Violent • & • Love

1.1K 48 1
                                    

Balik lagi, cuma chapter nya agak aneh sih.




















"Kau terlalu bebal, membuatku lelah, aku tak menginginkan anak sepertimu" kesalnya.

Merobek kasar kertas peringatan dari pihak sekolah, menatap sinis wajah di hadapannya yang kini menunduk. Berjalan mendekat dengan tatapan tajam.

"Apa kau tau apa kesalahan mu jeonkook!" marahnya menatap nyalang sang anak yang mulai menatapnya.

"Membolos" jawabnya mantap.

PLAK!

tubuhnya tak terjatuh, namun warna merah cap telapak tangan tersemat apik. Ia sedikit meringis merasakan perih di ujung bibir.

Yang tua menormalkan emosinya, mendorong kasar bahu yang lebih kecil darinya. Ia berjalan menjauh setelah membubuhkan satu dorongan pada kepala sang anak.

"Bodoh!" ucapnya lalu menutup pintu dan menguncinya dari luar.

Ia tersenyum sinis pada dirinya, menatap keluar jendela sebentar sebelum tubuhnya limbung.

Menghantam kasar lantai dengan karpet berbulu, senyum tipis terulas dengan tetesan air mata di ujung kelopak.

"Ayah, aku merindukan kasih sayang" ucapnya lirih, kesadarannya mulai menipis dan kegelapan menyelimuti.

Sedangkan di luar ruangan yang bisa dibilang kamar itu kini satu sosok menangis tersedu sembari menatap pintu coklat yang nampak menyeramkan baginya, ia berjalan mendekat. lalu mulai meraba daun pintu.

"Hiks Jeonkookie, maafkan aku hiks. Aku bodoh hiks dan tak bisa me hiks menyelamatkan mu dari ayah hiks" menyandarkan keningnya sembari mengingat masalalu nya dan saudaranya.

Tubuhnya merosot hingga terduduk di lantai, memeluk lututnya dengan erat. Hatinya sakit, dan pikirannya kacau. mengingat saudara kembarnya kini tengah menahan sakit akibat tamparan dan penghinaan yang di dapat dari sang ayah.

"Maafkan aku Jeonkookie hiks" menggunakan kata tersebut. amat lirih hingga suara sandal rumah menyadarkan dirinya.

Ia menoleh cepat, dan mendapati sang bibi yang kini menatapnya sendu. berjongkok lalu memeluk tubuhnya hangat.

"Bibi hiks Jeonkookie bi" sengguknya lalu mulai menduselkan wajahnya.

Sang bibi merengkuh lebih erat, sakit sekali hatinya melihat keponakan manisnya yang kini menangisi saudaranya yang terluka akibat Perlakuan dari ayahnya.

"Bibi tau nak, maaf. bibi tak bisa membantumu" sesalnya dengan air mata yang meluncur bebas.

Keduanya berpelukan cukup lama hingga satu sosok membuat salah satunya terjengit kaget, lalu melepas pelukannya sepihak.

"A-Ayah?" Gumamnya lirih, menatap dengan mata bengkak dan bibir yang bergetar.

Tatapan tajam pria tua sematkan, menghela nafas lalu menatap ke sembarang arah.

"Jangan membuatku marah dengan menunggunya Jungkookie" tegasnya menatap sang anak tajam.

Beralih menatap wanita manis yang sama dengan puteranya. ia menkode agar sang empu meninggalkan tempat ini.

"T-Tapi kak--"

"Ku katakan padamu--tyuzu. Berhentilah mengasihani anak-anaku, kau hanya orang lain di sini" geramnya.

Tyuzu langsung berdiri dan meninggalkan keduanya dengan berlari kecil, hatinya teriris sakit. namun ia tak berdaya dan hanya mampu mengikuti peraturan sang kakak-ipar nya.

cofounder [TK]-// ⚠•🔞//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang