya tidaklah seberapa, dia pasti akan kabur jika digertak duluan, tapi jika dalam kondisi sadar, dalam kondisi mabuk malah lebih mudah lagi, dia mungkin tak takut pada Rio, tapi sekali sentuh bakal ambruk dia" jelas Jisoo.
"Tapi andai dia membawa Henry dan Minho bagaimana?" Rose masih tak yakin.
"Kamu lihat mereka ada disekitar Amber tidak setelah Kim hancur?" Jisoo malah balik bertanya, Rose menggeleng.
"Teman seperti itu mana mau membantu Amber" remeh Jisoo.