Duapuluh lima

329 55 13
                                    

"thanks udah nemanin gue". Ucapku dan hendak turun dari mobil Stefan.

Namun, Stefan memegangi tanganku, dan tidak membiarkanku turun.

"Apa?". Tanyaku saat hezel menawannya memandangku.

"Loe harus janji sama gue. Loe gak akan ngelakuin apapun yang buat loe dalam bahaya".

Ucapnya sambil memandangku.

Aku memandang lekat padanya. Perlahan namun pasti aku kembali masuk ke mobil itu.

"Loe kenapa sih khawatir banget sama gue?". Tanyaku intens.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gue gak mau loe jauh lagi Ki...gue",

Ia terdiam saat jemariku menyentuh bibirnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Stefan menatapku penuh perasaan.

Rasa geli tak lagi dapat ku sembunyikan.

Puft..."wkwkwkwkw....".

Aku tertawa terbahak-bahak.

Stefan tampak kesal oleh ku.

"Loe harusnya liat muka loe tadi stef, geli banget gue". Ucapku tak berhenti menertawakannya.

"Loe keterlaluan ya". Ucapnya kesal.

"Loe baperan banget sih. Sejak kapan seorang Stefan kaya gini".

"Loe kok gak bisa serius sih yua". Bentaknya hingga membuatku terdiam.

"Gue pernah serius stef, tapi di kecewain. Setiap orang punya batas keseriusannya tuan Stefan.  Dah dulu ya... Gue mau masuk...btw loe gak masuk? Biasanya nyelonong aja...heheh...bye". Ucapku meninggalkannya dalam mobil.

FALSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang