Chapter 12: Wammy

4.1K 282 29
                                        

"Roger..." "Wammy..." Suasana hening seketika. Watari dan Roger berpandangan, tanpa berkata-kata tanpa melakukan apapun. "Watari," Ryuzaki memanggil Watari dengan sedikit terisak. Watari terkesiap, menyadari bahwa tuannya masih terduduk dilantai, dengan air mata berceceran. "Maafkan saya Ryuzaki-sama," Watari meraih pundak tuannya, lalu mengankat tuannya seolah berat Ryuzaki hanya 5 kilo. "Sebaiknya kita pulang, bukan begitu?" tanyanya dengan senyum lembut. "Watari-san, aku..." Light berujar kikuk, sesekali melirik Ryuzaki. Watari menghela nafas lalu menepuk pundak Light, "Ini bukan salah anda Light-sama. Hanya saja, saya rasa, saya dan Ryuzaki-sama harus pulang." "Tunggu Wammy!" Roger berkata dengan suara yang bergetar. Watari menatapnya tajam, "Dengarkan saya Roger-sama. Saya yang telah merawat Ryuzaki-sama sejak dia bayi sampai sekarang. Dan waulaupun begitu, saya belum pernah menyakiti apalagi memukulnya. Dan anda? baru saja bertemu sudah berani memukulnya. Saya peringatkan! jika anda berani melakukan hal itu lagi. Saya jamin, hidup anda akan SENGSARA! Permisi!" Watari melenggang pergi dengan Ryuzaki di punggungnya. Roger menundukkan kepalanya, "Apakah kau sudah lupa padaku Wammy..." gumannya. Watari menghentikan langkahnya, "Aku tidak akan bisa lupa Roger, walaupun aku sudah berusaha."

Watari berjalan keluar dari  kediaman Yagami dengan Ryuzaki yang masih bertengger dipunggungnya seperti bayi simpanse. "Watari?" Panggil Ryuzaki. "Ada apa Ryuzaki-sama?" Watari berujar sambil terus berjalan. "Aku sayang Watari. Watari sudah seperti ayah bagiku." Watari tersenyum mendengar perkataan tuannya, "Saya pun begitu, Ryuzaki-sama adalah yang terpenting untuk saya. Saya rela melakukan apa pun untuk Ryuzaki-sama." Ryuzaki mengangguk, tersenyum manis. Ryuzaki tidak menyadari, Watari menangis dalam diam, menangis untuknya.

"KURANG AJAR!" Beyond membanting i-phone-nya ketika Ryuzaki selesai menceritakan kejadian yang membuat pipinya bengkak seperti sekarang. "KYAA! Beyond-kun! Kau kan baru beli i-phone itu kemarin!" Ryuzaki memandang barang malang yang sudah terbagi menjadi dua itu. Beyond seolah tidak mendengar perkataan kakaknya. Dia berlari menuju kamarnya, lalu kembali membawa katana (pedang Jepang) yang sudah diasah tajam. Beyond tersenyum dingin, mata merahnya berkilat-kilat, "Biar kubunuh orang tua itu!" Ujarnya sambil tertawa setan. Ryuzaki mendelik, berusaha menghentikan adiknya yang tiba-tiba menjadi psiko, "Jangan Beyond-kun! Nanti kau masuk penjara!" Ryuzaki memeluk pinggang Beyond, tapi Beyond terus berjalan menuju pintu rumah, seolah dia tidak merasakan ada Ryuzaki yang bergelanyut dipinggangnya. Watari mendengus melihat tingkah kekanak-kanakan dua tuan mudanya itu, "Ryuzaki-sama, Beyond-sama! Saatnya cemilan malam! Ada chocho lava dan strawberry sortcake." Watari tersenyum seraya membawa sebuah nampan. "IYA!" Ryuzaki Dan Beyond berteriak semangat. Sepertinya mereka lupa akan apa yang terjadi tadi.

"Gomen Ryuu..." Suara baritone Light terdengar sedih ditelpone malam itu. Ryuzaki tersenyum, lalu membenahi posisi handphone-nya, "Tidak apa-apa Light. Ini bukan salahmu. Bisa kita bertemu besok, disekolah?" Hening sesaat, "Light?" panggil Ryuzaki. Light berdehem, "Well, maaf, aku kaget. Soalnya ini pertama kalinya kau duluan yang mengajak bertemu." Ryuzaki tertawa pelan, "benarkah? tapi kau senang kan?" Light juga tertawa, "Tentu aku senang, seme mana yang tidak senang saat ukenya yang manis mengajaknya untuk bertemu?" Pipi Ryuzaki sontak memerah, "Baka..." Gumannya pelan. "Baiklah! Sampai bertemu besok honey!" cklek! Light segera menutup sambungan telponnya. Ryuzaki memegangi pipinya yang memerah malu, "BAKA LIGHT!"

Ryuzaki berjalan pelan menuju atap sekolah. Beberapa menit yang lalu dia baru saja mendapat pesan singkat dari Light yang menyuruhnya kesini. Ryuzaki membuka pintu perlahan, "LIGHT-KUN!" Ryuzaki berteriak ceria lalu berlari menerjang Light yang tengah berdiri tegap. Ryuzaki langsung memeluk Light yang hanya tersenyum lembut, "Ohayou Ryuzaki." "Ohayou Light-kun." Ryuzaki semakin erat memeluk Light. KREEK... Pintu atap terbuka perlahan, Light dengan sigap menarik Ryuzaki untuk bersembunyi dibalik pintu. Seorang lelaki plontos berjas hitam memasuki ruangan. "Siapa itu Li..." Light membekap Ryuzaki lalu meletakkan jari telunjuknya didepan bibir, "Diam..." bisiknya. Ryuzaki mengangguk lalu memperhatikan pria plontos itu. Pria itu menatap kesekeliling, seolah mencari sesuatu. Pria itu berjalan mendekati tempat persembunyian Ryuzaki dan Light. Ryuzaki bisa merasakan keringat dingin ditangan Light yang membekap mulutnya. Siapa sebenarnya pria itu, kenapa Light begitu takut padanya. "Dia tidak ada disini. Cih! Dasar bocah sialan!" si pria berguman sebal lalu berjalan keluar dari sana. Light mendesah lega, lalu melepas bekapannya di mulut Ryuzaki. "Light-kun? Siapa orang itu?" tanya Ryuzaki seraya mendudukkan dirinya disebelah Light. Light mengusap keringat didahinya, "itu orang suruhan kakek. Dia diutus untuk menguntitku agar tidak dekat-dekat denganmu." Ryuzaki menundukkan kepalanya, "Kakekmu itu... benar-benar membenciku ya?" tanya Ryuzaki dengan suara lemah. Light tersenyum tipis lalu menarik kepala Ryuzaki agar bersandar didadanya, "Jangan bodoh! Dia tidak membencimu, dia hanya membenci hubungan kita." Ryuzaki mendongkrak, menatap Light dengan mata berkaca-kaca, "Apakah hubungan kita harus berakhir Light?" tanyanya. Wajah Light menengang, dia menggelengkan kepalanya keras, "Tidak! Tidak akan kubiarkan! Aku sudah susah-susah menjadikanmu milikku, dan tidak akan kubiarkan kau lepas lagi dariku!" Ryuzaki mengangguk, lalu terkikik. Dia meraih tangan Light dan menautkan kelingking mereka berdua, "Janji?" tanyanya. Light tersenyum, "Janji." Mereka berdua saling berpandangan dan tersenyum, Light menarik kepala Ryuzaki mendekatinya lalu mengecup bibir merah muda pemuda itu.

Light memandang langit malam, entah mengapa hal ini telah menjadi kebiasaannya. Mungkin karena langit malam selalu mengingatkannya pada mata Ryuzaki, Hitam, dalam dan penuh makna. Light tertawa kecil, menertawakan pemikiran konyolnya itu. Ckleek... "Light..." Ibu Light muncul dari balik pintu dengan senyuman manis. Ibu Light mendekati Light dan memeluknya erat, "Kau tidak apa-ap kan?" tanyanya lembut. Light mengangguk pelan, "Aku tidak apa-apa ibu. Hanya lelah saja." Ibu Light menghela nafas, lalu duduk disamping anaknya, "Ibu tidak habis pikir. Kenapa Kakekmu sekeras kepala itu." "Aku rasa itu hal yang wajar bu, mungkin kakek tidak terima aku menjadi seorang gay." Light mendongkak kembali menatap langit. Ibu Light mendesah pasrah. Dia menepuk kepala Light pelan, "Kau mungkin benar. Kakek tidak akan mengijinkannya. Tapi..." Ibu Light menoel dahi Light, "Kalau kau melepaskan uke semanis Ryuzaki. Kubunuh kau!" Ibu Light tersenyum dingin lalu melangkah keluar kamar. Light membeku, ngeri sendiri melihat tingkah ibunya.

"Jadi kakek Light mengutus seseorang untuk mengawasi Light agar tidak bertemu denganmu?" tanya Beyond. Ryuzaki mengangguk sembari memakan cemilan didepannya, "Hmm... Begitulah." Beyond memeluk kakaknya dari belakang, "Kisah cintamu ribet sekali sih! Kenapa kau tidak pacaran denganku saja?" Ryuzaki tertawa keras, lalu memukul kepala Beyond, "BAKA!"

BEYOND POV

Kau yang baka Ryu-nii! Kenapa kau rela menderita untuk pemuda itu? Pemuda yang bahkan pernah meninggalkanmu untuk bersama orang lain. Apa kau tidak bisa melihatku yang selalu bersamamu dalam.kondisi apapun. Kenapa kau lebih memilihnya?

Ryuzaki-nii, aku mengenalmu jauh lebih lama dari pada siapa pun. Bahkan saat kau ada dalam.kandungan, aku juga bersamamu, menemanimu. Tujuanku lahir kedunia ini hanya satu, hanya untuk menjagamu, dan mencintaimu. Bagaimana mungkin, kau tak menyadarinya, setelah bertahun-tahun kita bersama? Ryu-nii, apakah kau bahkan menyadari aku ada?

AUTHOR POV

Sementara itu, disebuah kafe diujung kota Tokyo, Watari dan Roger sedang duduk berhadap-hadapan. Dalam hening, mereka saling berpandangan. "Wammy, sudah dua puluh lima tahun kita tidak bertemu. Tidak kusangka kita akan bertemu lagi." Roger berkata dan tersenyum kikuk. Watari hanya mengangguk, "Kau benar, itu sudah lama sekali sejak terakhir kita bertemu...Tapi jujur saja, aku masih kesal atas perlakuanmu  pada Ryuzaki-sama. Tapi sudahlah, aku yakin kau sudah menyesal. Ngomong-ngomong dimana Elyse? Kenapa kau tidak mengajaknya?" Roger mendesah, "Dia meninggal karena kangker otak 5 tahun lalu." Watari menundukkan kepalanya, "Aku turut berduka cita atas kematian istrimu." Roger menggelengkan kepalanya, "Aku tidak menikah dengannya, setelah kau pergi meninggalkan Wenchester, kami memutuskan pertunangan kami dan memutuskan kembali bersahabat. Jujur saja, saat kau meninggalkanku dan Elyse, kami berdua seperti tak bernyawa lagi. Kami sedih dan menyesal. Apakah kau masih membenci kami Wammy?" Watari tersenyum, "Tidak sama sekali Roger." Roger meraih tangan Watari dan menggenggamnya erat, "Terima kasih Wammy. Elyse diatas juga pasti senang." Watari kembali tersenyum lebar, "Bagaimana kalau kita saling mengenang masa lalu? oh iya, panggil aku Watari, itu namaku sekarang." Roger dan Wammy saling bertatapan, dan tersenyum.

"Matt! Cepat jalannya." Tsuki melangkah memasuki kafe, dengan Matt dibelakangnya yang membawa banyak tas belanjaan. Matt mendengus, "Jangan salahkan aku! Belanjaanmu menghalangi jalanku." Tsuki memutar bola matanya, "Dasar pria!" "Dasar wanita!" Tsuki mendudukkan dirinya dibangku kafe lalu meraih handphone-nya, dia mem-pout-kan bibirnya sebal. Matt yang duduk didepan Tsuki, tersenyum tipis melihat ekspresi kekasihnya itu. Matt mengedarkan pandangannya, lalu berjengit, "Tsuki, lihat itu!" Tsuki menatap Matt, lalu mengalihkan pandangannya kearah yang dimaksud Matt. Dan yang dia lihat sangat mengejutkan, Watari sedang berpegangan tangan dengan seseorang pria tua lagi. Tsuki yang melihat itu, hanya melongo, "Iuuh..." gumannya jijik.

Hai-hai! *nyiuminparareader AUTHOR update nih! Voment tolong jangan lupa please! Sekedar pemberitahuan, chapter depan adalah chapter khusus soal kisah cinta RogerWatari dimasa lampau. Soo..... Voment ya!

Killing You Softly (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang