PJ • Enam

1.9K 282 83
                                    

  Arin tampak berdiri sedikit jauh dari kantor, lebih tepatnya dirinya tengah menunggu Asahi keluar dari sana.

Hingga berselang menit kemudian tampak cowok itu keluar, tetapi Arin malah terlihat gugup dan menghadapkan dirinya ke arah dinding. Sungguh, sekarang Arin benar-benar gugup bukan main.

Asahi yang melihat keberadaan Arin tampak bingung, kenapa gadis itu ada di sini? Dirinya lalu berjalan menghampirinya.

"Ngapain?" Arin yang ditanya tampak gugup dan Asahi tentu dapat melihatnya dari tingkah gadis itu.

"A-anu, ini lagi belajar, hehehe ...."

Dalam hati Arin mengumpati dirinya sendiri yang menjawab dengan penuh ketololan.

"Belajar sama dinding?" tanya Asahi lagi.

"Iya! A-aku tuh lagi belajar buat nembus dinding! Ya, itu maksud aku!"

Asahi hanya menatap datar Arin, hal itu sukses membuat nyali Arin menciut.

"A-aku mau pulang duluan, ini udah sore. Bye bye, Asahi." Cewek itu berjalan melewati Asahi tetapi tangannya mendadak dicekal cowok itu agar kembali pada posisi semula.

Jelas sentuhan yang diberikan Asahi sukses membuat kinerja jantungnya bertambah cepat.

Sejenak hanya ada keheningan, Asahi hanya memandangnya yang membuat pipi Arin bersemu merah. Astaga, ini sungguh tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

"Mata lo kenapa bengkak?" tanya cowok itu.

"Kelilipan, hehehe ...." Asahi yang mendengarnya hanya menatap datar dirinya, tak ada reaksi sama sekali yang ia tunjukkan.

Walau begitu ia tahu alasan kenapa mata Arin bisa bengkak. Dan sungguh, Asahi merasa bersalah akan hal itu.

"Lo gak nanya kenapa gue bisa kayak gini?" tanyanya kemudian. Arin yang tersadar pun tampak menggerutu dalam hati karena dirinya lupa dengan tujuan awalnya.

"Emangnya kenapa?"

"Karena cewek." Entah kenapa balasan dari Asahi membuat Arin sakit hati.

Apa cowok itu sudah ada pengganti dirinya?

Walau begitu Arin berusaha bersikap biasa saja dan tersenyum. "Aku obatin lukanya, ya?" Asahi hanya mengangguk tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah Arin.

****

  Ketika mengobati Asahi di salah satu kelas yang kosong, Arin merasa gemetaran dan ingin pingsan saja karena Asahi tak berhenti menatapnya.

Pasalnya dirinya tak pernah ditatap selekat itu oleh Asahi, dan ketika ditatap jelas Arin merasa gugup.

"U-udah selesai," ujarnya lalu menjauhkan tangannya dari wajah Asahi. Arin berusaha menyibukkan dirinya dengan membereskan barang-barang P3K mini yang selalu ia bawa untuk berjaga-jaga, dan untungnya hal itu berguna.

Walau sudah selesai membereskan, tetap saja dari ekor matanya Arin dapat melihat bahwa Asahi masih menatapnya lekat.

Dirinya lalu memberanikan dirinya untuk balas menatap. "Kenapa natep aku terus? A-apa ada sesuatu di wajah aku?" tanyanya dengan gugup.

Asahi hanya geleng kepala lalu bersender pada sandaran kursi. Arin menghela nafas lega kala Asahi sudah tidak menatapnya.

"Tadi, kenapa kok sampe berantem cuma gara-gara masalah cewek?" tanya Arin kemudian, walau bertanya seperti itu membuat hatinya berkedut sakit.

"Dia jadiin cewek bahan bercandaan."

"Terus kamu gak terima?"

"Ya enggak lah! Dia mau ngedeketin tuh cewek padahal udah jelas dia punya pacar."

Pacar Judes || ASAHI TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang