32

21.5K 2.4K 209
                                    



Pukul 14. 00 sekolah sudah mulai sepi. Setelah sebelumnya ramai oleh pertandingan dan penyerahan hadiah pada para pemenang di setiap cabang olah raga.

"Akhirnya kelar juga," ucap Edgar seraya meregangkan otot-otot tubuhnya.

Kini, seluruh anggota osis sudah berkumpul di ruang osis untuk istirahat dan melalukan rapat kilat atas kinerja hari ini, hari terakhir pelaksanaan classmetting.

Butiran keringat tampak menghias pelipis mereka bersama dengan letih dan penat yang mendera. Memang resiko menjadi pengurus osis adalah harus rela berpanas-panasan, menanggung rasa lelah dan penat serta kehilangan banyak waktu bersantai.

"Oke! Silakan duduk di tempat masing-masing!" titah Fandi seraya maju bersama Jevan wakil ketua osis.

Satu demi satu anggota osis pun mulai duduk di tempat masing-masing. Mereka sudah siap mendengarkan ceramah dari ketua dan wakil ketua osis mereka.

"Sebelumnya terimakasih buat temen-temen semua yang hari ini udah kerja keras. Kalian hebat!" seru Fandi.

"Kita tau sekarang kalian bener-bener capek dan pengen cepet-cepet pulang buat istirahat. Jadi, kita nggak akan banyak ngomong," sambung Jevan.

"Intinya kita cuma mau bilang makasih karena kalian udah kerja keras dan kasih yang terbaik untuk pelaksanaan classmetting tahun ini. Terimakasih banyak!" seru Fandi.

"Itu aja dari kita. Jangan lupa setelah ini langsung pulang, jaga kesehatan karena pekan depan kita masih harus kerja lebih keras lagi," ucap Jevan.

"Siap Komandan!!" seru anak-anak osis.

Kemudian rapat kilat diakhiri dengan pembacaan do'a yang dipimpin oleh Ferdy, ketua sekbid keagamaan.

Setelah selesai berdoa para anggota pun mulai meninggalkan ruang osis.

"Ca?!"

Itu suara Fandi. Fandi menghentikan langkah Caca. Cowok itu menghampiri Caca yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Kenapa, Fan?" tanya Caca.

"Tadi ... di lapangan basket. Lo bener-bener jadian sama Reyhan?" tanya Fandi.

Fandi tahu pasti sekarang Caca merasa bahwa dia terlalu ikut campur. Tapi mau bagaimana lagi? Fandi tidak bisa jika berpura-pura tidak perduli dan bersikap seolah tak ada yang terjadi padahal hatinya sedang diliputi rasa sakit karena melihat Caca bersama cowok lain.

"Ca?" tegur Fandi saat Caca tak juga menjawab pertanyaannya.

Caca menengadahkan wajahnya. Ia berkata, "Iya, Fan. Gue jadian sama Reyhan."

Lalu saat itu juga hati Fandi terasa seperti ditusuk ribuan jarum. Sangat sakit namun, ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia sudah kalah bahkan sebelum memulai.

"Gue duluan ya, Fan," ungkap Caca kemudian meninggalkan Fandi yang masih berdiam diri di ambang pintu ruang osis.

Benar. Dia kalah. Dia kalah karena terlalu mempertimbangkan banyak hal. Dia kalah karena terlalu pintar menutupi perasaannya dari Caca hingga Caca tak pernah menyadarinya.

"Jadi, lo beneran pacaran sama Reyhan, Ca?" gumam Fandi menyesal.


*****

"Hai, pacar!" sapa Reyhan begitu Caca berada di hadapannya.

Dipanggil seperti itu otomatis Caca pun menautkan kedua alisnya dan menatap Reyhan dengan sorot tak suka.

REYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang