31

23.3K 2.7K 324
                                    


Langkah kaki cowok itu terlihat tertatih. Cowok itu menyusuri koridor rumah sakit bersama sahabatnya yang juga berjalan di sampingnya dengan menenteng sebuah tas ukuran sedang.

"Nyokap lo nanti sore sampe," kata Aldi.

Cowok bermata sipit itu diam. Ia tetap berjalan dengan salah satu kakinya yang pincang. Wajahnya masih terdapat beberapa lebam namun tak separah sebelumnya.

"Niel, lo mau sampe kapan sih diemin gue? Jangan kayak cewek deh!" tegur Aldi.

Daniel tidak perduli. Seberapa sering pun Aldi meminta maaf baginya tak akan ada yang berubah. Cowok itu tetaplah memiliki andil yang besar dalam segala hal yang telah Daniel lakukan pada Caca. Hal yang membuat Caca membencinya. Karena Aldi juga kini otaknya harus kembali mengingat satu nama yang tak pernah ia harapkan kehadirannya, Axel. Axel, dia bukan orang lain tapi juga bukan dirinya. Axel adalah dalang dari semua nasib buruk yang harus menimpanya. Axel, kenapa dia harus kembali? Setelah 2 tahun hidupnya baik-baik saja. Kenapa sekarang Axel kembali dan merusak segalanya? Daniel nyaris gila memikirkan Axel dan Caca.

Begitu sampai di parkiran Daniel langsung masuk ke dalam mobil dan memejamkan matanya.

"Sori, Niel," gumam Aldi.

Mobil pun melaju dengan Aldi yang mengemudikannya.

"Anterin gue ke sekolah Caca," gumam Daniel.

Aldi menatap Daniel sekilas lalu kembali fokus pada jalan raya. "Buat apa, Niel? Kalo mau ketemu Caca mending jangan sekarang," ucap Aldi.

"Terus kapan? Gue harus minta maaf dan lurusin semuanya sama Caca sebelum terlambat," balas Daniel setengah berteriak.

"Lurusin semuanya? Lo mau bilang ke Caca kalo lo itu punya kepribadian ganda? Lo mau bilang kalo malam itu bukan elo tapi Axel? Iya?!" cerca Aldi.

Senyuman sinis terukir di bibir Daniel. Ia pun terkekeh sinis begitu mendengar penuturan Aldi. Benar, sekarang kondisinya sangat tidak menguntungkan dan sangat tidak masuk akal. Namun meski begitu apa salah jika Daniel ingin menemui Caca dan meminta maaf pada gadis itu? Daniel tidak meminta dipercayai oleh siapapun. Daniel hanya ingin meminta maaf pada Caca karena perilaku lancangnya. Ah, mungkin perilaku lancang Axel.

"Gue nggak perduli," kata Daniel.

"Niel," ucap Aldi frustasi.

"Gue cuma butuh minta maaf sama Caca," gumam Reyhan.

Daniel hanya ingin memohon ampunan pada Caca karena telah bertindak kurang ajar. Hanya itu. Setelahnya Daniel akan pasrah pada keputusan gadis itu.
Apakah gadis itu akan mau memaafkannya atau tidak itu urusan belakangan.

"Besok aja, Niel. Sekarang mending lo istirahat," kata Aldi tak dapat diganggu gugat.

*****

Sinar matahari siang terasa begitu panas dan menyengat kulit. Namun, hal itu tak menyurutkan semangat seluruh siswa SMA Negeri 22 Jakarta untuk menyaksikan pertandingan final basket antara IPA 1 dan IPA 4, rival yang sesungguhnya.

Para siswa sudah berbondong-bondong memenuhi bangku penonton dan tepi lapangan untuk bersiap menyambut kedua tim yang hari ini akan bertanding.

"Gimana? Udah siap semua?" tanya Risty pada Caca.

"Udah. Tadi gue udah cek ke basecamp masing-masing," jawab Caca.

"Oke!" seru Risty.

Kemudian Risty memanggil kedua tim melalui pengeras suara. Dan tak perlu waktu lama kini tim basket kelas IPA 1 dan IPA 4 pun telah berada di tengah lapangan.

REYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang