Selamat membaca✨Em menangis keras seraya memegang tangan Fran, memohon pada cowok itu agar menarik kembali ucapannya.
"Please. Em janji enggak akan ngomong kayak gitu lagi." Isak Gadis itu.
"Aku gak peduli Em, otak kamu jadi kotor karena omongan wanita itu." Fran menarik tangannya lembut dari genggaman Em.
Fran mengecup dahi Em sebentar. Setelah itu cowok itu keluar begitu saja dari Em tanpa mengucapkan apapun. Fran berjalan ke kamarnya sendiri. Saat sudah di depan pintu dan ingin membukanya.
Tiba-tiba suara Mamanya terdengar ikuti dengan langkah yang mendekat.
"Em mana?" Tanya El setelah sampai di depan Fran.
"Di kamar." Jawab Fran pelan.
El maju dan mendongak menatap wajah putranya yang telihat tidak baik-baik aja. Fran sampai menghela nafas panjang melihat mamanya ini.
"Terjadi sesuatu?" Tanya El.
Fran tidak menjawab. Cowok itu membuka pintu dan masuk ke dalam diikuti mamanya Yang mengekor dari belakang seraya berseru namanya.
El segera menarik tangan anaknya, "kenapa?"
Fran menghela nafas. Dimana hal itu menbuat Ek semakin yakin jika Fran sedang dalam masalah.
"Sayang cerita. Mama tahu ada yang enggak beres." Tuntut El setelah membawa Fran ikut duduk bersamanya di sofa kamar Fran.
Em menghela nafas saat melihat Fran yang tidak mau membuka suaranya sedikitpun.
"Kenapa?" Tanya Ek sekali lagi.
"Papa mana?"
Bukannya menjawab Fran malah balik bertanya padanya. El kembali menghela nafas melihatnya.
"Papa di kantor."
Fran langsung berdiri bangkit menuju ke kamar mandi, tanpa menghiraukan teriakan teriakan mamanya yang menyuruhnya untuk menjelaskan semuanya.
Bukan Fran bersikap kurang hajar. Tapi ia terlalu malas menceritakan hal itu, mengingat apa yang dikatakan Em tadi benar-benar membuatnya kecewa.
Bagaimana bisa gadis itu bertanya dengan gamblangnya kalo dia hanya menginginkan tubuhnya? Apa Em tidak bisa melihat bagaimana rasa sayang terdahap gadis itu.
"Aagghh.." Fran menarik rambutnya kasar sambil mengerang frustasi.
El yang berdiri di luar sudah panik sendiri mendengar teriakan anaknya dari dalam. El cukup khawatir, Fran sangat jarang seperti ini bahkan hampir gak pernah.
"Sayang. Kamu kenapa?" Teriak El dari luar, berharap Fran mau membukakan pintu dan menceritakan semuanya padanya.
"Fran, kalo kamu enggak mau cerita. Mama gak bakal makan sampe besok." El mengancam Fran dengan raut yang benar-bebar serius. El yakin jika Fran tidak bisa menolak keinginannya. Karena putranya itu begitu sayang dengannya dan tidak mau hal apa yang di ucapkan tadi benar-benar terjadi.
Tapi lagi-lagi El mendengar Fran bersuara dan membuatnya langsung kecewa terhadap putra satu-satunya itu.
"Mah Please, Fran cuma perlu waktu. Nanti Fran cerita kalo urusan Fran sama Papa selesai."
Em menghela nafas kecewa mendengar teriakan Fran dari dalam.
"Kamu ada masalah sama Papa?"
"Mah." Erang Fran lagi.