"Bersihin semuanya! Jangan sampe ada yang kelewat!"
Fandi menyandarkan tubuhnya di ambang pintu sambil mengawasi dan memberi perintah pada gadis berkepang dua itu.
Matanya tetap setia melayangkan tatapan memicing. Seakan mengawasi setiap gerak-gerik Freya.
"Itu yang di bawah meja!" titah Fandi. Tangan kanannya terarah pada meja rapat yang ada di ruang osis.
"Iya, Kak," jawab Freya lalu berpindah ke sudut yang dimaksud Fandi. Ia lantas mulai menyapu bagian tersebut.
20 menit kemudian Freya selesai dengan hukumannya. Gadis itu mengembalikan sapu yang ia pakai ke sudut ruang osis. Setelah itu ia menghadap Fandi.
Wajah Freya terlihat lelah dengan butiran keringat yang menghias pelipisnya. Melihat hal itu sebenarnya Fandi kasihan tapi jika mengingat hal apa yang telah Freya lakukan rasa kasihan Fandi mendadak menguap hilang.
"Saya boleh pergi sekarang kan, Kak?" tanya Freya seraya menundukkan kepalanya.
Fandi menegakkan tubuhnya. Kedua tangannya tampak terangkum dalam saku.
"Siapa bilang?" tanya Fandi.
Gadis itu mengangkat wajahnya. Mulutnya hendak melayangkan protes sebelum akhirnya terurung sebab menerima tatapan tajam dari Fandi.
Tiba-tiba Fandi merogoh saku celananya. Ia mengeluarkan dompetnya dan mengambil selembar uang 100 ribuan setelah itu menyerahkannya pada Freya.
"Beliin minuman untuk seluruh anggota osis!" titah Fandi.
"Se-semua, Kak?" tanya Freya terkejut.
"Iya. Kenapa? Nggak mau? Kalo nggak mau silakan bersihin toilet di belakang sekolah!" jelas Fandi.
Freya menggelengkan kepalanya lalu meraih uang yang disodorkan oleh Fandi. Lebih baik Freya membelikan minuman untuk 35 anggota osis daripada harus membersihkan toilet di belakang sekolah yang kumuh dan kata murid-murid angker itu.
"Tunggu apa lagi?" tanya Fandi saat melihat Freya tak kunjung pergi ke kantin.
"Iya, Kak. Permisi, Kak!" seru Freya kemudian berlalu ke kantin sekolah yang saat ini sedang ramai-ramainya.
***
MPLS akhirnya usai juga. Kini para anggota osis sudah berada di ruang osis dan bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing. Tentu saja dengan bekal tugas yang tak terelakkan.
"Inget ya kita bakal buka pendaftaran seminggu lagi!" seru Jevan mengingatkan teman-temannya.
Para anggota hanya mengangguk dan mengacungkan jempolnya pertanda paham akan perkataan Jevan.
"Oh, iya! Fandi mana? Kok belum nongol tuh anak?" tanya Edgar.
"Fandi sibuk ngurusin si cabe-cabean cilik," celetuk Dinda yang langsung mengundang tawa dari beberapa anggota osis.
"Fandi masih ngurusin Freya? Dihukum apa sih sampe sekarang nggak kelar-kelar?" tanya Caca pada Dinda.
Dinda mengendikkan bahunya. Gadis itu juga tak tahu dengan isi pikiran Fandi. Namun yang jelas ia senang karena Freya menderita di bawah pengawasan Fandi. Setidaknya dengan begitu Freya akan merasa bersalah dan intropeksi diri agar tak lagi memperlakukan orang lain dengan seenaknya.
"Yuk, Balik!" ajak Dinda.
"Yuk! Ca, lo balik sama siapa?" tanya Risty.
"Gue dijemput supir," jawab Caca seraya menyampirkan tasnya di bahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYHAN
Teen FictionBEBERAPA PART AKAN DIPUBLISH ULANG Hujan, Reyhan dan Caca. Ketiganya saling berkaitan. Reyhan bertemu Caca di halte bis ketika hari berhujan. Reyhan bertemu Caca ketika ia baru saja kehilangan sahabatnya, Riyan. Reyhan bertemu Caca ketika ia baru sa...