Pelukan hangat langsung menyambut Reyhan begitu ia menginjakkan kaki di depan gerbang rumah Caca. Pelakunya tentu saja Caca yang entah sudah berapa lama menunggunya.
Tanpa ragu Reyhan membalas pelukan Caca dengan lembut. Tak lupa ia memberikan kecupan di puncak kepala Caca.
Perilaku Caca pagi ini memang tak seperti biasanya namun, Reyhan tak terlalu ambil pusing. Mungkin gadis itu menjadi seperti ini karena khawatir pada dirinya yang semalam hampir ikut balap liar.
"Lo beneran nggak kenapa-napa kan, Rey?" tanya Caca setelah melepas pelukannya.
Reyhan mengangguk samar pun tersenyum lebar. "Gue nggak apa-apa, Ca. Cuma si Niko harus dirawat di rumah sakit soalnya dia dipukulin sama anak-anak Triton," jawab Reyhan.
Helaan nafas lega pun keluar dari mulut Caca. Ia lalu berpindah ke samping Reyhan dan memakai helmnya. Namun sebelum itu terjadi Reyhan sudah lebih dulu menangkup wajah Caca dan menghadiahi gadis itu dengan tatapan penuh selidik.
"Mata lo kenapa? Kok merah gitu?" tanya Reyhan.
"Nggak apa-apa. Ini tuh efek karena semalem nemenin Lia nonton drakor," jawab Caca dengan nada santai.
"Beneran?" tanya Reyhan masih tak percaya.
Melihat ekspresi Reyhan Caca pun meletakkan helmnya dan balas menangkup wajah Reyhan.
"Iya. Beneran kok," ungkap Caca seraya tersenyum manis.
Senyuman itu membuat Reyhan menggeram kecil karena tak tahan melihat wajah Caca yang manis dan menggemaskan dengan jarak sedekat ini. Akhirnya cowok itu mencuri kecupan di bibir Caca.
"Ish! Reyhan kebiasaan deh," gerutu Caca.
Bukannya meminta maaf Reyhan malah kembali mengecup bibir Caca kemudian menegakkan tubuhnya dan memasang wajah tak berdosa.
"Ck! Susah emang kalo ngomong sama cowok nafsuan," kata Caca seraya memakai helmnya.
Reyhan terkekeh pelan. Ia lalu berkata, "Nafsuannya juga Cuma sama lo doang kok, Ca."
Bugh! Bugh!
"Awww!" pekik Reyhan kala lengannya dihadiahi pukulan maut kepunyaan Caca.
"Awas ngomong gitu lagi gue rontokin gigi lo," ancam Caca.
Cowok itu meringis pelan sambil merutuk dalam hati karena menyadari betapa kuatnya pukulan Caca hingga meninggalkan rasa sakit yang tak kunjung hilang.
"Ayo berangkat!" sentak Caca.
"Iya-iya. Sabar napa," jawab Reyhan.
Baru saja Reyhan bahagia karena sikap Caca yang lembut dan seakan tak bisa jauh-jauh dari dirinya. Namun kini Caca yang galak dan ketus sudah kembali.
"Untung sayang, Ca. Kalo nggak udah gue hanyutin di kali Ciliwung," batin Reyhan.
***
"Sekian pelajaran hari ini! Jangan lupa lusa tugasnya dikumpulkan! Bagi yang tidak mengumpulkan akan mendapat pengurangan nilai!" tegas Bu Rima.
"Baik, Bu!" seru murid-murid.
Bu Rima, guru Matematika kelas 12 yang terkenal killer itupun meninggalkan kelas setelah membebankan setumpuk tugas pada para siswa. Tentu saja sepeninggal bu Rima siswa kelas IPA 1 langsung memasang wajah lesu akibat tugas tersebut. Bahkan meski jam istirahat telah tiba mereka tetap tak bisa bersemangat. Rasanya tekanan mereka semakin besar setelah menginjak kelas 12.
"Dah dah! Jangan pada lesu gitu! Mending sekarang kita ke kantin!" seru Rifki sambil berkacak pinggang di depan kelas.
"Lo aja deh. Gue mau nyicil tugas Kimia," jawab Vika.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYHAN
Teen FictionBEBERAPA PART AKAN DIPUBLISH ULANG Hujan, Reyhan dan Caca. Ketiganya saling berkaitan. Reyhan bertemu Caca di halte bis ketika hari berhujan. Reyhan bertemu Caca ketika ia baru saja kehilangan sahabatnya, Riyan. Reyhan bertemu Caca ketika ia baru sa...