Dimulai!

179 43 8
                                    

"Cowok gila!"

Natasya tak berhenti berteriak-teriak pada seorang lelaki tinggi berkaus hitam dan mengenakkan celana jeans panjang. Orang-orang di sekitar hanya memperhatikan dan menatap dengan tatapan heran lagi takut, tak ada satu pun yang membantu, bahkan, tak sedikit dari mereka yang malah merekam kejadian heboh tersebut. Putri, kawan dekat Natasya terus berusaha menahan Natasya agar tak lepas kendali. Mungkin, hanya ia satu-satunya orang yang peduli dan berusaha menenangkan Natasya yang tiba-tiba saja mengamuk.

Entah bagaimana jadinya, setelah keluar dari gerbong kereta Natasya langsung meneriaki lelaki tersebut dengan wajah yang merah padam dan dipenuhi dengan keringat. Napasnya terdengar kacau, suaranya terdengar bergetar antara menahan takut juga marah. Kedua mata Natasya melotot dengan bulat dan jari telunjuk tangan kanannya tak berhenti menunjuk-nunjuk ke wajah lelaki itu.

Putri yang baru menyadari reaksi Natasya, awalnya hanya terdiam terkejut. Namun, kemudian ia buru-buru menarik Natasya begitu wanita cantik berambut hitam legam itu semakin lepas kendali. Suasana stasiun Bogor menjadi ramai karena kejadian itu. Terlihat petugas keamanan di sana mulai berlarian menghampiri.

Tak lama kemudian terdengar tangisan Natasya, ia histeris sampai mengamuk dan melempar tong sampah ke hadapan lelaki itu.

Begitu petugas keamanan hendak menghampiri Natasya, Adit, yang ternyata ada di keramaian dan berusaha berlari mendekat cepat-cepat menahannya dan membisikkan sesuatu pada dua petugas itu. Setelah itu Adit menyuruh Putri untuk berusaha mengajak Natasya berbicara.

"Natasya, Ini gue Putri. Teman lu, lu takut? Iya? Lu marah? Okay, gue ngerti, sekarang lu bisa tenang. Ada gue di sini. Lu gak perlu takut. Tenang, ya? Okay? Taruh lagi tong sampah itu. Ya? Tolong," Putri berbicara lebih keras sambil berusaha menjalan mendekat.

Natasya terdiam, ia memandang sekitar. Lalu tiba-tiba terjatuh lemas bersimpuh dan menangis. Ia menutup wajah dengan kedua belah tangannya malu. Putri langsung memeluk Natasya erat sambil mengusap-usap punggung nya pelan.

Adit menghela napas lega, ia berjalan mendekat dan lalu melepas jacket hitam miliknya. Ia berjongkok di belakang Natasya dan menaruh jacket nya di atas punggung Natasya yang nampak rapuh.

"Everything will be okay," Adit tersenyum simpul ke arah Natasya dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

📚📚📚

"Jadi, maksud lu?" Putri melihat ke arah Natasya dengan kedua mata yang sedih. Tak lama kemudian ia menangis dan menutup mulutnya dengan tangan.

"Gue bukan seorang ahli profesional. Tapi, ngelihat apa yang dia alami itu. Gue rasa, ya, mengarah ke sana. Dan kebetulan gue sama Natasya pernah satu gerbong waktu itu. Gue perhatiin gelagat dia benar-benar aneh untuk ukuran orang yang naik kereta. Dia kelihatan cemas dan takut. Seolah-olah dia lagi diikuti. Makanya gue ajak ngobrol waktu itu."

Putri menyeka air matanya, ia menyelimuti Natasya sebentar lalu duduk di samping Adit.

"Gue, gue dan Natasya udah temenan sejak SMA. Gue tahu kalau keadaan seperti ini orangtua Natasya perlu tahu. Tapi, dit, menurut gue saat ini dia gak bisa begitu. Ah, gue bingung. Kita baru ketemu, tapi, gue bingung gue harus cerita ini apa enggak ke lu," Putri melihat ke atas langit-langit rumah sakit sambil menahan napas.

"Lu gak perlu cerita kalau lu gak mau. Gue gak maksa, kok."

Putri melihat ke arah Adit, ia menatap kedua manik mata Adit penuh makna. Adit mengerti, ia langsung menunduk mengiyakkan.

K I T A : Trio Kucrut | TELAH TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang