PJ • Tiga

1.7K 284 16
                                    

   Asahi menghentikan motornya ketika sudah sampai di depan rumah Arin. Cewek itu segera turun dari motor.

"Makasih, Sahi," ujarnya sambil tersenyum manis pada pacarnya.

Asahi hanya bergumam lalu menghidupkan motornya, bersiap untuk putar balik menuju sekolah.

Arin yang melihatnya tentu mendengus kesal, emang gak peka banget cowok aku!

"Sahi mau kemana?"

"Sekolah lah!" balasan itu tampak judes sekali, membuat Arin lagi-lagi kesal.

Padahal beberapa menit yang lalu dirinya dapat merasakan kebahagiaan karena bisa memeluk tubuh cowoknya itu.

"Gak mau mampir dulu gitu? Kamu gak pernah main ke rumah aku, loh."

"Lo tau, kan, gue lagi ada ekskul basket. Dan ngurusin lo cuma buat waktu gue terbuang sia-sia! Kalo bukan karena temen-temen gue, gue juga ogah banget nganter lo."

Arin yang mendengarnya merasa bahwa hatinya berdenyut, ucapan yang dilontarkan Asahi sukses membuat dirinya merasa sakit hati.

Jadi cowoknya mengantarnya pulang karena suruhan teman-temannya? Tapi kenapa cowok itu harus sejujur itu padanya? Apa mulutnya tak bisa berkata lebih baik lagi agar dirinya tidak sakit hati?!

Bahkan tanpa rasa bersalah setelah berucap seperti itu pada Arin, Asahi langsung saja memutar motor dan melajukannya pergi meninggalkan cewek itu.

Arin menghela nafas, berusaha bersikap biasa saja. Tetapi tetap saja, dadanya terasa seperti dihimpit batu besar hingga rasanya sangat sesak sekali.

Lagi-lagi air matanya luruh, cewek itu mengusapnya dengan kasar.
Baru saja dirinya dibuat terbang sekarang malah kembali di hempaskan.

Sahi emang brengsek! Cowok ngeselin sejagad raya, tapi aku kok tetep cinta, sih?!

Cewek itu mencak-mencak tak jelas, sambil menggerutu kesal dirinya memilih masuk ke dalam rumah.

****

   Malam ini Arin hanya berdiri di jendela kamarnya, menatap keluar ke hamparan langit malam yang dipenuhi akan bintang-bintang.

Walau begitu otaknya terus memikirkan Asahi, sejak mereka pacaran cowok itu bahkan tak pernah bersikap manis padanya, yang ada dirinya terus makan hati karena kejudesan cowok itu yang sangat melampaui batas.

Bahkan dirinya merasa gondok, setelah kejadian sore tadi cowok itu bahkan tak menghubunginya sama sekali hanya untuk sekedar mengucapkan maaf.

Cewek itu hampir lupa, selama berpacaran mana ada Asahi menelponnya, bahkan mengirim pesan padanya saja tidak. Apapun itu pasti yang memulai duluan adalah ia sendiri.

Mengesalkan sekali rasanya mengingat sikap menyebalkan dan tak beradapnya seorang Hamada Asahi padanya.

Ketika masih asik melamun, mendadak dirinya dikagetkan oleh kakaknya, Hyunsuk.

"Hayo! Ngelamun!"

"Iss, Abang ngagetin banget, sih!" cowok itu hanya cengengesan melihat adiknya yang tampak kesal.

"Kok Abang bisa masuk?"

"Iya lah, kan gak dikunci. Lagian gue panggil dari tadi gak denger," ujar cowok itu yang sekarang berdiri di samping Arin.

"Mikirin apa sih, Dek?" cewek itu hanya menggelengkan kepalanya.

Hyunsuk menatap memicing sang adik. "Gue tebak, pasti pacar lo?"

Arin hanya menggerucutkan bibirnya. "Dia ngapain lo lagi?"

"Judes lagi," balas cewek itu dengan jujur.

"Ck, putusin aja sih! Cowok kayak gitu aja disukain. Gue lihat nih dia gak ada romantis-romantisnya ke elo, gue bahkan gak pernah liat dia nyoba main ke rumah."

"Tadi dia nganter aku pulang."

"Serius?" cewek itu mengangguk lesu.

"Terus kenapa lesu gitu?"

"Sedih aja, judesnya gak ilang-ilang."

"Yaudah, putusin aja. Lagian gue heran, kenapa sih elo suka sama cowok yang modelan kek gitu?"

"Namanya juga hati, mana bisa kita ngatur perasaan kita bakal berlabuh dimana."

"Widih, bijak amat adek gue." Arin hanya memutar bola matanya malas ketika mendengarnya.

"Tapi, Dek. Kalo lo udah gak kuat lebih baik lepasin daripada hati lo sakit terus. Gue sebagai abang cuma pengen liat adek gue bahagia." Setelah mengucapkan hal itu Hyunsuk mengacak-acak rambut Arin lalu berlalu pergi dari kamar sang adik.

Arin termenung berusaha mencerna ucapan sang kakak.
Jika ditanya apakah hatinya baik-baik saja maka Arin akan menjawab bahwa hatinya tak baik-baik saja. Menerima segala perlakuan Asahi tentu membuat hatinya bisa hancur jika ia masih ingin bertahan.

Tapi mau bagaimana lagi, Arin benar-benar mencintai pria judes dan dingin seperti Asahi. Dan melepaskan cowok itu adalah hal terberat dalam hidupnya.

****

  "Lesu aja muka lo tiap hari, bisa cerah dikit gak sih? Mata gue lama-lama rabun nih liat muka murung lo itu." Ejekan yang dilontarkan Somi pagi ini tak berpengaruh pada cewek itu.

Arin bahkan hanya diam saja setelah duduk di samping Somi lalu menyembunyikan kepalanya di antara lipatan tangan yang berada di meja. Hal itu sukses membuat kening Somi mengerut bingung.

"Lo gapapa, Rin?" Arin menggeleng.

"Cerita sini sama gue. Apa ini soal Asahi lagi?" Arin lalu mengangguk.

Cewek itu mengangkat kepalanya dan menatap Somi.

"Apa gue putusin Sahi, ya, Som?"

"Otak lo dah normal lagi, ya?! Jangan ditanya, kalo itu pasti gue setuju lah!"

Arin yang mendengarnya mendengus kesal. Dirinya merasa bodoh bertanya seperti itu ke Somi, karena sudah jelas selama ini sahabatnya itu tidak suka jika dirinya berpacaran dengan Asahi.

"Gue tuh capek dijudesin mulu sama dia. Jadi cowok gak ada rasa pedulinya sama pacar. Tapi gue ragu mau mutusin atau enggak," ujarnya dengan tatapan seperti tak ada semangat hidup.

"Udah lah, Rin. Putusin aja, lo tuh udah lelah hati dan pikiran karena dia. Kalo gue jadi elo ya udah gue putusin kali cowok modelan kek gitu. Kalaupun masih mau bertahan, gue yakin tuh cewek bego banget."

Arin menatap kesal Somi karena merasa ucapan cewek itu seolah menyindirnya.

"Lo ngatain gue bego, ya?"

"Nah, itu peka."

"Sialan lo!" sedangkan Somi tertawa mendengar umpatan Arin.

Seperkian detik kemudian Arin bergelut dengan pikirannya, cewek itu akhirnya menghela nafas.

"Oke, gue udah mutusin pilihan gue."

"Apa?"

"Gue bakal putusin Sahi."

Tbc...

Jangan lupa vote dan komen ya untuk menghargai karyaku, terimakasih.

Jangan lupa vote dan komen ya untuk menghargai karyaku, terimakasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Btw, si Sahi gantengnya gak ada obat.😭❤

Pacar Judes || ASAHI TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang