12. Aku Menyukainya

1.3K 275 103
                                    

Voment sangat di harapkan, dan hargailah para penulis 💛

●●●

.
.
.
.

Seusai menunaikan sholat, Dyandra memilih kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur, tidak ada niat untuk tidur, hanya ingin mengistirahatakan tubuhnya yang teramat sangat lelah, mungkin karena suasana hatinya,

Sehan, lelaki itu tidak berhenti untuk terus menghubungi Dyandra, mengirimnya pesan hingga ratusan, membuat Dyandra lebih memilih mematikan ponselnya,
Salah, selama ini Dyandra telah salah mempercayakan hatinya kepada Sehan, tapi kenapa? Kenapa di saat mereka berdua sudah menjalin kasih sekian lama, Dyandra baru di beri tahu sikap Sehan yang sebenarnya,

Memang benar, semua yang diawalai dengan ketidak baikan, akan berakhir tidak baik pula.
Mendadak Dyandra merasa sesak di dalam hatinya, ia menyesal karena telah menyia-nyiakan waktunya untuk berbuat dosa, dan sesal yang paling menyelimuti hatinya ialah membiarkan luka itu tetap bertahan dan menggerogoti hatinya,

Dyandra teringat masalalunya, tepat saat di ulang tahunya ke 12th, ayahnya pergi meninggalkannya dan tidak pernah lagi kembali.
Dyandra kecil sempat senang karena mendapat hadiah ulang tahun dari ayahnya, tetapi itu juga hadiah terakhir yang ayahnya beri untuk Dyandra,

Saat ayahnya hendak pergi, beliau hanya berpesan agar Dyandra makan yang banyak agar cepat tumbuh tinggi seperti kakaknya, karena kakaknya mempunyai tinggi, melebihi tinggi ayahnya, sedangkan Dyandra selalu mengeluh merasa pendek dan minder karena merasa bukan anak kandung dari kedua orang tuanya,

Tapi dengan polosnya, Dyandra kecil hanya mengangguki permintaan ayahnya, Dyandra kecil juga sempat bertanya, kapan ayahnya akan pulang, ayahnya hanya menjawab 'secepatnya' setelah itu ayahnya mencium seluruh wajah Dyandra sangat lama, lalu pria paruh baya itu pergi meninggalkan Dyandra, kakaknya beserta bundanya,

Dyandra kecil selalu menunggu ayahnya pulang, satu minggu, satu bulan, satu tahun, hingga tahun berganti tahun, tapi ayahnya tak kunjung datang, menginjak kelas tiga SMP, Dyandra sadar jika ayahnya tidak akan pernah pulang lagi, karena orang tuanya sudah berpisah,

Dyandra marah? Tentu saja, kecewa? Sudah pasti, saat itulah masa remaja Dyandra, masa dimana ia mulai mencari jati diri terbentuk, Dyandra sedikit bebal dan badel, sampai ia menginjak kuliah dan sampai ia merasakan bagaimana tidak nyamannya di masukan pondok karena ulahnya yang tidak pernah mendengarkan perkataan bunda serta kakaknya.

Dyandra menangis tersedu sambil memgang pigora yang menampilkan foto Dyandra serta keluarga bahagia yang lengkap, tapi itu dulu, saat Dyandra masih kecil, Dyandra masih mengingat betul kala melihat bundanya menangis setiap malam melihat foto keluarga yang terpanjang di nakas sebelah ranjangnya,

Semua berawal dari itu, Dyandra berubah menjadi benci yang sampai mengakar, ayahnya membohonginya, membohongi bundanya, sejak saat itu Dyandra menganggap jika ia sudah tidak lagi mempunyai ayah,

Dyandra semakin terisak, sampai ia merasakan elusan di atas kepalanya,

"Kakak..." suara serak Dyandra, yang segera berhambur kedalam pelukan Kafi,

Kafi mendekap erat tubuh adiknya yang tengah terisak sampai sesenggukan, seskali tangannya menepuk-nepuk punggung adiknya untuk menenangkan,

"Merindukannya?" Dyandra tetap bungkam, tapi air matanya tidak bisa membohongi kakaknya,

"Jika rindu kenapa selalu menolak kehadirannya?" Tanya Kafi dengan lembut,

Assalamu'alaikum, Dyandra! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang