Aline duduk sendirian di depan danau hitam sekolah Hogwart, dengan kemeja putih yang lengan nya ia lipat sampai siku dan dasi merah yang tampak longgar dari leher nya, di samping nya sebuah jubah hitam dengan lambang Gryffindor di bagian kanan nya. Padahal harus nya ia menghadiri kelas Professor Snape. Tapi yang ingin ia lakukan hanya lah, diam, sendirian, tanpa ada gangguan apapun.
Aline menghela nafas berat, mencoba menemukan kedamaian namun yang ia temukan hanyalah luka. Luka yang mendalam dan akan semakin dalam seiring waktu.
Entahlah, mungkin ini yang di namakan patah hati. Sesakit ini kah?
"Well, Kau tidak menghadiri kelas suami mu?"
Aline tersentak dan langsung menoleh ke arah suara dan menemukan Hermione yang tersenyum ke arah nya. Kening Aline berkerut, "Ka-kau—?"
"Aku sudah tahu sejak lama," Hermione duduk di samping Aline yang masih menatap nya penuh penuntutan, "Dari tatapan mu, dari cara berbicara mu dan dari tingkah kalian yang sangat mencurigakan."
Aline membasahi bibir nya, "Tapi bukankah—"
"Hagrid. Kau harus memperingati nya." Hermione tersenyum menatap teman asrama nya itu.
Aline menarik nafas, lalu kembali menatap danau yang ada di depan mereka. "Aku sudah tebak kau akan mengetahui nya, cepat atau lambat."
Hermione menatap Aline lembut namun tatapan itu berubah menjadi kasihan, "Bagaimana rasa nya menikah di usia muda?"
"Menyebalkan. Aku harus mematuhi semua perintah nya. Aku harus membawakan semua buku tebal nya. Aku terkekang. Dan yang lebih parah," Aline terdiam sejenak. "Aku tidak bisa mengungkapkan cinta ku pada Oliver."
Hermione mengulum bibir nya, "Apa Kau tidak bisa menolak saat Professor Dumbledore memerintahkan mu—"
"Menurut mu, anak yatim piatu seperti ku bisa menolak mereka yang membiayai kehidupan ku?" potong Aline sedikit kasar namun itu tidak menyinggung Hermione malah membuat gadis itu merasa prihatin dengan nya.
Setelah itu mereka saling diam. Aline dengan kesedihan nya. Dan Hermione dengan rasa kasihan nya. Aline sudah menebak jika gadis ini tahu, dia akan mengasihani diri nya. Jadi Aline hanya diam, membiarkan gadis itu menatap nya dengan malang.
"But, Aline." panggil Hermione. "Tentang ramalan itu—"
"Kau juga tahu tentang ramalan itu?" sentak Aline. Hermione menatap nya memberitahu siapa yang sudah membocorkan informasi itu. Aline mendesah kesal, "Harus nya mulut Hagrid ku sumpal saja."
Hermione terkekeh pelan, "Aku menemukan sesuatu hal tentang ramalan itu." Hermione mengeluarkan sebuah buku dari jubah kehitaman nya.
Aline mengerutkan kening nya ketika melihat isi buku yang Hermione bawa, "Kenapa kau bisa mendapatkan ini?"
"Aline, aku mendapatkan nya dari nenek ramalan itu. Kau tahu jelas jika aku mengetahui sesuatu, aku akan mempelajari nya hingga pelosok-pelosok nya." kesal Hermione karena omong nya selalu di tahan.
Aline menghela nafas, tidak niat bertengkar dengan teman asrama nya. "Baiklah."
"Menurut nenek Vanga–"
"Nama nenek itu 'Vanga'?"
Hermione menahan nafas nya, "Aline."
"Alright."
Hermione memutar bola mata nya kesal. "Kau bisa terlepas dari suami mu, kalau kau berhasil membuat nya mengatakan cinta pada mu."
Aline membuang tatapan nya kembali ke danau, "Dia sudah mengatakan nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
TENDERNESS OF LOVE
FanfictionKetika langit memilih mu, Bayangkan saja kau menjadi istri dari seorang Professor dingin, tak berperasaan, irit bicara dan tak menghargai apapun yang kau lakukan dan kau tak bisa bercerita pada siapapun karena hubungan kalian sangat rahasia. Itulah...