10. Berawal Dari Mimpi

298 26 13
                                    



"Aakhh.... hosh..hosh..."

Aku terbangun lagi karena mimpi itu, mimpi yang sudah 3 hari ini menghantuiku.

"Ada apa Pah?"

Yena yang kaget mendengar teriakanku kini terduduk di sebalahku.

"Mimpi buruk yang sama lagi". Kataku

"Tentang Jungkook dan Taehyung?". Tanyanya

"Hm.. ayo kita pindahkan mereka?".

"Iya aku tau kalau disana penghuninya sangat sesuatu sekali, tapi kata Ayah mertua itu juga buat pengalaman mereka kan? aku juga khawatir, apalagi dengan Taehyung yang tubuhnya....huft~... aku juga menghawatirkan anak anakku sayang, akhir-akhir ini kau jadi sering terbangun di tengah malam juga membuatku sangat khawatir hm, hal ini jangan sampai membuatmu stress sayang".

Istriku memelukku dari samping mencoba menenangkanku, aku membalas pelukannya erat. Pagi yang buruk lagi, kenapa 3 hari ini aku selalu memimpikan yang sama.

Meskipun sudah 17 tahun aku melihat anak kembarku tumbuh, aku masih saja belum terbiasa. Melihat Taehyung yang tertawa lebar menanggapi candaan istriku seperti aku melihat masa remajaku dulu, namun dengan tampang ceria, agak aneh melihatnya karena wajah Taehyung yang sangat mirip denganku bertingkah seperti bukan aku. Namun yang masih mengherankan, aku melihat sosok Yena, istriku, remaja dengan potongan cepak pendek dengan ekpresi yang minim, sangat berbeda dengan tingkah istriku tapi lebih mirip dengan sikapku yang tak suka banyak menampilkan ekspresi dan tak suka bicara banyak, kurasa mereka adalah karma manis untuk kami, ingin sekali aku menambah bocah lagi untuk melengkapi keluarga unik ini.


"Jungkook"

"Iya Pa"

Jungkook melihatku, dengan sengaja aku menggunakan kekuatanku untuk melihat masa depannya lagi, menelisik matanya lebih dalam.... dan.... aku.... melihat gudang.... banyak sosok yang menyeramkan... pertarungan... kabut hitam.... Jungkook terluka.... ruh?... ruh siapa yang diambil?... kenapa ada wajah Taehyung sangat pucat.... mata itu....

Lebih baik aku segera menghentikannya sebelum melihat yang tidak aku inginkan seperti dalam mimpiku tadi. "Hosh....hosh... ".

"Ada apa sayang?". Tanya Yena khawatir sambil menyelus lenganku.

"Papa liat apa?".

Ucapnya dengan deru nafas agak berat, karena saat menyelami masa depan dengan orang lain tubuhku dan tubuhnya akan bereaksi seperti ini. Aku menatap anak bungsuku lagi.

"Jangan sekolah hari ini!"

"Eh kenapa? di sekolah setannnya makin banyak ya?". Tanya si sulung penasaran.

"Kalian jangan ke sekolah!"
Aku terus meyakinkan mereka untuk tidak sekolah hari ini, berharap mereka akan mematuhiku.

"Papa jangan khawatir, Taehyung aman kok". Ucap Jungkook yakin.

Bukan cuma Taehyung yang Papa khawatirkan, kamu juga Jungkook.

"Keadaanya diluar kendali kamu Jungkook, jangan gegabah, ajak Yeontan atau Margretha!"

"Eh, saya tuan?"

Matgretha yang akan mengambil cangkir kopi di sebelahku tersentak karena kaget.

"Tapi Margretha kan gak bisa jauh-jauh dari rumah, kalau Yeontan..."

Ucapan Taehyung terpotong oleh Jungkook, "Yeontan gak bisa ikut kami Pa, pasti akan mencolok nanti, disekolah juga ada beberapa yang memiliki kelebihan"

Maaf Aku MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang