Chapter One✨

365 56 24
                                    

"Ciaelah Res, masih pagi begini udah murung aja sih. Kenapa Aresku sayang? Sini-sini cerita sama kakak Rea. "

Ucapan Rea barusan mendapat sebuah jitakan dari Zilva yang duduk di sebelahnya.

"Ares lagi sedih, bukannya ngehibur malah ngeledek kamu," ujar Zilva kesal.

"Aku lagi ngehibur ini, Zil. Kan, setiap orang mempunyai cara untuk menunjukkan sikap pedulinya masing-masing."

Zilva bergidik ngeri, ketika kata-kata Rea terlontar dari mulutnya. Baru saja gadis itu bertingkah menyebalkan, sekarang sudah bisa berucap begitu bijak.

"Eh, Res. Ngomong atuh. Jangan diam aja dari tadi," omel Zilva.

"Iya nih, padahal saudari Rea dan Zilva sudah siap mendengarkan setiap keluh-kesah dari sang Ratu. "

Sekali lagi, jitakan mendarat di jidat mulus Rea. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Zilva.

"Elah Zil, hobi amat jitak orang," gerutu Rea sambil mengelus jidatnya, bekas jitakan Zilva tadi.

"Habisnya kamu, bercanda melulu. "

"Hehe, ampun-ampun. Ya sudah, Rea serius sekarang. Jadi, kamu kenapa sih, Res? Coba deh cerita sama kita-kita. Kita siap kok dengarinnya." Ucapan Rea mendapat anggukan dari Zilva, yang berarti keduanya memang sudah siap menjadi pendengar yang baik.

Ares yang sedari tadi termenung menatap langit-langit kelasnya, kini mengalihkan pandangannya dan melihat ke arah 2 sahabatnya itu.

"Jadi, aku ...." Sepertinya semesta tidak mengizinkan Ares untuk bercerita sekarang ini, karena baru saja gadis itu ingin bercerita, bel masuk pelajaran sudah berbunyi. Membuat 2 sahabatnya, Rea dan Zilva langsung menekuk wajahnya. Kesal, karena tidak sempat mendengar cerita Ares.

Zilva yang tadinya duduk di belakang bersama Rea, kini pindah ke tempat asalnya, yaitu bangku di sebelah Ares. Ia tidak mau telinganya panas akibat mendengar ocehan dari guru karena pindah tempat duduk.

Suasana kelas yang tadinya riuh, menjadi senyap ketika Bu Mega masuk ke dalam kelas.

"Siap, beri salam!" teriak Radit— sang ketua kelas 11 Ipa 1 memberi komando kepada seisi kelas untuk mengucapkan salam.

"Selamat pagi, Bu. "

"Silakan duduk. "

•••

"Mang Cipto, pesan 3 mangkok bakso ya. Diantarin ke meja yang ujung. "

Yang dipanggil Mang Cipto pun menganggukkan kepalanya. "Siap, Neng Rea. "

Sesudah memesan bakso untuk dirinya dan kedua sahabatnya, Rea kembali ke meja yang kini sudah terisi oleh Zilva dan Ares. Rea menggelengkan kepalanya, kala melihat Ares masih setia dengan wajah kusutnya. Entah masalah apa yang menimpa Ares, sehingga gadis itu tidak berniat sama sekali untuk tersenyum dan menjadi ceria seperti biasanya.

Bahkan, Ares yang biasanya selalu aktif di kelas dalam menjawab pertanyaan guru-guru, namun tadi tidak lagi. Bahkan Bu Mega saja bertanya-tanya mengapa Ares bisa sediam itu.

"Res, cerita dong. Tadi kan kepotong gara-gara bel masuk pelajaran," tagih Rea.

"Iya nih, Res. Ayo cerita."

Desakan dari kedua sahabatnya, membuat Ares menegakkan kembali tubuhnya yang sedari tadi bersender pada dinding kantin.

"Aku putus sama Anan. "

Hanya 4 kata, namun Rea dan Zilva sudah dapat menebak kelanjutan ceritanya. Sudah dipastikan, putusnya Ares dengan Anan kali ini adalah ulah tante Lena— mama Ares.

ESTETIKA [Completed ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang