Tiga Puluh Dua

342 45 9
                                    

Aku berjalan dan masuk ke mobil papa yang sudah menungguku. 

"hi sayang". Ucap papa ketika aku membuka pintu mobil. 

" hi... Papa". Balasku seraya mencium pipinya. 

"bener nih kamu mau ikut papa? ".

"iya pa... Yok... Aku juga lapar".

" sepedanya? ".

" tinggal aja pa... Gak akan hilang kok". Ucapku. 

Aku dan papa pun meninggalkan sekolah. Menuju sebuah resto mewah di pusat kota. 

" rame-rame ya pa? ". Tanyaku. 

" gak kok sayang.  Berdua aja.  Kolegan kerja papa". Jelasnya. 

Aku hanya menurut.  Hingga akhirnya kami duduk di salah satu meja yang telah di sediakan khusus oleh resto. 

"hii... Selamat siang bapak pratama". Sapa papa menjabat tangan pria berwibawa itu. 

" pak kato... Selamat siang. Hei... Siapa gadia cantik ini? ".

" ouh.. perkenalkan. Ini putriku. Yuangka alexsandria.  Ia ingin ikut denganku".

"halo ommm". Ucapku sopan. 
" hei...  Ini seragam sekolah pratama school kan? ".

" ia om.... Saya sekolah disana".

"ouh... Benarkah... Kau kenal ariel?  Dia adalah putriku". Tambahnya.

Aku terdiam.  Berarti orang yang di hadapan ku ini adalah pemilik yayasan sekolah. 

Papa dan kolegan kerjanya tenggelam dalam pembahasan bisnis yang rumit. Sementara aku masih sibuk dengan steak dan isi kepalaku.

Aku teringat dengan surat pengeluaran nina.  Ia... Surat itu ku bawa di dalam tasku. 

" permisi,  saya akan kembali". Ucap papa.  Permisi ke toilet. 

"hi gadis kecil.  Berhubung papamu sedang ada urusan.  Mari bahas tentang dirimu.  Mungkin kau ada kritik untuk sekolahmu? ". Tanya om pratama. 

" hahaha... Om ini. Bicaranya terlalu resmi". Candaku. 

"hahah.. Maafkan aku nak... Aku terlalu kaku untuk bicara dengan anak gadis secantik kau".

" tapi om kn punya ariel.  Umir kami sama". Ucapku. 

"ya... Kau benar.  Hanya kau dan ariel berbeda.  Kau masih mau jalan bareng dengan papamu. Makan berdua. Bahkan mau naik mobil berdua.  Ariel tidak seperti itu.  Ia punya banyak kegiatan".

"tapi itu bukan alasan untuk tidak unya waktu dengan orangtua kita kan om". Balasku. 

Om pratama hanya tertawa. 

"sekarang coba ceritakan,  apa kau mengenal anakku?  Apa kau dekat dengannya?  Bagaimana kelakuannya? ".

Aku menelan ludahku.  Konsekuensi yang akan terjadi adalah,  aku akan mematahkan hati seorang ayah. 

" om... Apa om tau,  di sekolah ada bulying? ".

"apa? ". Om pratama tampak kaget. 

" ya om... Dan apa om tau,  siswa beasiswa yang bernama nina? ".

" nina?  Ouh... Ya aku ingat,  dia adalah gadis jenius.  Satu-satunya siswa yang ku putus menerima beasiswa pratama school."

"dia sudah di keluarkan om".

Om pratama terdiam. 

Aku meletakkan surat pengeluaran nina tepat di depan om pratama. 

Beliau mengambil surat itu dan membacanya. 

FALSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang