Stay With Me In Another Way

23 1 0
                                    


Setelah drama kecil itu, aku dan moli menjadi tak pernah lagi menghubungi satu sama lain. Namun, moli terkadang masih memantau insta story ku menggunakan second accountnya. Aku sudah terlatih untuk sikap-sikap moli padaku. Tak ada lagi yang harus ku cemaskan sekarang. Terlebih, kita sudah memasuki kehidupan yang berbeda daripada yang dulu. Aku ingin moli lebih banyak focus pada pernikahannya nanti. Tak lama, aku mendapat kabar bahwa salah satu teman dekatku di bangku kuliah akan menikah. Ia bernama juni. Juni termasuk memiliki kisah bersamaku dengan cara yang berbeda. 

Ketika di bangku kuliah, juni adalah mahasiswi yang bisa di katakan antara ada dan tiada. Ia tak terlalu menonjol di kelas karna memang pendiam banget. Aku lupa bagaimana bisa aku dekat dengannya. Tapi ku rasa, aku selalu dekat dengan teman-teman dalam lingkup berbeda. Seperti contoh, teman yang berasal dari kampung dan sering di bully atau apapun yang berbeda dari kita-kita, maka orang itu pasti dekat denganku. Juni adalah seorang anak piatu. Mamanya sudah meninggal sejak lama. Ia kuliah dari hasil bekerja. Pekerjaannya pun masih di kalangan keluarga, ia menjaga toko baju ketika itu. Juni bercerita apa saja padaku mengenai hidupnya. Aku benar-benar simpati dan empati pada juni. Karena aku pernah di titik rendah dalam hidup semasa kecil. Namun juni bahkan sedang berada di titik itu hingga sekarang. Di tambah lagi, ia harus menerima kenyataan bahwa ayahnya sudah mempunyai keluarga baru. Aku tidak tau bagaimana kerumitannya tapi jelas saja aku bisa membayangkan hal itu. Saat ayah kita punya keluarga lain dan anak kandung dari ibu yang berbeda, itu terasa amat menyakitkan, setidaknya bagiku. Aku hanya bertanya hal-hal kecil pada juni sebab tak ingin menambah bebannya. Jujur, aku kasihan. Kita menjadi dekat dan kadang berkirim pesan. Juni tau temanku banyak pada saat itu. Ia merasa minder dan tak ingin menggangguku. Tapi ia akan selalu datang padaku di masa-masa sulit. Ntah ketika aku sedang bertengkar dengan moli atau saat aku butuh teman untuk berbagi kisah. Juni mengatakan bahwa ia akan selalu ada untukku. Juni juga tau perihal masalah keluargaku. Ia satu-satunya orang yang kini sadar akan duka di balik keceriaanku. Semenjak itu, ia selalu merasa ikut berbahagia saat aku bahagia. Bahkan ia terang-terangan berdoa untuk kebahagiaanku.

Aku dan juni sudah tak saling canggung untuk satu sama lain. Di kelas, kami terlihat tidak akrab sama sekali sebab circle kami beda. Namun jika di luar dari kelas atau sedang berkirim pesan, kami benar-benar seperti kakak dan adik. Aku mengadu dia mendengarkan. Begitupun sebaliknya.

Aku juga meminta juni untuk mengatakan apa saja padaku tentang kesulitannya. Aku tidak tau apa yang bisa ku lakukan untuk juni. Aku akan mempelajari itu dan melihat kondisinya mulai sekarang. Aku hanya ingin menjadi temannya agar ia tak merasa sendirian.

Dan yang ku lihat adalah, semua tentu saja masalah keuangan. Juni kadang meminjam uang padaku untuk sekedar jajan. Ia kehabisan uang katanya untuk mengisi bensin motor. Lalu ku berikan saja padanya tanpa harus di ganti. Ia juga pernah diam-diam memanggilku. Kami akhirnya bertemu di luar kelas. Haha, aku tidak tau kenapa dia semalu itu padaku. Kenapa dia begitu ingin menjaga privasi kita di depan teman-teman lain. Padahal temanku adalah temannya juga. Juni ingin meminjam uang lagi padaku ketika itu. Aku tidak bertanya untuk apa. Aku berikan saja dan ketika aku sedang mengambil uang di tas, ternyata ity memperhatikan gerak-gerikku dari awal bersama juni. Ity sadar lantas mengetahui semuanya. Karena kedekatanku dengan juni, akhirnya ity dan moli juga terkena dampak dari itu. Mereka juga menjadi sedikit dekat dengan juni. Terkadang moli meminta bantuan pada juni untuk mendekatkannya lagi padaku. Atau sekedar berkeluh kesah pada juni perihal sikapku dan berharap juni akan menyampaikan itu langsung padaku. Moli memang selalu mengambil kesempatan dari orang-orang terdekatku untuk bertukar informasi. Dia benar-benar pakar dari segala kelicikan. Sesayang itukah dia padaku dulu? Haha next.

Juni juga terlihat menyukai apa yang sedang ku kenakan. Ia mengatakan "jika aku punya pakaian, tas atau sepatu tidak terpakai, apa boleh itu untuknya saja?" Mendengarnya saja membuatku berkaca-kaca. Dari itulah aku juga memberikan barang-barang bekas yang masih layak untuknya. Juni begitu senang menerimanya. Aku bisa merasakan itu. Ia tak henti-hentinya berdoa untuk rejeki dan kesehatanku. Setiap kali ia mengirim pesan padaku, pasti selalu di selingi dengan doa-doa baik.

REVEALSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang