Pagi itu Ryuzaki berjalan lunglai melewati koridor sekolahnya, dia tidak tahu sudah berapa kali dia melakukannya. Sejak dia berpacaran dengan Light, dia merasa hatinya semakin melembut. Beberapa bulan yang lalu dia hanya seorang anak kaya yang kesepian dan yatim piatu, tapi kehadiran Light membuatnya merasa eksistensinya menguat, dia merasa dicintai dan dibutuhkan. Tapi setelah kejadian kemarin, dia tidak yakin hubungannya dengan Light akan berhasil. Gadis itu, Luna, akan melakukan apa pun untuk menjauhkannya dari Light.Ryuzaki menghela nafas, lalu melangkah memasuki kelasnya. Kelas sangat sepi, padahal seluruh murid-murid telah terduduk rapi di tempat duduk mereka masing-masing. Ryuzaki menaikkan sebelah alisnya, "Apa yang terjadi?" Gumannya. Ryuzaki berjalan melewati teman-temannya menuju tempat duduknya dipojok belakang, anehnya mereka semua menunduk dalam, tidak ada satu pun yang mengeluarkan suara. "Oke, apa yang terjadi disini! Kalian semua bertingkah aneh!" Teriaknya frustasi. Near yang mendengar teriakan Ryuzaki segera menariknya ketempat duduknya, "Tenanglah dan dengarkan perkataanku." Ryuzaki hanya mengangguk dan menatap Near penasaran, Near menghela nafas, "Aku punya kabar mengejutkan." "Apa? Kau menang penghargaan lagi? Kalau begitu semuanya harusnya bahagia kan?" Ryuzaki berujar. Near segera meletakkan jarinya didepan bibir Ryuzaki, menyuruhnya diam, "Pelankan suaramu Ryuu." Ryuzaki mengangguk sekali lagi, "Ada apa sebenarnya?" bisiknya. Near menarik nafas panjang, "Aku tahu ini mengejutkan, tapi Luna sudah meninggal." "WHAT?" Ryuzaki berteriak terkejut, tubuhnya terjengkang jatuh kebelakang. Near menghampirinya dan membantunya berdiri, "Kau tidak apa-apa?" Ryuzaki bahkan tidak mendengarkan perkataan Near, dia meraih bahu Near dan mengguncangnya keras, "Dia benar-benar meninggal? Bagaimana bisa?" Near meraih tangan Ryuzaki dan berusaha menenangkan, "Aku tahu ini mengejutkan, tapi Luna memang meninggal. Seorang pria mabuk menemukannya tergetak tak bernyawa disebuah gang sepi didekat sebuah bar. Katanya kondisinya sangat mengenaskan, tubuhnya terpotong dan organ dalamnya hilang. Menakutkan!" Ryuzaki memang berharap Luna lenyap dan tidak mengganggu hubungannya dengan Light lagi, tapi bukan ini yang diharapkannya. Kepala Ryuzaki terasa pening, perutnya mual, dia ingin muntah.
"HUWEEEEK!" Ryuzaki terus menerus mengeluarkan isi perutnya di wastafel. Near yang berdiri disebelahnya hanya memalingkan wajah, seraya menyerahkan beberapa helai tisu padanya, "Aku benar-benar tidak menyangka akan menyaksikan hal ini didepan mataku." Ryuzaki meraih tisu itu dan mengelap bibirnya lalu menyalakan kran wastafel, "Maaf. Aku benar-benar tidak menyangka akan se-syok ini kerika mengetahui Luna meninggal." Near menggendikkan bahunya, "Entahlah, kurasa karena kau memiliki RASA KEMANUSIAAN?" ujar Near sarkatis. Ryuzaki menatap Near, "Ya aku tahu. Tapi, sampai 15 menit yang lalu, aku masih masih berfikir bagaimana cara melenyapkan Luna dari kehidupanku dan Light. Dan sekarang? Begitu dia sudah lenyap, aku tidak merasa bahagia, aku malah merasa... kasihan?" Near menghela nafas lalu menepuk pundak Ryuzaki, "Tidak apa-apa teman, itu perasaan yang wajar. Dan tolong, makanlah permen mint, nafasmu sangat.... Iuuhh..." "Aku tahu...aku tahu... akan kumakan sekarang."
"Ryuzaki," Light berjalan mendekati Ryuzaki yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ryuzaki membeku sesaat lalu menatap Near, "Well, kalau begitu aku pergi dulu..." ujar Near dengar terburu-buru. Ryuzaki kembali menatap Light, "Ehm... hai Light." Ujarnya canggung. Light terdiam, hanya berdiri disitu, memperhatikan Ryuzaki dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. "Light?" panggil Ryuzaki. Pemuda itu menangkupkan tangannya dipipi Light, "Kau tidak apa-apa?" tanya Ryuzaki. Tiba-tiba Light memeluk Ryuzaki, "Ryuzaki, aku ingin meminta kau melakukan satu hal untukku." Ryuzaki mendongkakkan kepalanya, menyadari bahwa Light menangis, "Light? Kenapa kau menangis? Apa yang terjadi?" "DENGARKAN AKU RYUZAKI!" Light berteriak depresi. Ryuzaki terdiam, dia baru saja menyadari, bahwa ini pertama kalinya Light berteriak seperti itu padanya, pasti sesuatu yang buruk telah terjadi. Light menatap Ryuzaki dengan mata yang berkaca-kaca, "Untuk kali ini, tolong jangan katakan apa pun, dengarkan saja aku." Light mendudukkan dirinya, dia tampak begitu lelah, seolah tidak tidur semalaman, "Aku sedang mengalami masalah Ryuzaki. Dan untuk saat ini, aku tidak bisa bersamamu." "Tapi kena..." "DIAM DAN DENGARKAN!" light berteriak lagi. "Cepat atau lambat kau akan tahu masalah yang sedang kuhadapi. Aku hanya ingin kau melakukan satu hal untukku. Kau mau melakukannya?" Ryuzaki mengangguk, "Ya." Light berdiri lalu mengecup bibir Ryuzaki, "Percayalah padaku. Hanya itu yang kuminta darimu, percayalah padaku. Percayalah padaku, apapun yang terjadi, apa pun yang dikatakan orang. Kau berjanji?" Ryuzaki mengerutkan dahinya, tidak mengerti apa yang Light katakan, tapi dia hanya mengangguk lagi. Light tersenyum tipis, senyuman pertama yang dilihat Ryuzaki hari ini, "Aku mencintaimu." Gumannya seraya memeluk Ryuzaki. Ryuzaki mengangguk, "Percayalah aku juga mencintaimu." "RYUZAKI! MENJAUHLAH DARINYA!" beberapa orang guru berlari mendekati Ryuzaki dan Light, Near berlari dibelakang guru-guru itu dengan wajah cemas. "Ada apa dengan mere..." Ryuzaki merasakan tangan Light bergetar hebat, dia menatap Light, wajahnya ketakutan. "Light, ada apa?" Light tidak menjawab, dia menghentakkan tangannya dari genggaman Ryuzaki, "Aku harus pergi." Ujarnya seraya berlari menjauh. "LIGHT! KAU MAU KEMANA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Killing You Softly (boyxboy)
RomanceRyuzaki 'ditembak' oleh sang pangeran sekolah, Light Yagami. Ryuzaki bimbang akan perasaannya, dan benarkah sang pangeran memiliki sebuah rahasia gelap?