Chapter 9

4.3K 326 48
                                    

"Ryu-nii! Bangun! Bukannya kau harus sekolah?" Beyond berdiri didepan kamar Ryuzaki dengan wajah kesal. Sudah sejak 10 menit yang lalu dia berusaha membangunkan Ryuzaki, tapi kakaknya itu tidak bangun-bangun atau pin sekedar menyahut. Beyond melirik jam tangannya, jam 7. "RYU-NII! BANGUN WOY!" Beyond memukul-mukul pintu dengan penuh emosi. Masih tidak ada sahutan dari kakaknya. Beyond mendengus, hanya ada satu cara, 'MENDOBRAK PINTU'. Beyond mengambil ancang-ancang. Lalu berlari menerjang pintu, "HIYAAA!" Ckleek... BRUUK! BRAAK! Ryuzaki memandang adiknya dengan aneh, "Kau sedang apa sih?" tanya Ryuzaki bingung. Beyond tersungkur dilantai, karena menabrak meja belajar dan (naasnya) kejatuhan barang-barang dari meja belajar itu. Dia melotot kearah kakaknya, "Kau pikir ini jam berapa? Aku sudah berusaha membangunkanmu sejak tadi! Tapi kau tidak menyahut, jadi aku dobrak saja pintunya. Apa kau mau terlambat sekolah?" Ryuzaki menaikkan alisnya, "Apaan sih? Aku sudah siap dari tadi tahu. Lagian kenapa kau mendobrak pintu? Pintunya kan tidak dikunci." Beyond menepuk jidatnya, menyadari kebodohannya. Beyond berdiri lalu menarik tangan kakaknya, "Sudahlah nanti kita terlambat."

RYUZAKI POV

Aku dan Beyond sedang berada dimobil Lamborgini hitam yang siap membawa kami ke Wammy High School. Tidak beberapa lama Watari memasuki mobil dan mulai menjalankan mobil ini. Aku menoleh kearah Beyond, kasihan dahinya benjol, pasti karena menabrak meja tadi. Eh tunggu dulu, sepertinya ada yang aneh dengan penampilannya. "Kenapa kau mengenakan seragam WHS (Wammy High School)?" tanyaku. Beyond tersenyum tipis, "Mulai hari ini aku sekolah disana." Aku menganga terkejut, "Eh? Kenapa? Bukannya kau bilang kau lebih suka home schooling?" Beyond menatapku dengan matanya yang merah, "Aku hanya merasa bosan. Aku pikir sekolah bersama Ryu-nii akan lebih menyenangkan." Aku mengangguk, tapi tetap saja ada perasaan mengganjal dihatiku.

Beyond yang kuketahui sangat tidak menyukai keramaian. Bahkan saat kami SD dan SMP pun dia sangat suka menyendiri dari pada bermain bersama teman-teman yang lain. Padahal sebenarnya dia cukup terkenal dikalangan para gadis. Meskipun kami ini kembar, tapi sebenarnya kami sangat berbeda jika diamati dengan sungguh-sungguh. Beyond lebih tinggi dariku, badannya lumayan kekar sedangkan aku kurus, kulitku juga lebih putih darinya, dan yang paling menonjol, warna mata kami. Jika mataku hitam, mata Beyond berwarna merah. Saat aku masih kecil, aku dan orang tuaku mengira itu adalah kelainan, karena warna mata kami semua hitam. Tapi setelah diperiksakan kedokter, mata Beyond tidak apa-apa, malah menurut dokter mata Beyond itu indah dan unik.

"Ryu-nii? Kita sudah sanpai loh." ujar Beyond, aku hanya mengangguk dan mengikutinya keluar mobil. "Terima kasih Watari." Aku berkata pada Watari, butler kesayanganku itu hanya mengangguk dan tersenyum. Sejak kedatangan kami kesekolah, banyak pasang mata yang menatap kearah kami. Mungkin mereka bingung sekaligus tertarik. "Ryu-nii, ruang tata usaha dimana?" tanya Beyond. Aku mengerjap lalu menunjuk sebuah koridor panjang, "Diujung koridor itu, mau kuantar?" Beyond menggeleng, "Tidak usah. Aku bisa sendiri kok. Nanti saat istirahat aku akan menjemputmu, kelas 11-F kan?" Aku mengangguk, Beyond lalu berlari meninggalkanku.

Kelas sangat ramai saat aku masuk, Linda langsung menghampiriku dengan wajah khawatir. "Kau tidak apa-apa kan Ryu?" tanya Linda. Aku menaikkan alis bingung, "Apanya?" tanyaku bingung. Linda menasang wajah terkejut, "Jadi kau belum tahu?" Aku menggeleng, Linda langsung salah tingkah, "Ehm... mungkin seharusnya kau memang tidak perlu tahu Ryu." Aku mengangkat bahu, "Yah sudahlah!" gumanku tidak peduli. Aku lalu duduk dikursiku. "Eh tau tidak tentang peristiwa tadi pagi?" Suara cempreng seorang gadis yang duduk dibelakangku langsung tertangkap telingaku, aku mendengus malas, pasti dia sedang bergosip. "Tau dong. Tentang Light-kun dan Luna senpai kan?" Aku langsung menajamkan pendengarku, ada apa dengan Light dan Luna? "Iya, tadi Light-kun memberikan bunga pada Luna senpai. Mesranyaa... aku iri. Tapi mau bagaimana lagi, mereka cocok sih!" Perkataan gadis itu entah kenapa serasa seperti jarum yang menembus jantungku, sakit sekali... Entah kenapa dadaku terasa panas, aku ingin menangis. "Ryu-kun?" Near menyuntuh pundakku. Aku mendongkrak, wajah Near langsung pucat melihat wajahku. "Kau...kau... menangis?" tanyanya terbata. Aku menyentuh pipiku, pipiku basah, benar katanya aku menangis. "Hehehe... sepertinya begitu. Hiks...Hiks.." Isakanku tak tertahankan lagi. Near terdiam, dia menatapku iba. "Ada apa ini?" tanya Linda yang tiba-tiba datang. Near melirik kearahku. Linda langsung terkejut melihatku menangis. Near dan Linda lalu mendudukkan dirinya disebelahku, "Mungkin ada yang bisa kami lakukan untukmu? Mungkin hal itu bisa membuatmu merasa lebih baik." Near berkata dengan lembut. Aku menggelengkap pelan dan tersenyum. Aku tidak butuh apapun sekarang, punya teman yang peduli seperti kalian sudah cukup untukku.

Killing You Softly (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang