7

35K 3K 119
                                    

"REYHAN!!" teriak Caca.

Reyhan menghantamkan helmnya ke kepala Dion dan Vigo. Keduanya pun jatuh terduduk dengan kepala yang sudah mengucurkan darah segar.
Caca yang menyaksikan perbuatan Reyhan pun hanya mampu menutup mulutnya takut.

"Lo mau gue bebasin Ado setelah dia bunuh sahabat gue?" tanya Reyhan seraya menendang tulang kering Vigo dan menjambak rambut Dion.

Reyhan berjongkok di hadapan keduanya. Tangan kirinya menjambak rambut Vigo sementara tangan kanannya menjambak rambut Dion. Ia lalu meludahi wajah Dion dan Vigo setelah itu menghempaskannya dengan kasar seolah mereka bukan manusia melainkan benda mati.

"Berani lo datengin gue lagi ... siap-siap buat abis di tangan gue!" geram Reyhan.

Reyhan memungut helmnya kemudian kembali menghampiri motor sportnya beserta Caca yang sejak tadi menjadi saksi bisu akan perilaku bengisnya.

"Naik, Ca!" titah Reyhan sembari menyalakan mesin motornya.

Caca mengerjapkan matanya kemudian naik ke atas motor Reyhan. Mereka pun berangkat ke sekolah bersama dengan Reyhan yang masih tersulut amarah dan Caca yang ketakutan.

*****

"Lo ngapain sih mukulin mereka segala? Masih pake seragam sekolah pula," ucap Caca marah.

Kini, mereka sedang berada di parkiran sekolah. Reyhan baru saja memarkirkan motornya dan Caca juga baru turun dari motor cowok itu.
Suasana parkiran sekolah masih sepi jadi Caca bisa leluasa mengomel dan mengutarakan kekesalannya pada Reyhan.

Reyhan mencabut kunci motornya kemudian berdiri di hadapan Caca dengan santai. Seolah tak terjadi sesuatu sebelumnya.

"Emang kenapa kalo gue masih pake seragam sekolah?" tanya Reyhan.

"Nggak pake seragam sekolah aja kesannya masih nggak baik. Apa lagi ini! Lo mukulin anak orang sampe babak belur ditambah pake seragam sekolah jelas itu bener-bener bukan hal yang baik, Rey," tegas Caca.

Sepertinya jiwa kedisiplinan Caca sebagai pengurus osis dan anggota sekbid kedisiplinan mulai muncul ke permukaan. Meskipun sebelumnya ia takut pada perangai Reyhan juga pada kebengisan Reyhan tapi, tetap saja rasa takutnya tidak mampu menenggelamkan jiwa disiplinnya.

Caca menghela nafas pelan lalu berkacak pinggang di depan Reyhan yang masih setia dengan postur tubuhnya yang santai dan raut wajah yang selalu datar bagai papan triplek.

"Lo tuh masih SMA, Rey. Gue tau lo jago berantem karena lo ketua geng motor tapi, bukan berarti semua hal harus lo selesaikan pake kekerasan," lanjut Caca.

"Mereka emang pantes dipukulin," jawab Reyhan santai.

"Lo gila?! Lo tuh udah bikin anak orang babak belur dan lo nggak merasa bersalah?" tanya Caca.

"Enggak. Udah gue bilang kan kalo mereka pantes buat dipukulin," ucap Reyhan seraya berjalan mendahului Caca.

Apa-apaan ini? Selama menjabat sebagai anggota sekbid kedisiplinan baru kali ini Caca menemukan murid biang onar yang tidak tahu malu dan tidak memiliki penyesalan setelah melakukan kesalahan.

Gadis itu menarik nafas pelan lalu menghembuskannya dengan pelan pula. Ia lalu menatap Reyhan yang sudah semakin jauh berada di depannya.

"Nggak bisa gue biarin. Tuh cowok harus gue kasih pencerahan," kata Caca.

Caca pun berlari menyusul Reyhan. Gadis itu menghadang Reyhan di pintu masuk menuju gedung sekolah.

"Apa lagi, Ca?" tanya Reyhan.

REYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang