Duapuluh Empat

291 50 14
                                    

Aku berjalan sepanjang koridor sekolah. Untung ada kelas yang sedang olahraga, jadi tidak ketahuan aku bolos.

Dari sebuah jendela kaca, aku melihat jika sedang menghadap kepala sekolah.

Ia menangis sambil menunduk.
Sepertinya aku tau apa penyebabnya.
Aku duduk di kursi yang tersedia di depan ruangan itu. Menunggu nina selesai dengan kepala sekolah.

Beberapa menit kemudian, nina keluar dengan tersedu-sedu.

"Nin," panggilku.

Nina menolehku

"Loe gak papa?".

"Puas loe buat beasiswa gue di cabut. Puas loe". Ucap Nina sambil menangis.

Aku terkejut dengan ucapannya.

"Beasiswa loe di cabut? ".

"Halah yua....yua...gak usah pura-pura gitu deh. Gue tau kok loe senang kan".

Seringai Nina.

Ok...gue muak.

"Eh...nin, kalau ngomong tu bibir di kontrol donk. Baru ini gue temuin manusia aneh kaya loe. Rata-rata korban bully yang gue temuin itu, etitudnya baik. Bahkan terlalu baik dan bodo makanya sampe kena bully. Nah loe".

Hap...aku menangkap tangan Nina yang ingin menampar pipiku.

"Gue udah 2 kali diamin loe nampar gue. Dan bukan berarti tangan loe dengan ringannya bisa nyentuh pipi gue." Ucapku sambil melototinya.

"Lepasin gue". Teriak Nina.

"Apa-apaan ini". Ucap kepsek yang keluar dari ruangannya.

"Nina, yuangka, kalian sedang apa disini. Ini kan jam pelajaran?".

"Saya ada keperluan pribadi dengan bapak." Ucapku sopan.

"Silahkan masuk. Dan kamu Nina, kembali ke kelas". Ucap pak kepsek.

"Kamu ada keperluan apa yua?." Tanya pak kepsek.

"Pak...saya dengar, beasiswa Nina di cabut?".

"Masih rencana yua. Itupun kita masih coba banding ke yayasan. Karena video yang beredar, bisa merusak reputasi sekolah kita".

"Mohon maaf pak, apa tidak bisa di pertimbangkan lagi".

"Maksud kamu?".

"Begini pak".

Aku menceritakan seluruh rangkaian kejadian malam itu. Walau aku hanya punya bukti percakapan Ariel dengan Nina di toilet kemarin, namun percuma karena percakapan itu tidak mengarah dan tidak terhubung dengan video.

"Bapak bisa bantu untuk mempertahankan sementara beasiswa Nina. Tapi itu pun dengan kepastian adanya bukti kebenaran yang kamu katakan".

"Bapak bisa kasih saya tempo beberapa hari? Mungkin cafe itu punya cctv pak".

"1 Minggu yua, tapi dalam 1 Minggu itupun Nina harus saya skors. Karena saya khawatir, Nina jadi sasaran siswa lain".

"Bapak baru tau sekarang?".

"Apa maksudmu yua?."

"Tentang bullying yang terjadi pada Nina?".

Pak kepala sekolah tampak bingung.

Pulang sekolah, aku nongkrong sebentar di parkiran mobil.

Aku menunggu Stefan dan teman-temannya.

"Yua".

"Hai ...." Sapa ku.

"Gue tinggal ya bro. Gue masih ada kepentingan". Ucap Rico sambil memainkan mata pada Stefan.

FALSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang