Duapuluh Satu

320 53 15
                                    

Aku tengah asyik menikmati waktu istirahat sambil membaca novelku di bawah pohon rindang.

Sembari membolak-balik buku yabg kini ada di tanganku, aku mendengarkan musik pop yang aku putar dari ponselku. Hingga ketiga pembawa masalah itu datang.

"Loe pikir bisa nendang gue keluar dari sekolah ini?". Ucap ariel sombong.

Aku hanya diam menatap ketiganya yang berdiri angkuh.

"Loe salah banget sih cari perkara sama kita bertiga". Tambah alexa.

"Kalian salah sih kalau mikir gue kaya gitu. Gue bukan cewek yang mau ganggu pendidikan orang lain. Lagian., gue gak ada rencana buat nendang loe keluar dari sekolah bokap loe sendiri".

Ariel tampak terkejut.

"Itu kan yang mau loe pamerin ke gue. Loe mau bilang kalau loe adalah anak pemilik sekolah. Bener gak?".

Ariel tidak menjawab. Ia malah membusungkan dadanya menantang.

Huft..." denger ya Riel, gue gak perlu buat loe di keluarin dari sekolah bokap loe sendiri buat ngajarin loe etitud. Ngerti?!!". Tekanku padanya.

"Songong ya loe".

Plak....

Sebuah tamparan mendarat di wajahku. Tamparan keras dari seorang alexa.

"Loe pantes dapat itu." ucap alexa.

Aku memandang alexa dingin. Pandangan yang tajam hingga siapa pun yang melihatnya akn merasa ngeri.

"Gue peringatan sama loe ya...ini terakhit loe nyentuh gue. Loe mau percaya apa gak, reflex dari gerakan seseorang itu, bisa buat loe masuk rumah sakit". Ucapku lalu meninggalkan mereka bertiga.

Dirumah,

"Non yua...makan yok". Ajak si mbok.

"Bentar lagi ya mbok....yua lagi ngerjain buku". Ucapku tanpa menoleh pada simbok.

"Kalau gk, makanannya mbok bawa ke kamar ya neng. Biar sambil makan juga".

"Ydh mbok. Bawa ke kamar aja. Makasih ya mbok sebelumnya". Ucap ku lalu si mbok pergi.

Aku kembali larut dalam pekerjaan ku.

Mungkin karena aku terlalu fokus pada kegiatan ku, aku jadi tidak perhatikan sekitar.

"Em...hari ini masakannya enak ya mbo... Tumben pedas". Ucapku tanpa melihat siapa yang menyuapi makanan ke mulutku.

Huft..."selesai". Ucapku berbalik dan mendapati siapa yang menyuapiku sedari tadi.

"Stefan?!!".

"Segitu fokusnya koe ngetik sampe gak nya dari gue ada?".

"Jadi dari tadi yang suapin gue elu?".

"Ya iya... Loe dah sadar kalau rasa makanan hari ini beda, tapi loe gak sadar siapa yang suapin loe". Ucapnya dengan wajah kesal.

"Ya mana gue tau, makanya masuk kamar orang ijin dulu. Kekamar mandi aja loe ijin". Ucapku bawel.

"Ee...elo bilang makasih kek, apa kek karna udah gue suapin. Ini malah ngebacot."

"Gue gak minta loe suapin gue ya". Balasku.

"Oiya...nih...kunci sama atm loe dari tante. " ucapnya sambil meletakkan kunci dan atm ku di atas meja.

"Kok gak mama langsung yang kasih gue?".

"Tante masih sebel sama loe. Katanya loe itu keras kepala".

"Ambil balik aja gue gak butuh".  Ucapku hendak meninggalkan kamar. Namun Stefan menahan tanganku.

FALSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang