*Can pov*"Kau mau cake itu bukan?".
Sesosok pria dengan tampilan nyaris sempurna bertanya padaku yang kini tampak semakin kecil karena berdiri disebelahnya.
Jangan salah. Untuk ukuran seorang omega pria, aku terbilang cukup tinggi.
Kami hendak menuju halte bus, namun sejenak terhenti karena tiba tiba saja aku berhenti berjalan dan menatap ke toko kue yang nampak begitu lezat.
"Tidak p' ". Aku pura pura memasang wajah datar.
"Kau menatapnya sampai air liur mu hampir menetes can".
"Sungguh?!". Aku segera menyekah mulutku. "Ow, p'tul berbohong!".
"Yah, tapi jika aku tidak mengingatkanmu kau pasti sudah meneteskan air liurmu. Hahahaha......".
P'tul pun tertawa terbahak bahak sampai air matanya menetes.
Kurasa, aku memang objek bullyan yang paling disukainya.
"Ah ayo kita beli cake itu".
P'tul menarikku masuk ke dalam toko kue yang nampaknya sangat mahal itu.
"P', bukannya kita miskin?". Tanyaku tidak melihat situasi hingga membuat beberapa pelanggan dan karyawan ditoko kue itu secara instan menatap kearah kami.
"Kita memang miskin. Tapi kita masih bisa beli".
"Eh?". Aku menatapnya bingung.
"Permisi nona. Apakah cake itu dijual perpotong?. Istriku sedang hamil dan dia menginginkan cake dari toko kue kalian". Ucap p'tul memberikan senyuman manis pada salah satu karyawan di toko itu.
"Itu .........". Karyawan itu nampak tidak tega untuk mengatakan sesuatu.
"P'......, tidak papa. Tidak usah!!". Aku menarik tangannya dan berbisik pelan ditelinganya. Jujur saja aku tidak tega melihat p'tul memohon sesuatu demi aku.
"Hmn.... permisi!".
Seorang wanita diusia 40an menegur dari belakang kami.
"Aku ingin cake itu. Tapi bisa kah bungkus setengahnya untuk omega manis dan alpha tampan ini?".
"Baik nyonya. Mohon ditunggu sebentar".
Wanita yang nampak sangat berkelas itu tersenyum manis padaku dan p'tul.
Aku menolehkan tatapanku pada p'tul mendapati p'tul juga sedang menatapku.
P'tul tersenyum padaku dan menaikan sedikit alisnya seakan berkata padaku bahwa hari ini adalah hari keberuntungan kami.
"Terima kasih banyak nyonya. Tapi jika tidak keberataan, ijinkan aku tetap membayar bagian kami". Ucap p'tul sangat sopan.
"Tidak terima kasih. Aku senang membantu. Kalian pasangan muda akan membutuhkan uang itu untuk hal lain nantinya. Jangan sungkan sungkan na".
Wanita itu menatap perutku yang sudah sedikit membuncit.
"Baiklah nyonya, terima kasih banyak".
"Terima kasih bibi!!".
Aku dan p'tul mengucapkan terima kasih tulus bergantian.
"Ini cake anda nyonya, tuan".
"Terima kasih nona".
Kami menerima cake kami dan segera pergi dari sana.
"P', maaf na. Gara gara aku kau harus memohon seperti itu".
"Aw, ini bukan apa apa can. Tidak ada yang perlu kau malukan. Tadi itu dinamakan strategi. Sebagai pembisnis aku sudah biasa melakukan negosiasi".
P'tul mengacak rambutku kemudian merangkul bahuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear True Soulmate, Tul Medhtanan
Fanfictionone shot. Tul × can 🤭 just simple story about omegaverse