ADR 34 | Yang tidak diinginkan.

40 2 46
                                    

Haras memasuki rumahnya yang disambut sunyi. Bak rumah kosong yang ditinggal oleh penghuninya. Kening gadis itu berkerut, kemana Ayah dan Ambunya pergi. Bahkan penerangan di rumahnya tidak dinyalakan. Ia berjalan memasuki ruang tamu, lalu mencari saklar lampu untuk meneranginya. Terdengar notifikasi dari ponsel yang ia simpan di tas sekolahnya.

Ayah
Ras, ayah sama ambu pergi. Bi Atin sama art yang lain lagi ambil cuti. Jaga diri kamu baik-baik di rumah. Bye Ayah mau ngedate sama Ambu mu.

Oke tahan. Semenjak Ambunya hamil lagi, Ayahnya selalu saja bertingkah aneh. Ada saja keinginan yang ia mau.

Baiklah. Kali ini ia harus sendirian. Tanpa seorangpun yang menemaninya di dalam rumah saat ini. Haras pun bergegas menuju ke kamarnya yang terletak di lantai dua.

**

“Mau sampai kapan kamu mempertahankan hubunganmu dengan Haras?” tanya Dirga saat putranya baru saja tiba di rumah.

“Sampai aku dan Haras bersatu dalam ikatan sakral kelak.”

Jawaban Dindra sukses membuat Dirga terperangah. Baru kali ini ia melihat Dindra seperti ini.

Dindra tersenyum, tapi bukan senyum tulus.

“Apa yang aku gapai masih kurang?”

“Dindra! Haras itu gak cocok sama kamu.”

“Apa alasan Papa ?” Dindra memperhatikan Papa nya itu. Lelaki itu diam, tetapi matanya menatap Dindra dengan tajam.

“Papa mau yang terbaik buat kamu. Seseorang yang satu hobi denganmu. Seseorang yang kuat fisiknya, seseorang yang nantinya bisa mendukung, bisa menjadi partner mu di segala bidang. Seseorang yang bisa mengayomi kamu, seseorang yang bisa menempatkan dirinya sebagai teman di segala bagian hidup mu, Dindra! Apa yang papa sebut tadi ada dalam diri gadis itu?"

"Jangankan semua, satu pun tidak ada. Tania lebih pantas daripada gadis itu,” ucapan Dirga sukses membuat Dindra merasakan belati tak kasat mata mengenai relung hatinya.

“Jangan pernah bandingkan orang yang saya cintai dengan Tania.  Bahkan Tania tidak patut dijadikan pembanding bagi orang yang saya cintai, Tuan Dirgantara."

"Lihat Ma! Kelakuan dia setelah kenal dengan gadis itu."

Dindra menatap sang papa dengan mata yang menyorotkan amarah yang ia pendam. Menatap penuh keberanian pada seseorang yang selalu mengatur kehidupannya, seseorang yang dengan sikap egois dan selalu mengatur segala hal dalam hidupnya. Tujuh belas tahun sudah ia mengikuti segala kemauan nya, tapi tidak untuk hal ini. Dindra memiliki keputusan sendiri, dan sudah menjadi hak nya untuk memilih dengan siapa ia bersanding bukan?
Dindra tahu siapa yang sedang ia hadapi saat ini, Papa nya. Hero yang selalu ia banggakan sejak dulu.

Layaknya istilah like father like son. Keduanya saling menatap penuh amarah satu sama lain. Egois, keras kepala, dan tak mau mengalah.
Setelah cukup lama menatap penuh amarah satu sama lain, kini sorot mata putra Tuan Dirgantara itu perlahan namun pasti berubah menjadi sendu. Ia sadar betul, bagaimana sikap papa nya yang sudah menjadi watak dan mendarah daging. Keras dibalas keras, egois dibalas keegoisan, keras kepala dibalas dengan tak terbantahkan. Hanya dengan kelembutan dan kehalusan ia bisa sedikit mengetuk pintu hati papa nya. Meskipun sedikit, dan sulit.

“Tolong Pa, jangan pisahin Haras sama Dindra," lirihnya.

Dirga tahu, jika putranya itu benar-benar mencintai Haras. Terlihat dari bagaimana Ia membela kekasihnya itu. Baru kali ini Dirga melihat Dindra seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Dan Rasa | REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang