0 2
d a c a p o
[It] (D.C.) Dari awal.
AKU MASIH memikirkan hari ulang tahunku yang keenam belas di usiaku yang ke dua puluh. Kali ini perayaannya jauh lebih sederhana dari yang sebelum-sebelumnya.
Aku mulai kembali mengingat semua hal yang akan terjadi hari ini di kepalaku—mendapatkan uang dari ayah, garam mandi dari teman terbaikku Millie, satu set headphone dari temanku yang lain Castor, cupcakes red velvet dengan taburan cokelat dari Dink di toko kue lokalnya dan beberapa ucapan selamat ulang tahun dari para tetangga.
Mungkin itu semuanya. Aku tahu aku seharusnya sedikit kecewa saat aku membandingkan masa lalu dengan masa sekarang, tetapi nyatanya tidak. Ulang tahun keenam belasku tampak seperti kenangan masa kecil sekarang, saat itu aku adalah seorang gadis remaja yang menggenggam erat sisi kekanak-kanakannya.
Syukurlah, aku sudah semakin dewasa sekarang. Aku tahu aku tidak bisa bermain-main terlalu lama di dunia dongengku. Sudah waktunya untuk bangun dan mencium bau mawar—menghargai apa yang sering terabaikan.
Bibirku terkembang dalam senyum masam saat menyadari seberapa tepat kalimat itu. Aku benar-benar sedang mencium bau mawar sekarang, karena saat ini aku sedang mendorong gerobak penuh bunga mawar untuk disimpan.
Ayah masih mengurus beberapa pelanggan terakhirnya di depan, jadi aku mengambil semua bunga-bunga ini sendiri untuk menurunkan sisa pot ke rak-rak. Aku mengurutkan mawar sesuai warnanya—kuning, merah, merah muda, merah muda gelap, putih dan sebagainya—mengusir lebah liar ketika mereka berdengung agak terlalu dekat menurutku.
Tidak butuh waktu lama, atau mungkin itu hanyalah perasaan terdesak yang kurasakan karena Parker akan segera pulang kurang dari satu jam lagi. Ketika aku selesai, aku menanggalkan sarung tanganku yang kotor dan melemparkannya ke tempat sampah terdekat. Ayah masih memegang mesin kasir ketika aku berjalan mendekatinya.
"Kau harus mulai bersiap-siap," katanya kepadaku, sebelum mengangguk untuk berterima kasih kepada pelanggannya, "atau kau akan terlambat."
Aku menyeringai dan membungkuk di atas meja, memberinya ciuman kilat di pipinya. "Aku akan pulang larut dan Parker mungkin akan mengantarku pulang. Jangan menungguku."
"Bersenang-senanglah," dia berteriak dan aku meliriknya sejenak melalui pundakku untuk melambaikan tangan dan mengucapkan selamat tinggal sekali lagi.
Aku membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit untuk mandi dan mengikis semua kotoran keluar dari kuku-kuku jemariku; dan sekitar lima menit berikutnya untuk menyikat rambut kusutku dan mengeringkannya dengan kilat. Aku baru saja selesai merias wajahku ketika ketukan pintu yang kukenal itu mengumumkan kedatangan Parker, diikuti oleh dering suara bel pintu yang tak putus-putus, seolah zombie mengejarnya dan dia butuh perlindungan sesegera mungkin.
Aku mengerti, sebagai mahasiswa hukum, Parker sangat efisien dan tepat waktu. Namun, ada garis tipis antara menuntut efisiensi dan ketidaksabaran.
Menggelengkan kepalaku, aku segera mengikatkan ujung bathrobe dengan kuat di pinggangku dan melenggang dengan santai ke pintu depan. Ketika aku membuka pintu, Parker masih menempelkan satu jarinya untuk menekan bel pintu dan dia membunyikannya sekali lagi sebelum tersenyum.
"Lama sekali."
"Satu kata sesederhana halo, kurasa cukup untuk salam," kataku kepadanya, sebelum mendorong pintu lebih terbuka untuk membiarkannya masuk. Memandangnya membawa kembali gelombang nostalgia yang dengan putus asa berusaha kupadamkan. "Aku merindukanmu," seruku dan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berdansa | Slow Dancing
RomanceSetelah kecelakaan mobil Kaden Bretton mengalami kebutaan temporer, dan Isla Moore berusaha mengakhiri hubungan mereka di saat dia harus menyamar menjadi kekasih Kaden yang meninggal dalam kecelakaan itu. ...
Wattpad Original
Ada 18 bab gratis lagi