Ares mendudukkan tubuhnya di atas kasur. Semenjak timbulnya masalah antara dirinya dan Rea, hidupnya jadi semakin rumit saja. Padahal sebelum-sebelumnya, ia selalu bisa menjalani harinya dengan ceria. Namun sekarang, jangankan untuk tersenyum, rasanya untuk membuka mata dan bernapas saja sangat sulit ia lakukan dalam kedamaian.
Ares mengambil ponselnya yang berlogo apel setengah gigit itu dari dalam tas sekolahnya, kemudian menyalakan benda pipih itu. Ares lalu membuka aplikasi instagramnya. Gadis itu ingin menghibur dirinya sejenak dengan menonton video-video lucu yang biasa ia tonton di aplikasi tersebut.
Saat membuka aplikasi instagram, Ares terkejut akan banyaknya komentar dan pesan yang masuk menyerbu aplikasi instagramnya. Ares membuka kolom komentarnya, air mata Ares hendak luruh kala melihat komentar dari ratusan orang tersebut di akunnya. Ares beralih ke kolom pesan, dan mendapati beberapa kalimat yang serupa dengan yang ada di komentar.
“Aku gak nyangka banget si Ares sebusuk itu. Habis manis sepah dibuang, suka gonta-ganti pacar sana-sini. Haha, berarti selama ini wajah baiknya cuma topeng penuh kepalsuan.”
“Aku kalau jadi Rea dan Zilva, pastinya malu banget ya dong. Punya sahabat kok sukanya ke club, duh jadi langganan om-om lagi. Udah berapa ratus juta uang yang didapat pas jadi wanita malam di sana? Banyak dong ya.”
“Gak habis pikir dengan kelakuan anak zaman now, ada aja sifat buruknya. Contohnya nih, si Ratu Estetika Sejagad. Namanya sih Ratu, tapi kelakuannya benar-benar gak mencerminkan sifat seorang Ratu.”
Ares menutup aplikasi instagramnya. Ia muak, ia marah, ia benci terhadap semua orang yang menghujatnya habis-habisan. Ia memang beberapa kali sempat pergi ke club, akan tetapi itu semua ajakan dan inisiatif dari kedua sahabatnya. Ditambah lagi, club itu bukan seperti club kebanyakan yang ada di pikiran mereka. Nama tempatnya saja club, akan tetapi semua minuman serta orang-orang yang berada di sana tidak seburuk itu. Club itu hanyalah nama keren, bukan berarti yang sesungguhnya.
•••
Hari ini Ares berangkat sekolah bersama dengan Anan. Sebenarnya, ini bukan kemauan Ares, tetapi ini ialah tawaran atau mungkin lebih tepatnya paksaan dari Anan. Ares sudah menolak tawaran lelaki itu dengan alasan takut terjadi gosip baru yang tidak diinginkan tentang mereka. Akan tetapi, Anan juga dengan keukeuhnya memaksa Ares untuk berangkat bersama dengannya. Alasan Anan sederhana, yaitu ia takut terjadi apa-apa dengan gadis itu bila berangkat menggunakan motor sendirian.
"Nan, kenapa awal banget sih berangkat ke sekolahnya?" tanya Ares kepada Anan yang sudah stand by di motornya.
"Aku mau ajak kamu ke suatu tempat dulu," ucap Anan.
"Kemana?"
"Gak usah banyak tanya, udah naik aja dulu."
Ares hanya menghela napasnya pasrah, kemudian naik ke atas motor Anan.
"Udah siap?" tanya Anan.
"Udah."
Selebihnya, tidak ada perbincangan lagi di antara mereka. Hanya ada, suara deru motor Anan yang berpacu di keramaian jalan raya.
"Loh, ini kan bukan jalan ke sekolah. Kita mau kemana sih sebenarnya?" tanya Ares. Gadis itu merasa aneh dengan jalan yang dituju oleh Anan. Jalan ini sangat berlawanan arah dengan jalan menuju sekolah.
Apa jangan-jangan Anan ingin menculiknya? Apa jangan-jangan Anan termasuk ke komplotan orang-orang yang membencinya akibat gosip tidak jelas itu? Apa jangan-jangan Anan adalah orang suruhan yang ditugaskan untuk melenyapkan dirinya dari muka bumi ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
ESTETIKA [Completed ✔]
Teen FictionApakah kamu bisa membayangkan dilahirkan dari seorang wanita pecinta akut hal-hal berbau estetika? Bahkan, sampai nama anaknya sendiri pun diubah menjadi super estetika. Apakah kamu bisa membayangkannya? Ini tidak mengada-ngada. Hal itu jelas terja...