Hari pertama semester ganjil akhirnya tiba juga. Hari yang paling Caca tunggu karena hari ini ia akan bertemu dengan adik-adik kelas 10 dengan segala keunikan dan kepolosan mereka. Membayangkan hal itu Caca pun tersenyum lebar. Senyumnya semakin lebar saat mengingat hari ini dia akan berangkat bersama Reyhan, kekasihnya.
"Ca, kenapa senyum-senyum sendiri?" tegur Bunda.
Masih dengan senyum merekahnya Caca menggelengkan kepalanya untuk menanggapi pertanyaan Bunda.
"Senengnya yang mau berangkat bareng pacar," ejek Bunda seraya tersenyum geli.
"Bunda apaan sih?!" rajuk Caca.
Bunda mengusap puncak kepala Caca setelah itu menjewer pipinya dengan gemas.
"Anak Bunda beneran udah jatuh cinta, ya?" ucap Bunda.
"Bundaa!!" seru Caca setengah merajuk.
"Iya-iya. Nggak lagi. Yaudah Bunda berangkat dulu, ya!" pamit Bunda.
"Oke, Bunda!" seru Caca lalu mencium punggung tangan Bunda.
Bunda pun keluar dari rumah sementara Caca mulai menghabiskan sarapannya. Setelah selesai sarapan gadis itu memberesi alat makannya. Barulah kemudian ia beranjak dari ruang makan. Caca menyampirkan tasnya di bahu dan bersiap keluar dari rumah namun tiba-tiba bel rumahnya berbunyi.
Senyum Caca kembali merekah saat yakin bahwa orang yang membunyikan bel rumahnya itu adalah Reyhan.
Dengan langkah ringan Caca menghampiri pintu lalu membukanya.
"Cepet amat Rey ...."
"Pagi, Dek! Ini ada kiriman bunga untuk Adek."
Bukan Reyhan yang membunyikan bel rumahnya melainkan kurir bunga. Kurir bunga dari toko bunga yang sama dan membawa bunga yang sama pula yaitu mawar pink.
"Dari siapa ya, Mas?" tanya Caca seraya menerima buket bunga tersebut.
"Waduh kurang tau, Dek," jawab si kurir.
Sang kurir pun pergi setelah Caca menandatangani surat tanda terima. Sementara Caca masih tertegun di depan pintu.
Matanya menatap buket bunga di tangannya.Sebenarnya siapa orang yang telah mengirimkan bunga-bunga itu? Kenapa orang itu tak juga berhenti melakukannya?
"Ck! Siapa sih? Bikin orang penasaran aja," gumam Caca.
Caca masuk ke dalam rumah lalu meletakkan bunga tersebut di dalam kamarnya bersama bunga-bunga yang ia terima di hari-hari sebelumnya. Tak berselang lama terdengar deru motor Reyhan yang memasuki halaman rumah. Ia pun bergegas turun dan keluar dari rumah.
"Pagi!" sapa Reyhan.
Gadis itu menghampiri Reyhan dengan senyum yang tak juga luntur.
"Pagi! Udah sarapan?" tanya Caca.
"Udah dong," jawab Reyhan.
"Sini! Pake helm dulu," lanjut Reyhan.
Tanpa basa-basi Caca langsung berdiri tepat di depan Reyhan dan menunggu cowok itu untuk memasangkan helm di kepalanya. Namun, sebelum memasangkan helm di kepala Caca Reyhan mengecup dahi Caca lebih dulu.
"Reyhan!" seru Caca disertai semburat merah di pipinya.
"Apa?" tanya Reyhan, matanya melemparkan tatapan lembutnya.
Jika seperti ini Caca jadi tidak yakin kalau Reyhan itu anak geng motor yang hobinya memukuli orang.
Sekali lagi Reyhan memberikan kecupan namun kali ini di pipi Caca.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYHAN
Teen FictionBEBERAPA PART AKAN DIPUBLISH ULANG Hujan, Reyhan dan Caca. Ketiganya saling berkaitan. Reyhan bertemu Caca di halte bis ketika hari berhujan. Reyhan bertemu Caca ketika ia baru saja kehilangan sahabatnya, Riyan. Reyhan bertemu Caca ketika ia baru sa...