0 6
p o c o a p o c o
[It] Sedikit demi sedikit.
ADA firasat aneh di hatiku saat aku melihat sebuah Lamborghini benar-benar terparkir tepat di luar gedung seni beberapa sore kemudian. Warna merah tua yang pekat; jenis warna yang akan berkilau di bawah matahari dan tanpa malu-malu menuntut perhatian semua orang.
Kerumunan kecil sudah berkumpul di sekitar sana—orang-orang berdiri dan menganga mengamati mobil itu, dan aku sangat yakin pemilik mobil di dalamnya pasti tengah berseri-seri dengan bangga. Tak satu pun orang di antara kami pernah melihat mobil semacam ini terparkir di kampus sebelumnya. Bahkan aku ikut memperlambat langkah agar dapat mengagumi kemewahan mobilnya, walau tentu saja dari jarak yang aman.
Namun, senyum geliku langsung memudar ketika kaca mobil itu bergulir ke bawah dan si pemilik kepala pirang familier itu mencondongkan tubuhnya untuk memindai sekeliling. Nolan mengenakan kacamata hitam, dia tersenyum cerah dan menyilaukan, seperti mobil terkutuknya.
"Halo, Sayang," katanya kepada sekelompok gadis di dekatnya, membuat semuanya serentak dimabuk kepayang. Suaranya jelas dan keras sehingga aku dapat menangkap setiap katanya. "Apakah kau tahu di mana Isla Moore? Dia seharusnya menemuiku di sini pada pukul tiga lebih tiga puluh menit."
Aku tidak lagi menunggu untuk mendengar jawaban para gadis itu. Memeluk beberapa bukuku dengan erat di dadaku, aku menunduk dan segera berjalan pergi.
Aku seharusnya bertemu dengan Kaden hari ini dan memberikan kontrak yang telah kutandatangani kembali pada Adelaide, dan aku ingat Nolan sempat menawarkan tumpangan untuk mengantarku ke rumah pantai keluarga Brettons. Namun, aku tidak menyadari dia akan datang dengan keriuhan seperti ini, dan sekarang aku harus pergi sebelum–
"Isla!"
Sangat terlambat.
Aku mempercepat langkahku, menuju gerbang samping secepat mungkin. Yang membuatku ngeri, Nolan langsung mengendarai mobilnya dan berhenti tepat di trotoar beberapa saat kemudian. "Well, halo, Isla," dia menyapa dengan riang, "sore yang indah, bukan?"
"Pergi," desisku, sembunyi-sembunyi sebisa mungkin. Sejujurnya, ini bahkan tidak bisa dikatakan sebagai sembunyi-sembunyi, mengingat dari banyaknya tatapan ingin tahu yang dilemparkan orang-orang ke arah kami. Aku harus menyalahkan Lamborghini miliknya. "Kau mempermalukanku!"
Dia hanya memalingkan kepalanya dan tertawa lebar. "Aku mempermalukanmu?" Dia menurunkan suaranya menjadi lebih rendah dan melanjutkan, "keluargaku memiliki jaringan hotel di seluruh dunia dan aku seorang jutawan di usia dua puluh empat dan aku membuatmu malu?"
"Jangan membual tentang hal itu," aku kembali kesal, menatapnya dengan jijik. "Itu sama sekali tak pantas. Aku tak ingin menyebutnya konyol, karena jika seseorang membaretkan mobilmu dan melakukannya sekarang—yang mana sangat ingin kulakukan—kau akan menjadi jutawan tanpa Lamborghini."
Dia tertawa lebih keras lagi dan aku berharap tanah yang kupijak dapat menelanku hidup-hidup. Parker pernah memberitahuku tentang bagaimana Nolan suka mengganggu dirinya dan Kaden. Aku sekarang sepenuhnya mengerti dan bersimpati kepada mereka.
Meskipun, jujur saja, Nolan sesungguhnya adalah orang yang sangat menghibur—hanya saja tidak ketika dia menguntitku dengan mobil merah cemerlangnya.
"Masuk ke dalam mobil, Sayang," katanya, sebelum membunyikan klakson dan membuatku terlonjak ketakutan. "Atau kau akan hidup dengan penuh penyesalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Berdansa | Slow Dancing
RomanceSetelah kecelakaan mobil Kaden Bretton mengalami kebutaan temporer, dan Isla Moore berusaha mengakhiri hubungan mereka di saat dia harus menyamar menjadi kekasih Kaden yang meninggal dalam kecelakaan itu. ...
Wattpad Original
Ada 14 bab gratis lagi