Em sedang bergulat dengan angka-angka yang membuat kepalanya pusing, tapi apa boleh buat ia harus menyelesaikan tugas dari Pak Budi, kalo tidak ia bisa di hukum membersihkan seluruh toilet sekolah.Bapak itu tidak segan-segam menghukum murid jika sang murid tidak mengerjakan tugas pemberiannya. Tidak memandang itu siswi maupun siswa, hukumannya akan tetap sama membuat Em bergedik ngeri membayangkannya.
Ketika sedang fokus dengan angka-angka itu seseorang mengetuk pintu kaca balkonnya. Em dengan cepat bangun karena orang itu semakin keras mengetuknya.
"Kak Fran? Ngapain disini?" Em memandang tak percaya pada Fran setelah ia membuka gorden cowok itu malah menatapnya dengan santai.
Em melihat Fran yang menyuruhnya untuk membuka pintu kaca ini. Em mengangguk lalu menyuruh Fran untuk menunggu karena ia harus mengunci lebih dulu pintu kamarnya.
Setelah mengunci pintu ia kembali berjalan menuju pintu kacar balkon, dan melihat Fran sedang menatapnya dengan senyum manis cowok itu.
Setelah terbuka, Fran langsung menerjang tubuh Em kuat, hingga Em kehilangan keseimbangannya membuat dirinya terjatuh ke atas ranjang dengan Fran di atasnya.
"I miss you, baby." Ucap Fran dengan lirih, membuat Em tersenyum malu-malu. Padahal Fran sangat sering mengatakan hal-hal manis padanya tapi tetap saja responnya selalu seperti ini, merasa malu dan pipinya memerah.
"Me too." Balasnya lembut, mengusap punggung lebar itu dengan lembut.
Cukup lama berpelukan, Fran melepas pelukannya dan bangkit dari tubuh mungil gadisnya.
"What are you doing?" Tanya Fran seraya mengangkat Em ke pangkuannya.
"Buat pr. Kak Fran ngapain sih disini?"
"Emang gak boleh?"
"Bukan gitu, Tapi Mama—."
"I know, babe." Potong Fran dengan cepat. Em menundukkan kepalanya.
"Makanya ayok, tinggal sama Kakak." Ujar Fran.
Em menggeleng pelan, membuat Fran menghela nafas kasar. Sudah sangat sering ia mangajak Em untuk tinggal bersamanya dan gadis itu selalu saja menolak ajakannya. Fran bingung harus bagaimana lagi, ia merasa gagal menjaga Em saat melihat lebam-lebam di tubuh gadis itu.
"Sorry." Lirih Em.
Fran memegang dagu Em lalu mengangkat kepala Em untuk menatapnya.
"It's okay." Ucapnya memeluk tubuh rapuh ini di dengan erat, Fran harus menghargai keputusan gadisnya, ia tidak boleh memaksa, ada saatnya ia akan memaksa Em. Tapi tidak sekarang.
"Kamu buat PR apa?" Tanya Fran mengalihkan pembicaraan ini, setelah melepas pelukannya.
"Matematika." Ujarnya kembali dengan raut kesal, ia mengerucut bibirnya membuat Fran gemas.
Fran mengecup dan menggigit bibir bawah Em sedikit keras hingga membuat gadis itu merintih sakit.
"Kakak ih." Em memukul keras bahu lebar cowok itu membuat Fran terkekeh geli.
"Mau kakak bantuin?"
"Emang kakak bisa?"
"Kamu ngeremehin kakak?"
"Lah kan Em cuma nanya."
Fran mengehela nafas. "Iye, Bisa."
"Ya, aku tahu." Ujar Em sambil menyengir lebar. Em bangun dari pangkuan Fran lalu berbaring menyamping memandang Fran yang berjalan ke arah meja belajarnya.
Cukup lama Em menatap wajah tampan Fran, hingga ia dibuat tersentak saat Fran menatapnya dengan geram.
"Stop natap Kakak kayak gitu Em."
"Loh? Emang di larang ya natap pacar sendiri?" Tanya Em dengan polos, yang Fran yakini hanya tampangnya saja otaknya tidak.
"Kamu buat aku tegang, baby."
Em tertawa terbahak-bahak, ia bersorak riang di atas kasur. Diam-diam Fran tersenyum kecil melihat Em begitu bahagia hanya karena hal sederhana. Mambuatnya menggeleng-gelengkan kepala, heran.
Setelahnya mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing, Em yang sibuk menonton dan Fran sibuk dengan tugas gadisnya.
Cukup lama berkutat dengan angka-angka itu, yang menurut Fran sangat gampang untuknya. Ia membereskan semuanya dan memasuki beberapa buku yang harus Em bawakan untuk besok.
Setelah menyiapkan semua keperluan Gadisnya. Fran berbalik dan melihat Em sudah tertidur dengan laptop yang masih menyala.
Ia menghela nafas, cukup sering melihat pemandangan ini. Fran berjalan ke arah kasur dan mematikan laptop itu kemudian menyimpannya di laci nakas.
Lalu ia membenarkan tidur Em agar gadis itu merasa nyaman, menarik selimut hingga sebatas dada Em, kemudian menatap gadis itu cukup lama dengan tatapan sendu.
"Sehat-sehat ya, jangan sakit." Ujarnya pelan seraya mengusap lembut kepala Em penuh kasih sayang.
Fran mengecup bibir yang menjadi candunya sejak dirinya masih kecil. Dan berpindah ke kening gadis itu, mengecupnya lama.
"See you tomorrow, baby."
_____
"Baru pulang, sayang.?" Tanya El yang sedang menonton bersama suaminya.
Fran mengangguk kecil. Membuat kedua orang tuanya menghela nafas, seakan mengerti situasi anak mereka sekarang.
"Ajak pulang kesini aja kenapa sih?" Tanya Ken merasa kasihan akan putranya.
"Udah berkali-kali. Gadis itu sangat keras kepala." Balas Fran lirih. El bangkit berjalan ke arah putranya lalu mengusap punggung Putranya itu dengan lembut.
"Ke apartemen kamu, gak mau juga?"
Fran menggeleng kecil.
"Kamu sabar ya."
"Paksa aja kali Fran." Ujar Ken santai.
"No, sayang. Jangan dengarkan papamu." Balas El lalu menatap tajam suaminya membuat Ken menciut di tempatnya.
Fran mengangguk, ia memeluk pinggang mamanya hingga membuat Ken bangkit dan menarik istrinya menjauh dari putra mereka.
"Kamu udah dewasa gak poleh peluk Mama sembarangan." Ujar Ken menatap putranya. El memukul kecil dada suaminya.
"Ck, dasar tua bangka." Ejek Fran lalu berlari menuju ke kamarnya sebelum singa jantan itu mengamuk.
"Cih, anak kurang ajar, tampan begini di bilang tua." Gumamnya pelan lalu berteriak kencang.
"AWAS KAMU FRAN."
"Udah sih Ken, sama anak sendiri cemburuan." Ucap El lalu berlalu menuju ke kamarnya.
"Sayang, tunggu aku."
_____
Yey squel El&Ken🎉
Ini yang kemarin ngotot buat squel, awas kalo gak Voment✨Kangen mereka gak?
Gimana?
Tunggu kelanjutannya👋🏻🖤