#1

3.3K 398 30
                                    

"Well, bagaimana rasa nya menjadi asisten Professor Snape?"

Aline tersentak dan menoleh ke samping dan menemukan Hermione yang ternyata duduk di samping nya. Aline mendekat, "Darimana kau tahu itu?!" pekiknya tertahan.

Hermione tersenyum manis, "Semua orang membicarakan nya."

Aline terkejut dan menatap ke sekitar dan benar saja. Semua orang memperhatikan dan membicarakan nya. Aline menghela nafas, ini akan berakhir buruk.

"Ku dengar-dengar, kau di pilih langsung oleh Professor Dumbledore untuk menjadi asisten nya," Hermione membuka buku nya, "Apa itu membanggakan?"

Aline menghela nafas dan bersandar ke kursi panjang nya, "Ini kutukan, Hermonie."

Hermione terkekeh, "Setidaknya kau akan selalu mendapatkan tambahan nilai walaupun kau tak mengerjakan tugas dan ujian."

Aline memejamkan mata nya. Lebih baik ia mengerjakan tugas menumpuk daripada harus menikah dengan pria itu. Apalagi ketika ia harus melakukan apapun tanpa keluhan. Hah, pria itu gila.

DUBRAK

"Selalu seperti itu."

Aline tersenyum kecil melihat kekesalan Hermione pada cara pria itu masuk ke dalam kelas. Tidak bisakah ia santai sedikit? Ia mengejutkan semua orang.

"Good Morning, Students!"

Pria itu melangkahkan kaki panjang nya ke depan kelas dengan jubah hitam andalan nya. "Apa aku pernah bilang kita akan ujian hari ini?"

"No, sir." balas seisi kelas dengan serentak.

"Kalau begitu," menerbangkan kertas nya ke masing-masing murid. "Hari ini adalah ujian mingguan kalian."

Semua langsung panik dan heboh. Pasalnya mereka bahkan tidak ingat ramuan apapun yang semalam mereka pelajari dan tiba-tiba saja ujian? Mungkin dari semua orang hanya Hermione yang tampak biasa saja.

Aline menganga, ia menatap Snape penuh penuntutan. Namun Snape yang juga menatap nya seakan mengatakan sesuatu dari tatapan nya. "Jangan mengeluh."

********

"Aline."

Gadis itu berbalik, belum sempat ia melihat siapa yang memanggil. Empat buku tebal sudah tangan nya. Aline menggeram, tanpa melihat nya pun ia sudah tahu itu adalah Snape. Pria yang menjadi suami nya.

"Bawa itu ke ruangan ku."

Aline memaki dalam hati namun tubuh nya tetap bergerak sesuai keinginan pria itu. Selama ia berjalan, ia terus menjadi sorotan. Pasal nya tak pernah ada murid yang tahan menjadi asisten professor itu.

Bahkan seorang Draco Malfoy yang tak pernah peduli tentang apapun, kini menatap nya dari atas sampai bawah. Mungkin karena ia heran, ada murid dari asrama yang berbeda dengan nya menjadi asisten kepala asrama Slytherin.

Menjadi asisten saja sudah menjadi sorotan, bagaimana kalau mereka tahu kalau ia dan pria itu sudah menikah? Seluruh murid Hogwart Sudah pasti pingsan.

Aline berbelok ke lorong sebelah kanan dan beberapa langkah, ia sudah sampai di depan ruangan pria ini.

Serverus masuk ke dalam, di ikuti Aline yang sudah tak tahan dengan berat buku yang ia tanggung.

Pria itu berbalik dan duduk di kursi nya, "Letakkan di sana saja." perintah Snape sambil membuka buku nya.

Aline menaikkan satu alis nya, kemudian ia menoleh ke samping dan menemukan meja kecil berbentuk bundar. Langsung saja ia menaruh nya di sana, dan jari-jari nya langsung lemas.

Aline berbalik, segera pergi.

"Siapa yang menyuruh mu pergi, Xavi–Aline?" tanya Prof' Snape tanpa mengalihkan pandangan nya dari buku yang ia pegang.

"But, sir. I have class with Ma'am Minerva."

Snape melirik Aline, "Ia akan mengerti jika kau menggunakan nama ku."

"Tapi, Sir–"

"Aku tak menerima keluhan."

Aline mengepalkan tangan nya kuat. Ia sudah tidak tahan dengan segala tingkah pria yang menyebalkan ini. Baru lima jam ia melewati hari, tapi pria ini sudah membuat nya sangat muak.

Aline menatap nya sedikit memelas, "Aku Ingin pergi Ke kelas ku." ujar Aline dengan penuh harap, pasal nya Professor Mcgonnal adalah guru favorit nya.

"Aku tak mengizinkan nya."

"Kenapa aku harus butuh izin mu?!" gerutu gadis itu.

"Karena aku suami mu."

Glek.

Aline menelan ludah nya dengan kasar, jawaban yang tak di sangka-sangka. Untuk pertama kali nya Pria tanpa ekspresi itu menggunakan status nya sebagai suami Aline sebagai alasan. Dan kini, Aline tak tahu harus menanggapi nya bagaimana.

Sedangkan Snape? Sepertinya ia juga sama terkejut nya dengan gadis itu. Terbukti mata nya yang menyipit keheranan dengan bibir sedikit terbuka. Namun dengan cepat ia menyembunyikan nya dan kembali berekspresi datar.

Aline memainkan ujung kaki nya dan merasa akward sendiri. Selain masih dengan keheranan kejadian tadi, juga tak ada perintah apapun dari pria itu untuk melakukan apapun.

Tak tahan dengan kondisi itu, Aline memberanikan diri bertanya. "W-well, Professor Snape. A-apa yang harus ku lakukan d-di sini?"

Snape tersentak walau tidak kelihatan, ia baru sadar belum memberikan tugas apapun. Ia menutup buku nya dan menatap Aline datar, "Kau bisa membantu ku untuk membuat ramuan Antidotes. Dan meminta bahan nya pada Professor Sprout."

Aline mengulum bibir nya canggung. Sebelum akhirnya benar-benar keluar dari ruangan pria itu. Haah, bahkan ruangan nya saja terasa mencekam. Pantas saja banyak murid yang menjauhi nya.

Aline melangkahkan kaki nya cepat, tak mau pria itu menunggu terlalu lama dan berakhir amarah yang sangat menyeramkan itu. Eh, tapi Aline belum pernah melihat nya marah, selama ini dia sangat tanpa ekspresi, dia bahkan tak tahu apa yang sedang pria itu rasakan.

"Hai, Aline."

Gadis itu menoleh kemudian tersenyum ketika melihat atensi Oliver di depan mata nya.

"Oh, hai. Oliver."

"Kau mau kemana?" tanya kepala tim Quidditch itu.

Aline menghela nafas, "Ke ruangan Professor Sprout. Untuk meminta bahan ramuan Antidotes sesuai perintah Professor Snape."

Oliver terkekeh, "Aku lupa kau menjadi asisten professor Snape. Jika di fikir-fikir, sedikit aneh, bukan? Seorang gadis dari Gryffindor menjadi asisten kepala asrama Slytherin?"

Permainan Professor Dumbledore memang benar-benar baik. Ia sudah menyebarkan berita bahwa hubungan nya dengan Professor Snape memang hanya sebatas asisten dan guru.  Walau sebenarnya lebih dari yang mereka tahu.

Aline mengerucutkan bibir nya hingga tampak imut di mata Oliver, "Yah, sedikit merepotkan memang."

"Well," Oliver tersenyum. "Bagaimana jika aku ikut dengan mu ke ruangan Professor Sprout? Sir Lupin belum kembali dari kampung halaman nya jadi kami punya waktu luang."

Mata Aline yang mendengar itu langsung berbinar, "Benarkah?! Tentu saja!"

Saking senang nya Aline bahkan menggandeng tangan pria itu menuju ruangan kepala asrama Hufflepuf, tanpa tahu, si penjaga sekolah yang sama menyeramkan dengan Snape itu melihat nya sambil membelai kucing kesayangan nya itu.





T B C

TENDERNESS OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang