"Semoga kita tidak terlambat hyung, aku tak ingin mengalami nasib seperti daddy" ujar Rio dalam perjalanan mereka ke rumah sakit.
"Ne, kita tak berhak menghukum nya, dia sudah mendapatkan balasan nya" sambung Jisoo menyetujui ucapan dongsaeng nya.
Rio dan Jisoo berjalan menuju ke ruang ICU, dari kejauhan, Yuri langsung berdiri tegak menyambut tuan muda nya, dia melirik Amber, menunggu reaksi pria itu yang selama ini begitu angkuh nya menilai Jisoo dan Rio dengan bualan nya, Yuri menepuk-nepuk bahu Seulgi memberi kode, Seo ikut menoleh, spontan gadis itu pun menyerukan nama putra kedua dan ketiga Kim.
"Jisoo-yaa, Rio-yaa" teriaknya lega, Tiffany pun melepaskan diri dari pelukan Dara, kedua menoleh ke lorong rumah sakit.
Glek
Amber menelan ludahnya kesusahan, wajahnya pucat pasi melihat kedatangan Rio, tanpa pikir panjang Amber pun melarikan diri, dia takut dan minder pada Rio.
Rio datang dengan pakaian yang menampakan jika ia adalah pria yang mapan secara ekonomi dan family, dan Rio adalah orang yang berhasil menghancurkan harga diri seorang Amber yang terkenal congkak dan raja dalam segala hal, ditambah kehadiran Rio adalah untuk membereskan urusan daddy nya, yang tak bisa dihadapi oleh Amber, menambah ciut nyali nya untuk berhadapan dengan dongsaeng nya itu, Yuri dan Seulgi terkikik geli menahan tawa melihat Amber lari menghindari Rio.
"Rio-yaa, Jisoo-yaa" Tiffany memeluk erat kedua nya, Dara sendiri sudah menangis haru karena akhirnya sang putra luluh, kedua anak itu pun membalas pelukan Tiffany.
"Terima kasih akhirnya kalian datang" tangis Tiffany haru, Rio dan Jisoo pun berusaha menenangkan Tiffany dan Dara, setelah itu, mereka pun menemui dokter yang menangani Taeyeon.
"Besok bisa kita operasi, dan sebelum nya, saya meminta donor darah dari siapa pun, bisa anda atau anda sebanyak 500Cc" kata sang dokter menunjuk pada Jisoo dan Rio, bergantian, setelah menandatangani surat persetujuan operasi.
"Sebaiknya kalian pulang dan beristirahatlah, karena darah kalian besok akan diambil" ujar Tiffany dengan wajah sembab nya.
"Tidak, mommy saja yang pulang, temani Irene, biar Rio dan hyung yang menjaga daddy" tolak Rio.
"Ne, mommy pulang saja temani Rose dan Aliss" Jisoo juga menyuruh ibu nya pulang.
"Seulgi hyung, tolong bawa pulang mommy dan Seo noona ne, biar kami disini bersama uncle" perintah Rio pada supir sang mommy.
"Ne" patuh Seulgi, Jisoo menghampiri Yuri, Rio pergi ke lorong yang menyediakan vanding mesin untuk membeli minuman dan camilan.
"Amber kemana uncle?" tanya Jisoo
"Mungkin ke night club tuan" jawab Yuri segan.
"Masih hobby berpesta dia, uncle?" Sahut Rio membawa makanan dan minuman.
"Masih Rio-yaa, selama tuan besar tak sadarkan diri, dia lah yang memegang dompet milik tuan Kim" jelas Yuri
"Apa selama ini dia juga stand by disini?" Tanya Jisoo lagi.
"Tidak tuan, hanya dua hari, setelah itu, ia datang seenaknya, kadang dalam kondisi mabuk, tapi tumben tadi dia datang dalam kondisi sadar" jawab Yuri lagi.
"Jangan panggil tuan, ingat, Rio dan aku saudara uncle" tegur Jisoo yang tak enak pada Yuri yang begitu menghormatinya.
"Ne, kalian tidurlah, biar uncle yang jaga" senyum Yuri, Rio dan Jisoo pun tidur di kursi ruang tunggu ICU, dan Yuri terjaga sendiri.
Pagi-pagi sekali, Dara dan Tiffany sudah datang ke rumah sakit dengan membawakan sarapan untuk para pria.
"Yuri-ahh, ini milik mu, makanlah" Tiffany menyodorkan lunch box untuk pengawal suami nya itu.
"Ne nyonya, kamsahamnida" Yuri menerima permberian Tiffany.
"Kalian juga harus makan, karena nanti darah kalian akan diambil" ujar Dara yang mulai membuka bekal yang dibawanya untuk Jisoo, begitu juga dengan Tiffany, Amber tak masuk dalam daftar donor darah untuk ayah nya karena ia adalah pencandu alkohol.
"Buka mulut mu boy?" Perintah Tiffany pada Rio.
"Momm, aku bukan Leo, aku Rio" elak Rio kala sang mommy hendak menyuapi.
"Mommy tahu, sudah lama mommy tak menyuapi mu, dan ini juga sebagai bentuk ucapan terima kasih mommy karena kalian bersedia menolong daddy" jawab Tiffany haru, akhirnya Rio pun membuka mulut nya.
"Momm, aku juga mau disuapi seperti Rio" rengek Jisoo manja melihat Rio disuapi oleh Tiffany.
"Ne, ini sayang" balas Sandara, Rio pun mencibir hyung nya itu.
Jam 10 pagi, Rio dan Jisoo pun mulai diperiksa untuk diambil darahnya apakah cocok, dan akhirnya masing-masing diambil 250Cc.
"Anak-anak mommy memang hebat" puji Tiffany, Sandara pun mengacak rambut kedua anaknya itu dengan tatapan bangga dan haru, kini mereka kembali ke ruang tunggu ICU, dokter dan para perawat tengah menyiapkan ruang operasi untuk Kim Taeyeon.
Beberapa perawat datang hendak menjemput tuan Kim untuk dibawa ke ruang operasi, Sandara langsung berdiri untuk menghampiri perawat itu.
"Permisi" ucap nya.
"Ya nyonya" jawab si perawat.
"Apa kami bisa meminta waktu untuk bertemu dengan pasien sebentar?" Tanya nya memohon, kedua perawat itu saling bertatapan kemudian menjawab.
"Baik nyonya, tapi harus tetap mengenakan baju steril, dan kami beri waktu lima menit" jawab si perawat.
"Terima kasih terima kasih" ucap Dara berkali-kali sambil membungkukan badan nya.
"Momm, ada apa?" Tanya Rio cemas menyambut Dara yang kembali ke tempat mereka duduk tadi.
"Kalian berdua, temui daddy mu sebelum dia masuk ruang operasi" perintah Dara, menarik tangan kedua putra nya menuju ruang ICU.
"Tapi mom. . . " tolak Jisoo.
"Harus, mommy memaksa mu, atau jika kamu menolak, mommy akan sangat marah pada mu" ancam Dara
"Di balik pintu itu, akan ada perawat yang membantu kalian memakai baju steril sebelum memasuki kamar daddy mu, nah temui dia" lanjut Dara, Rio dan Jisoo pun menurut.
Dengan baju steril hijau yang lengkap dengan penutup kepala, masker, kaos tangan dan sepatu, berlahan mereka pun masuk, dan berdiri diambang pintu kamar ICU, menatap lurus pada tubuh kurus yang mulai menua itu.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Cinta Season 2
Fanfictionkelanjutan dari Bukan Salah Cinta yang pertama, buat yang mau ngikutin cerita ini, silakan baca yang season pertama dulu biar nyambung.