Senin memang Identik dengan upacara, seperti halnya yang tengah dilakukan Hepi dan ketiga temannya
Mencari tempat yang teduh adalah hal yang biasa mereka lakukan
"Nop lo disamping gue, damay sama tiara depan kita," Ucap Hepi mengatur barisan, yang lain hanya manut saja
Upacara sebentar lagi dimulai, tetapi guru guru masih membenarkan barisan paling belakang
"Ehem--" deheman seorang lelaki disamping Hepi membuat dia menoleh dan langsung menatapnya tajam, tidak lama Hepi langsung acuh akan kehadirannya
"Masih marah aje lo,"
"Woy elah jawab ngapa,"
"Yaudah sih baper banget lo jadi orang,"
Setelah itu Ia menghela napas karna Hepi hanya diam dan memilih mengobrol dengan temannya,
Lantas, Panji langsung menarik tangan Hepi agar melihat kearah nya, tidak lama Hepi menepis tangannya
"Apasih lo!" Ucap Hepi sambil memandang Panji sengit, mencoba mengontrol emosinya
"Anjir sensi banget lo! Yaudah si maap orang gasengaja juga kemaren,"
Setelah mengatakan itu, Panji memilih diam karna upacara akan dimulai
Disampingnya, Hepi melirik sekilas pada Panji, sebenarnya Ia sudah memaafkan kejadian sabtu kemarin, tetapi entah kenapa setiap kali melihat Panji Ia selalu emosi meskipun Ia masih bisa sedikit mengontrol emosinya
Upacara sudah setengah jalan, semua lancar sejauh ini. Tetapi Hepi merasa aneh pada dirinya, Ia pusing.
Keringat dingin keluar dan semakin lama penglihatannya menggelap. Nopi kebetulan menoleh kearah Hepi, dilihatnya Hepi sedang mengerjap sambil memegangi kepalanya
"Hepi, lo sakit?" Tanya Nopi dengan raut khawatirnya, suaranya sengaja Ia pelankan tetapi tetap saja siswa lain yang tak jauh dengannya mendengar itu
"Gapapa nop, pusing dikit doang kok," sebisa mungkin Ia tersenyum menanggapi kekhawatiran temannya, tetap saja semakin lama penglihatannya menggelap dan lemas
Panji sedaritadi memperhatikan Hepi Ia merasa khawatir, tetapi Ia menyembunyikannya sebisa mungkin.
Tak lama Hepi terhuyung kebelakang, dengan sigap Panji menangkap tubuh Hepi yang hampir jatuh ketanah. Nopi dan lainnya keget, Hepi membuka matanya sebisa mungkin tapi gagal, Ia pingsan.
●●●
"Eunghhh--"
Lenguhan Hepi membuat ketiga temannya bernapas lega, sebab Hepi pingsan selama dua jam
"Pi gimana? Masih pusing?," tanya Tiara dengan wajah khawatir
"Udah mendingan kok ti," seulas senyum Ia tujukan pada temannya menunjukan bahwa Ia merasa lebih baik
"Hepii lo harus tau!" Ucapan Damay membuat kening Hepi mengkeruttttt
"Lo digendong piiiii omaygattt," Kali ini giliran Nopi dengan pekikan yang tertahan
Brakk
"IYA ALA BRIDAL STYLE WOY ANJIRRRRR," Teriakan dan gembrakan damai terdengar sampai luar uks, lebih parahnya uks berada disebelah Ruang BK
"Hey ada apa ini berisik sekali," Tegas guru BK yang menatap mereka tajam
"Gapapa kok Bu, tadi saya nabrak meja ini hehe,"
"Yasudah, jangan terlalu bising karna saya sedang pusing, bye!" Setelah mengatakan itu, guru BK menutup pintu dengan kencang
"Buset gabisa kalem ngape ntu guru,"
"Bentar deh, emang siapa yang gendong gue? Terus siswa lain pada liat dong?" Tanya Hepi yang mencoba memahami kejadiannya
"Pas lo mau jatoh, panji langsung nangkep lo pii!! Gila sih gue sama yang lain cuma bisa bengong pas dia tiba tiba ngangkat lo kaya gitu," Nopi menjelaskan kejadian itu
"Terus dia gak balik lagi, pas selesai upacara ternyata dia lagi nemenin lo disini, dia liatin lo terus! Asli dah gue Baper liatnya haha," lanjut Tiara sambil tertawa
"Gue harus gimana dong? Bilang makasih?" Tanya Hepi kepada ketiga temannya
"Yaiyalahh Hepiii, kalo ga dia tangkep baju lo pasti udah kotor,"
Hepi menghela napas, Ia sangat gengsi saat ini. Bagaimana bisa Ia berterimakasih pada Panji yang notabennya musuh itu
"Yaudah yu balik kelas,"
Hepi mulai turun dengan pelan, tangannya menggenggam erat lengan Nopi sebagai tumpuan dan langsung menuju kelasnya.
■■
Guru Sejarah kali ini keluar kelas lima menit lebih cepat, Hepi dan temannya segera menuju kantin berharap tersisa tempat duduk
"Pojok sana yu?" Tanya Tiara, Ia menyukai tempat yang tidak terlalu ramai sehingga kami mengangguk setuju
"Nop lo pesen gih, kan kalo lo suka cepet jhahaa,"
"Siaaap buat temen gue apasih yang ngga muachh,"
"Idih najis." Setelah mengatakan itu, Nopi pergi memesan makanan mereka
"Lahh si nopi gak nanya yang mau kita pesen?" Tanya Damay kepada dua temannya, yang lain ikutan bingung
"WOOOOY KEK BIASA KANNN?" Nopi berteriak dari ujung kantin
"Buset toa banget tu anak," gumam Tiara sambil melihat ke arah Nopi, lalu mengangkat jempolnya
"OKEHH,"
"Anjir minta ditampol tu anak."
Setelah menunggu, akhirnya makanan mereka datang. Mereka langsung menyantap makanannya.
"Ehh pi, panji noh," ucap Damay sambil melihat kearah dimana Panji berada
"Lah kok dia ngarah ke sini," tanya Tiara sambil mengernyit bingung
Benar saja, Panji tiba tiba mendudukkan bokongnya disamping Hepi lalu menepuk pundaknya. Hepi yang sedang minum langsung keselek
"Ohokk... panji anjir gila lo yaa nyari masalah mulu sama gue!" Ditatapnya Panji tajam, lalu melanjutkan minumnya
"Masih aje sensi, gue cuma numpang duduk bentar gada kursi kosong,"
"Tumben dewekan aje lo pan,"
"Iya temen bangsat gue bolos," ucapnya terlampau santai
"Anjir maen bangsat aje,"
"Dah gue duluan!" ucap panji lalu entah sengaja atau tidak Ia mengusap puncak kepala Hepi meskipun hanya sekali, melihat itu Hepi dan temannya melebarkan mata mereka
"GILAAAA SWEET BANGET!!!" Damay tiba tiba berteriak, sedangkan Hepi masih syok ditempatnya
Panji goblok gimana gue mau bilang makasih!! batin Hepi
○○○
Sampai sini dulu, lanjut tidaa?
Luvvv!
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Love You [°On Going••]
Teen FictionIngin melupa, namun hati tak bisa Bukan tak bisa, hanya saja ada ketakutan dalam diri Bertanya pada semesta, Apakah Ia salah sudah bertahan selama ini? Apakah Dia masih bertahan juga seperti Ia saat ini? Apakah Ia masih ada dihatinya? Haruskah Ia m...