Can't Take My Eyes Of You

4 0 0
                                    

AUTHOR P.O.V

"Ngapain ih liat-liat mulu?" Tanya Dinda pada Wastu yang setiap ada kesempatan selalu memandangnya sepanjang perjalanan, entah itu karena macet, ataupun berhenti saat lampu merah.

"Aku belum ngomong ya?" Tanyanya.

"Ngomong apa?"

"You're so georgeous." Ucap Wastu sambil tersenyum, sedang Dinda hanya bisa tersipu di tempatnya.

"Same for you, you look so adorable." Balas Dinda yang hanya dibalas dengan kekehan oleh Wastu.

"Kamu seniat itu ya dateng ke kondangan mantan aku."

"Biar bisa buktiin kalau kamu bisa moveon. Itu kan niat kamu?" Wastu mengangguk.

"Makasih ya Din." Ucapnya sambil mengusap kepalanya sayang.

"Udah seharusnya." Jawab Dinda.

Akhirnya mereka sampai di venue pernikahan. Dinda dan Wastu masuk ke dalam ballroom sebuah hotel yang menjadi tempat pernikahan Iren dan suaminya.

"Kang Wastu!" Sapa seorang perempuan menghampiri mereka berdua.

"Sudah lama gak bersua, apa kabar?" Tanyanya basa-basi.

"Seperti yang kamu lihat, saya baik-baik saja. Oh iya ini kenalin calon saya." Ucap Wastu santai, tapi tidak santai bagi seseorang yang ada di sampingnya.

"Dinda."

"Ligar." Ucapnya sambil bersalaman.

"Gar, saya tinggal dulu ya, mau ngasih selamat dulu ke pengantin."

"Oh iya, Silahkan!" Ucap Ligar mempersilahkan.

Tanpa Wastu sadari tangan kanannya sudah menggamit tangan kiri perempuan yang kini hatinya mendadak tidak karuan.

Sikap, ucapan dan perlakuan Wastu yang sangat tidak terduga, dan terlalu spontan selalu menjadi penyebabnya. Apa Dinda harus bahagia saat ini? Tentu saja, tapi tetap saja, selalu ada sedikit keraguan dalam hatinya.

Dinda takut, selalu takut, kisah cintanya akan sama seperti kisah dengan yang sebelum-sebelumnya. Saat Dinda berfikir bahwa laki-laki itu orang yang tepat, namun setelah itu ada saja yang menghalanginya. Entah itu keyakinan, bahkan layu sebelum berkembang karena kena tikung, meskipun yang nikung gak tau kalau dia lagi nikung.

Ya begitulah cinta sepertinya, akan datang pada saat yang tepat, dalam keadaan yang tepat, dan yang terpenting adalah dengan orang yang tepat. Pertanyaannya, apakah Wastu adalah orang yang tepat itu?

Lamunan Dinda seketika buyar saat sapaan dari seorang wanita paruh baya memanggil nama Wastu.

"Nak Wastu, terimakasih sudah menyempatkan hadir." Wastu hanya mengangguk sopan.

"Sama-sama tante. Selamat untuk pernikahan Iren, saya ikut bahagia."

Terlihat dari tatapan matanya, dan juga suaranya, terlihat begitu tenang, dan tulus di mata Dinda, tidak seperti saat terakhir mereka bertemu di kedai bakso waktu itu.

"Wah, bawa siapa ini? Cantik sekali."

"Calon saya tante. Dinda." Dinda pun menyalami tangan yang dia yakini adalah ibu dari Iren.

Kini hati Dinda sudah mulai terbiasa dengan kata 'calon saya' yang hari ini sudah dua kali diucapkan oleh Wastu.

"Silahkan dinikmati makanannya ya." Mereka berduapun mengangguk, kemudian menyalami pengantin yang terlihati sangat bahagia.

Tidak ada drama peluk memeluk antara ibu pengantin dan mantan calon menantu, begitupun pengantin dan mantan pacarnya. Seperti yang sekarang sedang viral. Semua berjalan sangat normal dan baik-baik saja.

Our JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang