Duapuluh Dua

306 52 13
                                    

Aku duduk di balkon sambil memandangi malam.

Rasa sepi kini menjalar di hatiku.

"Blum tidur". Ucap mama yang tiba-tiba datang.

"Belum ma". Jawabku.
Sambil memandangi mama.

"Biasa aja liatin nya ". Tambah mama menyebalkan.

Kalian pasti sudah tau sipat menyebalkan ku turunan dari siapa.

"Mama nyebelin deh. Kok papa mau ya sama mama".

"Eehh... Ngomong kamu sok nilai mama. Biar kamu tau, papa kamu itu dulu jatuh bangun ngejar mama." ucap mama sombong.

"Alah cewek mah gtu. Ceritanya si cowok yang ngejar tapi malah kebalikannya.

"Kamu gak percaya sama mama? Mama serius loh... Papa kamu dulu itu naksir berat sama mama. "

"Ya...ya..ya...". Ucapku.

Hahaha...."kamu kenapa sih yu..mama liat galau bener".

"Gak galau tuh". Jawabku.

"Kalau mama boleh tau, kamu ada masalah apa sih sama Stefan ? Dia udah baik sama kamu, jagain kamu, kamunya kenapa kaya jutek banget?".

Aku diam. Jauh dalam hatiku aku pun bingung.

"Apa kamu masih marah soal yang dulu?".

Hehhe... Ya...jadi putri tunggal membuatku dekat dengan mama, si mbok, papa, seluruh penghuni rumah.

Aku juga cerita segala hal ke mama. Dulu waktu aku pacaran sama Stefan, awalnya mama ngelarang. Tapi setelah buat perjanjian pacarannya bawa kerumah. Mama malah lengket sama Stefan.

"Ntah ma...yua masih gak bisa terima perbuatan Stefan".

"Kamu dendam? ".

"Nggak".

"Marah?".

Aku diam.

"Kesal?".

Aku masih diam.

"Sayang, mama tau kamu masih cinta sama Stefan kan?".

"Hah...ci..cinta? Apaan sih ma...gak lah".

"Hahaha....jangan bohongin mama. Kamu itu anak mama satu-satunya. Mama peka banget sama perasaan kamu".

"Gak kok Ma".

Hatiku belum menyerah.

"Terserah kamu deh yu... Mama udah peringatin. Kamu tau, layangan yang terlalu sering di tarik ulur bisa putus loh benangnya. " ucap mama lalu pergi meninggalkan ku.

Aku diam.

Esoknya di sekolah.

Sepedaku berpapasan di pintu masuk dengan mobil Stefan. Andai saja aku tidak mengeremnya mungkin aku sudah menabrak mobil Lamborgini merahnya.

"Woi pakai mata donk". Teriak Stefan padaku.

Aku terkejut dan memandangnya dengan retina sempurna yang hampir lepas.

Stefan pun membawa mobilnya ke parkiran mobil dan meninggalkanku dengan exoresi bodoh.
Dimana Stefan yang lembut dan selalu memperingatkan ku.

Aku berada di kantin. Menyantap sandwich buatan si mbok sambil membaca novel.

Tiba-tiba Stefan dan arka datang.

"Miskin amat sih loe sekarang?". Ucap Stefan.

Namun aku tidak meresponnya.

FALSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang