11

8.2K 519 82
                                    







Type hanya mampu tertunduk setelah tiba di hotel karena ia sangat terlambat dari karyawan lainnya.

"Kau terlambat lagi Type! Bisa tidak kau bekerja sedikit lebih disiplin! Hotel ku bisa menerima 10 karyawan lebih rajin darimu jika kau bosan bekerja di sini!" Marah sekretaris hotel di mana Type bekerja, pagi ini ia bangun kesiangan karena itu dirinya terkena teguran lagi oleh atasannya akibat pekerjaan tambahan yang ia ambil tadi malam membuatnya lemas dan sangat kelelahan pagi ini hingga bangun sedikit terlambat.

"Maaf nyonya, lain kali saya akan lebih giat lagi. "

"Lain kali katamu! Tapi kau selalu saja seperti ini Type, jika kau bosan keluar saja dari pekerjaan ini!"ulang wanita itu kesal sembari menatap Type nyalang.

"Tapi saya berjanji ini tidak akan terulang lagi nyonya, saya jamin." Type menunduk takut karena wanita ini tidak sedang menggertaknya untuk kali ini.

"Baiklah, hanya sekali ini! Jika kau berani mengulangnya! Kau akan aku pecat Type! Kau faham! "segah atasannya hingga Type hanya mampu mengangguk kecil.

"Baiklah sekarang kerjakan tugasmu, kau harus membersihkan kamar 103, pemilik kamar baru saja menelpon! "titah wanita itu dingin lalu pergi meninggalkan Type di sana.

Type menghela nafas lega, meski ia terkena teguran untuk kesekian kalinya setidaknya hari ini ia kembali selamat tidak di pecat.

"Huuh... Selamat selamat selamat!" Tangan Type mengurut dadanya lega.

"Emm ... hari ini kau di maafkan Type, tapi bisa saja jika kau kembali seperti tadi, tidak ada kesempatan lagi untukmu. "cetus salah satu teman kerja Type yang berada di sana.

"Oh... Maaf phi Thor! Lain kali aku akan datang lebih cepat."

Thor tersenyum lalu mencubit gemas pipi Type hingga ia meringis.

"Aku tahu, lain kali hati-hati na, aku khawatir padamu Type, kau sudah ku anggap seperti nongku sendiri! Seharusnya kau berhenti dari pekerjaan itu. "

Type terdiam saat Thor mengingatkannya, ia tahu pria berbadan tinggi itu tidak hanya menganggapnya sebagai adik semata karena Thor sudah berulang kali mengutarakan perasaan padanya, tapi ia selalu beralasan ingin fokus membesarkan Edgar.

"Tapi itu pekerjaan tambahan ku phi Thor, aku tidak bisa berhenti begitu saja."

"Aku tahu, tapi aku bisa membantu kesulitanmu jika kita hidup bersama Type." Lagi-lagi Thor membahas masalah itu hingga Type hanya diam tidak menjawab apa lagi membalasnya.

"Maaf phi!Aku harus kekamar 103, permisi!" Type buru-buru pergi tanpa peduli tatapan sendu dari Thor yang selalu mengharapkan dirinya, meski Type merasa tidak enak karena Thor sangat baik padanya. Akan tetapi ia tidak bisa memaksakan perasaannya untuk mencintai orang hanya tidak ia cintai.

Type berdiri di depan kamar hotel 103, lalu mengetuk pintunya perlahan. Tapi sekian detik yang terdengar hanya teriakan sayu dari dalam saat pemiliknya mempersilahkan dirinya masuk.

Type dengan hati-hati membuka pintu dan masuk sembari membawa peralatan bersih-bersih karena memang itu pekerjaannya di sana hanya seorang office boy.

Tidak ada yang berantakan di kamar itu, hanya beberapa berkas-berkas yang berserakan di lantai. Type menatap penjuru kamar karena si pemilik tidak terlihat. Type menajamkan pendengarannya barulah ia sadar jika si pemilik kamar ternyata sedang berada di kamar mandi setelah dirinya mendengar gemericik air dari dalam sana.

Type tidak ambil pusing ia mulai membereskan beberapa berkas lalu menyusunnya rapi dan meletakkannya di atas meja, setelahnya ia mulai memunguti beberapa baju yang tercecer di lantai meski tidak ada yang kotor ataupun bekas-bekas aneh seperti yang selalu ia temukan saat membersihkan kamar tamu hotel. Karena kamar itu terlihat biasa saja, tidak ada ia temukan kondom bekas pakai atau alat alat aneh dan sebagai mana  ia temukan di kamar lain, bahkan terkadang di jam seperti ini si pemilik kamar masih betah terlelap tanpa busana di ranjang empuk mereka saat ia datang membersihkan kamar hotel.

Tapi kali ini berbeda, satu persatu baju pemilik kamar itu Type masukan ke dalam keranjang yang sudah di siapkan oleh pihak hotel. Type mulai mengepel lantai di mana menurutnya harus di bersihkan dan menyapukan kemocengnya di mana ia rasa terdapat ada debu.

Krekk!

Type buru-buru menunduk sopan saat pintu kamar mandi terbuka karena si pemilik telah selesai membersihkan diri.

Deg!

Jantung Type berdetak kencang saat ia mengangkat wajahnya berniat ingin menyapa si pemilik kamar, tapi kini Type seperti melihat hantu di siang hari. Begitu juga dengan si pemilik kamar tidak ubahnya seperti Type. Nafasnya naik turun menahan emosi saat menatap wajah tegang Type saat bertemu menatap dengannya.

"Phi Tharn!"gugup Type tidak bisa berkata lain, yang terlintas di otaknya hanya ingin pergi dari sana dan menghindari tatapan kemarahan itu.

Kaki Type dengan cepat melangkah menuju pintu bersiap ingin keluar.

Brakk!

"Mau lari kemana lagi kau, hah!"segah Tharn marah dengan kesal menutup kembali pintu yang sudah Type buka dengan tergesa-gesa tadi, hingga kini ia terkurung tepat di antara lengan kekar Tharn.

"Aku mohon, biarkan aku pergi!"gusar Type berusaha mendorong Tharn, tapi gagal pria bermata bulat yang kini menatapnya dengan tajam itu sama sekali bergeming, yang terlihat hanya rahang mengeras serta kilatan kemarahan di sana.

"HOOOO...KAU MEMOHON PADAKU! TAPI SAYANG! PERMOHONANMU TIDAK AKAN AKU KABULKAN TYPE! "

Type menggigil mendengar teriakan Tharn tepat di hadapan wajahnya, ia tahu dirinya salah karena sudah memilih jalan ini di mana ia meninggalkan Tharn tanpa ada penjelasan apapun.

"Tapi aku harus kembali bekerja, please lepaskan aku!"

Tharn hanya tersenyum sinis menatap ketakutan di wajah pria berparas tampan berpadu cantik yang kini semakin kurus, bahkan lingkaran hitam sangat jelas terlihat di bawah matanya, meski Tharn tidak memungkiri wajah Type tetap sama, tampan dan cantik dengan alami.

"OOO... TERNYATA KAU BEKERJA DI SINI SAYANG! EMM...." geram Tharn dengan gigi gemertak menahan kemarahannya.

"Ja_jangan ku mohon lepas!" Type kembali mencoba keluar dari himpitan tubuh kekar Tharn dengan sekuat tenaga hingga ia sadar banyak perubahan dari pria yang ia rindukan itu, tatapan matanya sangat dingin bahkan kata-katanya begitu kasar.

"AKU TIDAK AKAN MELEPASKANMU TYPE! KAU AKAN MENYESAL KARENA SUDAH MEMPERMAINKAN DIRIKU! KAU AKAN MENYESAl! AKU AKAN MEMBUAT DIRIMU MENDERITA!! " geram Tharn menekan tubuhnya hingga Type terhimpit ke daun pintu.

Drrrrt!

Drrrrt!

Drrrrt!

Ponsel tharn bergetar di atas meja, otomatis konsentrasinya teralih ke sana.

Type merasa ada kesempatan dengan cepat mendorong bahu Tharn hingga ia menjauh beberapa langkah dan dengan sigap Type membuka pintu lalu berlari sekencang-kencangnya sembari sesekali menoleh kebelakang ia takut Tharn akan mengejarnya.

"Satt! "umpat Tharn saat menerima telpon tersebut, terlebih lagi ia tidak bisa menahan Type karena sudah berlari jauh.

"Maaf tuan, semua telah siap hanya satu kamar yang belum kami ketahui pemiliknya, karena pemilik kamar rusun sedang keluar. "

Penjelasan di seberang sana membuat Tharn semakin emosi.

"AKU TIDAK MAU TAHU! RUSUN ITU HARUS KOSONG HARI INI JUGA! KAU FAHAM! AKU TIDAK PEDULI APAPUN ALASANNYA! "teriak Tharn marah besar sembari mematikan sambungan ponsel sepihak.

Tharn berfikir sejenak, ia kembali menghubungi orang kepercayaannya.

"Cari tahu di mana Type tinggal, yang jelas apapun tentang Type, sekarang!" titah tharn setelah sambungan teleponnya di angkat oleh orang kepercayaannya hingga tidak ada jawaban dari seberang sana karena Tharn kembali menutupnya sambil mengepalkan tangannya kuat.

"KAU AKAN MENYESAL TYPE! KAU HARUS MEMBAYAR INI SEMUA! KAU HARUS MENEBUS SEMUA KESAKITAN YANG KAU TINGGALKAN PADAKU! "murka Tharn tidak main-main.

Rescuer 2 (Tharn X Type) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang