I Can't Make You Love Me

8 0 0
                                    

Author POV

"Din, lo dari mana aja sih? Dua hari ini lo dateng telat mulu ke sekolah! Mana dihubungin hp lo ga aktif lagi." Gerutu Hana pada saat Dinda baru saja menampakkan dirinya di meja piket.

"Sorry, sorry, kemaren emang ga ada jam pagi, makanya gue berangkatnya rada santuy. Terus tadi pagi hp gue lowbat jadi alarmnya ga nyala jadinya gue bablas bangun siang, dan sampe sekarang gue belum sempet ngecharge." Jawab Dinda sambil meringis.

"Dicariin kang, eh pak Wastu tuh. Siap-siap aja lo kena semprot."

"Jangan doain gitu dong, sama temen sendiri juga."

"Makanya cepetan sonoh datengin itu kapten Yo versi lo. Siapin juga perangkat pembelajaran buat hari ini. Biar ga tambah-tambah lo nanti kena semprot."

Dinda hanya mengangguk, mengiyakan apa yang menjadi titah Hana.

Sudah satu bulan lebih Hana dan Dinda praktek di sekolah semi militer di sini, sudah banyak ilmu yang ditularkan Wastu pada mereka, dan progres dalam mengajar pun sudah bisa dikatakan mampu. Namun begitulah, ada saja kebiasaan Dinda yang masih terulang, contohnya ya si telat ini.

"Pak." Ucap Dinda menghampiri meja milik Wastu.

"Ck.." Wastu hanya berdecak.

"Maaf pak."

"Kali kedua kamu ini telat masuk kelas. Udah jam berapa ini?"

"Maaf pak. janji deh ini yang terakhir." Dinda masih tertunduk tanpa berani melihat ke arah Wastu.

"Waktu itu bilang 'ini yang terakhir' eh sekarang janji gitu lagi. Nanti abis ini telat lagi, pasti janjinya gitu lagi."

"Engga pak, serius ini yang terakhir."

"Awas ya Dinda, sekali lagi kamu telat kalo ada jadwal, saya kasih nilai kamu C."

"Iya pak iya... Janji saya."

"Yaudah, mana RPP kamu buat hari ini?"

"Ini pak, ini rubrik penilaiannya, ini materi yang bakal saya ajarin, terus ini media pembelajarannya." Wastu hanya mengangguk-angguk.

Wastu teringat masa-masa dulu dia masih jadi mahasiswa praktek seperti Dinda, memiliki semangat, dan motivasi tinggi untuk membuat materi yang out of the box yang dipadu-padankan dengan media pembelajaran yang bervariasi agar pembelajaran di kelas lebih hidup.

Apalagi sih yang dipikirkannya waktu itu selain menjadi guru yang benar-benar kreatif, tidak seperti sekarang yang fikirannya sudah bercabang banyak, jadi untuk membuat inovasi sumber belajar dan media pembelajaran tidak se all out dulu.

Niat juga ini anak, bawa proyektor sendiri, laptop sendiri, speaker bloetooth sendiri. Batinnya.

"Yaudah, cepet masuk kelas! Kamu udah telat 20 menit. Nanti saya nyusul, mau minum dulu, kering tenggorokan saya ngomelin kamu."

"Siap pak." Dinda pun segela bergegas menuju kelas 11 IPA dengan ransel yang dia gendong di punggungnya.

*****
"Mimpi apa lo pagi-pagi udah dapet khutbah dari kapten Yo." Goda hana.

"Berisik lo." Aku mengerucutkan bibirku sambil menyesap susu coklat yang kupesan di kantin.

"Kebiasaan lo Jangan samain kaya waktu kita masih ngampus dulu lah, kuliah jam tujuh, bangun lo jam tujuh, ke kampus kaga mandi, dateng telat."

"Eh siluman kelabang, lo ngomong sembarangan ya. Nanti kalo ada murid dengerin gimana?"

"Elo yah!" Hana menggetok kepala dinda dengan sendok.

Our JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang