36. Jeritan Rindu

172 21 22
                                    

Plis jangan jadi silent reader 🙏!!

Kalo ada yang typo langsung di komen yup!

——Happy Reading——




"Jangan..."

Pisau itu melayang.

Alurnya... kenapa.. bisa seperti ini? Harusnya ngga seperti ini, ini salah. Gadis itu membatin dengan menggelengkan kepalanya pelan

***

"Gue ngga mau!!" Rey merajuk layaknya seperti anak kecil.

"Ini demi Rindu, Rey." Alex memohon, memasang raut wajah yang nampak penuh harapan begitupun dengan mereka yang juga ada disana

"Sumpah ngga ada yang lain apa!" Lagi-lagi Rey berbicara dengan emosi

"Demi Rindu, Rey!" Sela Violet

"Demi Rindu!" Rey menegaskan ucapan, menarik nafas memendam semua ego miliknya yang terlalu tebal.

"Mana hempon loh" Rendi langsung merampas hempon yang sedari tadi dipegang Rey.

Rendi nampak mengotak-atik hempon  tersebut dengan seksama. "Kebanyakan drama." Rendi pun mengembalikan lagi hempon tersebut kepada Rey.

"Kita tunggu balasannya." Violet tersenyum manis.

Ting!

"Angkat!" Sahut Rido cepat.

Rey pun mengangkat hempon tersebut, lalu mengatakannya ke tombol yang berwarna hijau.

"Haloo."

Tumben nelpon hm, ada apa?

"Kok kamu yang jawab, Medina mana?" Rey mengerutkan keningnya, begitupun reaksi yang lain.

Lagi keluar ke supermarket beli cemilan. Jawab Kinta diseberang sana

"Kita bisa ketemu?" Rey kembali memulai obrolan

Sama Medina apa sama gue?

"Dua-duanya. Gue... gue mau ngomong sesuatu, sebenarnya gue suka sama loh. Gue harap Lo terima gue, gue cinta sama loh."


Violet langsung memberikan acungan jempol pada Rey, "lanjut Rey" bisik Violet pelan

"Kami percaya aku kan?" Ucap Rey

Rey, kamu beneran suka. Sejak kapan, lalu kenapa kamu nelpon-nya ke nomor Median. Kenapa ngga ke nomor aku?

"Aku ngga tau nomor hempon kamu, aku udah cari dan nanyain ke teman-teman kamu, tapi mereka ngga ngasih sama sekali. Emang kita kayaknya udah jodoh deh, kita dipertemukan di hempon milik Medina."

"Kamu ngga demam kan Rey?"

"Aku serius aku suka, kamu Kinta. Dari dulu dari pandangan pertama." Rey menjeda ucapannya sebentar, lebih tepatnya mengambil nafas dalam-dalam. "Kamu mau kan kita ketemuan di kafe, nanti aku kirim alamatnya."

Memeluk Rindu [TAMAT] [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang