Dua belas [Natasya]

543 152 7
                                    

Rupanya David menghubungiku berkali-kali ketika aku sedang mandi. Aku sedang berusaha mengingat akan ada jadwal apa hari ini. Setahuku tidak ada. Itu sebabnya aku menyengajakan diri bangun jam delapan pagi dalam keadaan pintu kamar sudah terbuka. Aku mengenakan pakaian kasual saat menghampiri ibu dan Riska di ruang tengah.

Di sana, aku terkejut melihat David sudah duduk bersama ibu, mendengar cerita ibu, dengan wajah penuh keseriusan, nanap dan sesekali menyangkal. Aku pun menyembunyikan diri di balik sekat dinding untuk mendengarkan.

"Terus terang saya tidak tahu harus menanggapinya dengan cara apa. Ini sangat mengejutkan, sulit memercayainya," ujar David dengan suara ditahan-tahan. Seolah ada emosi yang diatur sudut kemiringannya. "Kenapa Vanny tidak menceritakannya pada saya mengenai penyakitnya?"

Dadaku dilumuri kepekatan udara. David bertanya pada ibu perihal penyakitku, dengan keterkejutan yang tak mungkin dibuat-buat. Jelas pria itu shock bukan main jika benar ibu menceritakan semuanya perihal DID yang kuidap. Darahku berdesir-desir dan kecemasanku bertambah. Mengapa ibu menceritakannya pada David? Untuk apa? David adalah manajerku, orang yang menjadi panduan untukku melangsungkan karir, tetapi ketika ibu menceritakan semuanya, aku merasakan lantai di bawah kakiku melunak bagai lumpur, menghisapku sewaktu-waktu.

"Menjadi seorang penyanyi adalah cita-citanya. Meski awalnya Vanny tidak pernah membayangkan bakal sesukses ini. Kami mengizinkannya memulai karir dan ikut denganmu karena kami melihat psikisnya sudah cukup membaik. Vanny tidak pernah lagi kambuh dan kami percaya hanya dengan kesibukan yang menyenangkan itu, kesembuhannya berangsur lebih baik.

"Tapi ternyata saya salah." Ibu menunduk, berwajah murung. "Sekarang, Vanny bahkan sering kehilangan kesadaran atas dirinya sendiri ketika alternya yang lain menguasai. Mungkin ini terdengar tidak masuk akal, tapi itulah yang terjadi."

"Berarti, Ivanka yang sedang mencium Zack di Aldero Talk Show itu bukanlah Ivanka yang sesungguhnya?" tanya David lagi.

"Tentu saja itu bukan Ivanka, bukan Vanny. Tetapi ... Melani."

Kening David mengerut dalam. "Melani?"

"Ya, Melani ... nama kepribadiannya yang lain."

Kemudian ibu menceritakan seperti apa karakter Melani pada David tanpa sedikitpun terlewatkan. Bagaimana Melani berani berbuat nekat, kasar dan juga kejam pada siapa saja yang tidak disukainya. David bertambah-tambah terkejutnya. Berpikir sejenak, lantas ia mengatakan hal yang aku sama sekali tidak kusangka.

"Apa mungkin kejadian berdarah yang dialami Marthin di belakang studio adalah akibat ulah Melani?"

"Marthin? Memangnya Marthin kenapa?" Kepanikan atas pertanyaan ibu mewakili rasa ingin tahuku. Aku memasang telinga sebaik-baiknya.

"Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri. Lengan kiri Marthin tertusuk paku yang mencuat di dinding. Walaupun Marthin beralasan kalau itu hanya kecelakaan, tapi saya meragukannya. Itu sangat, mengerikan."

"Ya Allah, Marthin? Kenapa Marthin tidak memberitahu ibu?"

"Apa?!" David terheran lagi. "Maksud ibu, Marthin sudah tahu kalau Vanny mempunyai kepribadian ganda?"

"Hanya Marthin yang tahu. Itu sebabnya ibu meminta bantuannya untuk mengawasi Vanny jika sedang di luar. Tapi sepertinya itu malah berdampak buruk bagi dirinya juga."

David duduk membungkuk dengan jemari menyangga pelipis seperti orang yang mengalami stres ringan. "Jadi? Apa yang bisa saya lakukan untuk kesembuhan Vanny?"

"Saya sudah menghubungi dokter psikiater yang paling tahu mengenai kasus yang dialami Vanny. Rencananya, beliau akan tiba di Jakarta pekan depan karena saat ini beliau berada di Singapura. Jadi ibu minta bantuan kamu untuk mengosongkan beberapa jadwal Ivanka. Vanny harus melakukan konsul dan terapi psikis rutin mulai sekarang."

BEHIND THE STAGE (Wattys Winner 2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang