12

16K 1.2K 112
                                    








Selamat membaca


Fran keluar dari mobil dengan cepat, lalu berlari kemudian masuk ke dalam rumah. Fran langsung menaiki undakan anak tangga dengan raut yang panik.

Nafasnya terengah-engah karena berlari, tapi itu tidak penting sekarang. Ia lebih memilih membuka dengan kasar pintu kamar Em, dan melihat mamanya yang masih terlihat menangis dengan Em terbaring lemah dengan wajah yang pucat.

"Mah." Panggil Fran pelan.

El menoleh, lalu berdiri dan memeluk putranya erat. Fran mengusap punggung Mamanya yang terlihat sangat khawatir.

"Sayang."

El melepas pelukannya dengan Fran dan beralih menuju ke arah suaminya yang baru saja tiba dan berdiri di ambang pintu kamar El.

El memeluk suaminya erat. Ken hanya dapat bergumam dengan kalimat-kalimat penenang.

Fran berjalan menuju ke tempat gadisnya, sangat sedih melihat Em seperti ini. Seharusnya dia tidak sekeras itu dengan Em, dan ini tidak akan terjadi.

Fran mengecup kening Em dengan lama, "maaf."

Fran beralih menatap mamanya yang masih berada dalam pelukan sang Papa. "Apa yang terjadi, Mah?"

Ken membawa El masuk dan duduk di sofa, Fran berjalan mendekat dan ikut duduk di depan kedua orang tuanya.

El mengusap air mata dan ingusnya di lengan kemeja suaminya dimana kemeja itu bukan kemeja biasa melainkan kemeja ber-merk ternama di dunia. Ken hanya pasrah tidak mengatakan apa-apa selain mengumpat dalam hati.

"Mamah udah tau semuanya masalah kamu, Em cerita sama Mama." El dapat melihat ketengan di mata Fran saat ia mengatakan itu.

"Mah.."

"Mama tau kamu gak bermaksud kayak gitu, Mama paham hasrat anak muda kayak gimana. Tapi Em—.."

"Tunggu-tunggu, maksud kamu Fran lakuin sesuatu sama El? Dia buat anak orang enggak perawan lagi?" Tanya Ken memotong ucapan istrinya. Lalu menatap Fran dengan tajam.

"Kamu diem dulu deh, jangan sok ya! Kamu juga dulu lebih kayak gitu. Gak heran juga Fran kayak gitu secara bapaknya kayak kamu." El
Mengoceh kesal, dan menatap Ken tajam seolah berkata 'kalo enggak diam gak ada jatah'.

Ken kicep. Benar-benar menutup mulutnya dengan rapat dan memilih menyimak pembicaraan istrinya dengan Fran.

"Mama tahu kondisi kalian sekarang. Tapi Em, dia enggak salah Mikir kayak gitu, Wajar Fran. Mama Em bilang 'jalang' buat Em semalam, dan kamu lakuin itu semalam. Dia juga enggak akan mikir gitu kalo kamu sentuh dia gak kelewatan."

"Dia juga nyesel bilang itu untuk kamu, di bener-bener nyesel. Sampai Mama bingung harus bilang lagi sama dia. menurut Mama kalian sama-sama salah."

Fran terdiam. El kembali melanjutkan ucapan.

"Mama sedih liat dia nangis kayak tadi. Dia mohon-mohon sama Mama buat ngomong sama kamu jangan rusak bisnis Mama-nya."

"Mama cuma bisa ngangguk, karena Mama enggak tega. Sehabis Mama ngangguk dia ngeluh pusing. Mama nangis, Mama panik. Bibi enggak ada si rumah."

"Enggak lama dari itu dia pingsan, Mama langsung telpon kamu. Mama lega Dia udah sadar, tapi Mama suruh tidur lagi." Jelas El kembali menangis. Ken hanya dapat mengusap bahu istrinya dengan lembut.

Sungguh kisah Em sangat menyedihkan, El tidak bisa membayangkan kehidupan seperti gadis itu. Kalo dirinya berada di posisi Em, mungkin dia akan mengakhiri hidupnya sendiri.

Em - Fran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang