Hari ini terhitung sudah seminggu, semenjak hari dimana Ares ditinggalkan oleh mamanya. Selama seminggu pula, gadis itu terus menangis. Ares jadi tidak fokus dalam pelajarannya.
Beruntungnya, ada Anan yang selalu memberikan semangat kepada gadis itu. Tak jarang, jika Ares lupa mengerjakan tugas karena sibuk menangis, Anan lah yang membantunya mengerjakan tugas. Jika ada ulangan harian, Anan selalu mengingatkannya untuk belajar. Terkadang, Anan juga turun tangan untuk membantu gadis itu belajar.
Berbeda dengan Ares yang terus-menerus meratapi kepergian mamanya, Surya malah kelihatan sangat sibuk. Surya bukan sibuk mengurusi pekerjaannya, namun lelaki itu mengurusi perihal kecelakaan yang menimpa istrinya. Surya harus bolak-balik ke kantor polisi, dan tempat kejadian untuk mendapatkan informasi lanjut mengenai kecelakaan yang membuat istrinya harus pergi selama-lamanya.
Perjuangan Surya akhirnya terbalas. Ia menemukan titik terang dari kecelakaan yang menimpa istrinya. Ternyata benar dugaannya, bahwa kecelakaan itu memang disengaja oleh pihak tertentu. Pihak kepolisian memintanya untuk pergi, menemui orang yang membuat istrinya akhirnya meninggal.
"Res, temani papa ke kantor polisi ya."
Ares menghapus air matanya, kemudian mendongak melihat papanya. "Ngapain kita ke kantor polisi, Pa?"
"Pihak kepolisian udah berhasil nemuin orang yang menyebabkan taksi yang ditumpangi mama akhirnya kecelakaan."
Ares membelalakkan matanya. "Jadi, kecelakaan mama itu bukan murni kecelakaan? Tapi ada pihak yang sengaja mencelakai mama?"
"Iya sayang. Makanya sekarang kita harus ke kantor polisi untuk menemui orang itu. Papa gak sabar untuk memberi dia pelajaran, atas meninggalnya mama kamu."
"Iya, Pa. Ares ikut. Sebentar, Ares siap-siap dulu."
"Papa tunggu di bawah ya, sayang."
Ares mengangguk. Gadis itu segera mencuci mukanya. Ia tidak bisa pergi dengan keadaan seperti ini, matanya bengkak akibat menangis. Gadis itu mengambil alat make upnya, dan memoles sedikit di bagian kantong matanya. Setidaknya, itu dapat mengurangi bengkak yang kelihatan.
"Siapapun orang yang udah buat mama meninggal, aku gak akan pernah maafin dia." Ares menggeram.
•••
Ares dan papanya kini sudah berada di kantor polisi. Mereka yang baru sampai, langsung menemui Pak Wijaya-polisi yang ditugaskan untuk mencari tahu tentang kecelakaan mama Ares.
"Selamat siang, Pak Wijaya."
"Selamat siang, Pak Surya. Saya sedari tadi menunggu kehadiran anda. Silakan duduk, Pak."
"Terima kasih, Pak. Jadi, apa betul pelaku sudah ditemukan, Pak?"
Pak Wijaya mengangguk. "Betul sekali, Pak. Pelaku yang menyebabkan istri bapak meninggal sudah berhasil kami tangkap."
"Lalu, dimana orang tersebut?"
"Sebentar, Pak. Saya akan membawa orang tersebut ke sini, kebetulan dia sudah berada di ruangan sel." Pak Wijaya bangkit dari kursinya, kemudian berjalan menuju ruangan sel pelaku tersebut.
Surya melihat ke arah Ares. "Sebentar lagi, kita akan tahu siapa pelakunya, sayang. Papa janji, papa gak akan biarkan pelaku itu bebas begitu aja. Papa akan penjarakan dia sesuai dengan ketetapan yang berlaku."
"Iya, Pa. Ares gak sabar mau marahin orang itu, dia jahat banget udah celakain mama. Ares gak bakal kasi ampun untuk orang yang udah misahin Ares dengan mama."
Ucapan Ares dan Surya terhenti kala Pak Wijaya kembali, sembari diikuti seseorang di belakangnya. Ares dapat yakini, bahwa orang tersebut ialah penyebab kecelakaan mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESTETIKA [Completed ✔]
Ficção AdolescenteApakah kamu bisa membayangkan dilahirkan dari seorang wanita pecinta akut hal-hal berbau estetika? Bahkan, sampai nama anaknya sendiri pun diubah menjadi super estetika. Apakah kamu bisa membayangkannya? Ini tidak mengada-ngada. Hal itu jelas terja...