17

187 23 5
                                    

"Tuan, nyonya besar menunggu di ruangannya."

Wakatoshi menatap supir yang merangkap sebagai pelayannya itu datar. Dia hanya mengangguk kecil dan mengubah tujuan kakinya.

Setelah mengantarkan Serena sampai ke rumahnya dengan selamat, niat Wakatoshi tadinya mau berkemas dan kembali ke asrama. Tapi ternyata neneknya memanggil.

Walaupun merasa sangat tidak ikhlas untuk bertemu dengan neneknya, Wakatoshi masih ingat hirarki di rumahnya.

"Obaa-sama, ini Wakatoshi," izinnya ketika dia sampai di depan pintu ruangan neneknya.

Wakatoshi menggeser shoji yang menjadi pembatas diantara mereka. Dia langsung masuk, menemukan neneknya yang sedang duduk sambil membaca jurnal suaminya.

"Duduk," titah nenek Wakatoshi tanpa mengalihkan pandangannya.

Wakatoshi menurut, dia duduk agak jauh di depan neneknya.

"Tadi Ellian Serena ke sini?" tanya nenek Wakatoshi, menutup jurnal suaminya.

Wakatoshi mengangguk. Dia masih duduk tegap, posturnya sempurna.

"Apa kau menyukainya?" tanyanya langsung ke inti, tatapannya tajam, seperti masuk ke dalam suara hati seorang Ushijima Wakatoshi.

"...Tidak."

Nenek Wakatoshi tersenyum, bangga. "Bagus lah. Kau boleh dekat, anggap saja memperluas koneksi."

"Tapi ingat, jangan pernah kau mempunyai rasa yang lebih kepada keluarga tanpa sejarah panjang seperti Ellian. Aku tidak sudi kejadian dengan orang tuamu terulang. Terlalu drama."

Dalam hati, Wakatoshi ingin segera pergi dari neneknya. "...Tentu, Obaa-sama." Tangannya mengepal, menahan rasa campur aduk yang ada.




"Heh, umbel."

Serena langsung cemberut mendengarnya. Tangannya sudah bersiap memukul paha Ken yang duduk di sampingnya.

"Rusuh banget sih. Sekali ngomong langsung ngatain," protes Serena. Tangannya akhirnya bergerak memukul paha Ken berkali-kali.

Ken tidak menghindar, itung-itung dapet pijatan gratis.

"Beneran mau ke Hyogo?"

Serena langsung menghentikan pukulannya. Dia meletakkan kepalanya ke bahu Ken.

"Beneran lah. Udah bilang ke Shinsuke-san kalo mau mampir."

Ken menepuk-nepuk kepala adiknya pelan. "Cuma mampir?"

"Hu um. Gamau nginep."

Ken menghela napas. "Buang-buang duit banget sih. Maunya pake pesawat, mahal. Sampe sana trus pulang lagi, naik pesawat lagi."

Serena menampar paha Ken, lagi. "Ga gitu! Ya mampir ke festival lah, museum kek, apa lah! Masa iya sampe sana langsung balik ke pesawat lagi. Kan lucu."

"Kin lici," ejek Ken. "Boros sama aja! Lagian, di sini juga ada festival kali!"

Serena menggeleng, mencuri kesempatan untuk menggigit tulang bahu kakaknya. "Sekalian mampir ke sawah dong!"

"Kaya ga pernah main ke sawah aja."

"Sering. Makanya pengin liat sawah lain!"

"Iya deh iya."

DING DONG

Gausah mikir itu suaranya jungkuk ye.

Ken langsung berdiri mengampiri pintu, membuat Serena jatuh ke sofa tempat tadi Ken duduk.

Wave || Haikyuu! X OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang